4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

dokumen-dokumen yang mirip
3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Analisa Proksimat Kadar Air

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

5.1 Total Bakteri Probiotik

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut :

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Biskuit crackers merupakan makanan kecil ringan yang sudah. memasyarakat dan banyak dijumpai di pasaran. Hal ini setidaknya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah-buahan bertujuan untuk

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian,

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kesumba mempunyai biji yang biasa digunakan anak-anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersifat praktis. Salah satu contohnya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

Pengaruh Imbangan Kacang-kacangan dan Bekatul Pangan. Terhadap Sifat Kimia BMC Instant yang Dihasilkan. Oleh. Nataliningsih dan Iis Aisyah

MAKANAN UTUH (WHOLE FOODS) UNTUK KONSUMEN CERDAS. Fransiska Rungkat Zakaria, PhD, Prof. Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

Transkripsi:

4. PEMBAHASAN Biskuit adalah salah satu makanan ringan yang disukai oleh masyarakat, sehingga dilakukan penelitian untuk mengembangkan produk biskuit yang lebih sehat. Pembuatan biskuit ini menggunakan beberapa bahan tambahan, yaitu tepung gandum, tepung bekatul, brokoli, dan jambu biji. Untuk mempertahankan kandungan gizi yang ada pada brokoli dan jambu biji, dilakukan suatu proses pengeringan dengan menggunakan suhu yang sangat rendah atau freeze drying dan juga ditambahkan maltodekstrin sebagai mikroenkapulasi. Setelah biskuit jadi, maka dilakukan beberapa pengujian, yaitu pengujian kadar air, abu, lemak, protein, karbohidrat, antioksidan, vitamin C, serat pangan, gula reduksi, total kalori, dan dilakukan pula analisa sensori. Konsentrasi tepung gandum dan tepung bekatul yang digunakan sudah melalui penelitian pendahuluan. Dalam penelitian pendahuluan, biskuit dibuat dengan 2 konsentrasi yang berbeda, yaitu 95% tepung gandum dengan 5% tepung bekatul dan 90% tepung gandum dengan 10% tepung bekatul. Setelah itu dilakukan sensori kepada beberapa orang. Hasil yang didapatkan adalah biskuit dengan konsentrasi tepung bekatul 10% terlalu pahit sehingga tidak dapat di terima, sedangkan untuk biskuit dengan konsentrasi tepung bekatul 5% masih dapat di terima. Dari penelitian pendahuluan tersebut, maka dapat diketahui bahwa konsentrasi maksimal penambahan tepung bekatul adalah 5%. 4.1. Analisa Kimia Salah satu sifat kimia pada suatu bahan pangan adalah kadar air. Kadar air merupakan persentase kandungan air dalam suatu bahan pangan. Pada pengujian kadar air, dapat diketahui di dalam SNI 01-2973-1992 bahwa kandungan maksimal kadar air dalam biskuit adalah 5%. Dari hasil pengujian yang dapat dilihat pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa sampel yang memiliki kadar air tertinggi terdapat pada sampel kontrol, yaitu 3,96% sedangkan yang terendah adalah sampel B4 yaitu 2,81%. Walaupun sampel kontrol memiliki kadar air tertinggi, tetapi masih sesuai dengan standar yang ada. Terdapat beda nyata antara 27

28 sampel kontrol dengan keempat sampel lainnya. Perlakuan antara sampel B1 dan B2 dengan sampel B3 dan B4 berbeda, yaitu pada sampel B1 dan B2 menggunakan brokoli dan jambu biji fresh, sedangkan sampel B3 dan B4 menggunakan brokoli dan jambu biji bubuk. Perbedaan perlakuan yang dilakukan menyebabkan sampel B1 dan B2 memiliki kandungan air yang sedikit lebih tinggi daripada sampel B3 dan B4, namun tidak menimbulkan adanya beda nyata. Hal ini disebabkan karena pada keempat sampel ini sama-sama mengalami proses pemanggangan yang dapat menguapkan kandungan air yang terdapat dalam adonan biskuit. Proses pemanggangan yang dilakukan pada sampel B1 dan B2 lebih lama dibandingkan dengan sampel B3 dan B4 sehingga kandungan air pada sampel B1-B4 tidak terdapat beda nyata. Pemanggangan adalah proses pengolahan pangan yang menggunakan media panas dalam upaya pemasakan dan pengeringan bahan pangan (Rizkalla et al, 2007). Proses pemanggangan akan menguapkan kandungan air yang ada di dalam biskuit sehingga kadar air dalam biskuit menjadi rendah. Semakin rendah kadar air di dalam sampel maka sampel tidak akan mudah rusak (Winarno, 1992). Oleh sebab itu, jika semakin rendah kadar air maka suatu bahan pangan akan memiliki umur simpan yang lebih panjang. Menurut SNI 01-2973-1992, dapat diketahui bahwa kadar abu maksimal dalam biskuit adalah 1,6%. Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa yang memiliki kadar abu tertinggi adalah sampel B3 yaitu 1,63%, sedangkan yang memiliki kadar abu terendah adalah sampel kontrol yaitu 1,29%. Pada pengujian kadar abu, tidak terdapat beda nyata pada sampel kontrol dengan sampel yang lainnya. Tidak adanya beda nyata menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan antara sampel B1 dan B2 dengan sampel B3 dan B4 tidak menyebabkan perbedaan. Kandungan protein tertinggi adalah pada sampel B3 yaitu 10,33%, sedangkan kandungan protein pada sampel yang lainnya hanya berkisar 8%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa penambahan tepung bekatul dengan konsentrasi 3,5% dan 5% tidak menyebabkan perbedaan pada kandungan protein dalam sampel. Pada SNI 01-2973-1992, dapat diketahui bahwa kandungan

29 minimum protein pada biskuit adalah 9%. Dalam 30 gram tepung gandum mengandung protein yang sebesar 4 gram, sedangkan dalam 100 gram tepung bekatul mengandung protein 12-15,6% (Winarno, 1992). Protein merupakan salah satu unsur zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Di dalam tubuh, protein berfungsi sebagai sumber energi, penghasil hormon, penghasil anti bodi, memelihara jaringan tubuh, dan mengatur keseimbangan cairan di dalam tubuh. Asupan protein dapat diperoleh dari kacang kacangan seperti kacang hijau dan kacang kedelai, dan dapat juga diperoleh dari daging, maupun telur (Almatsier, 2009). Oleh sebab itu, makanan dengan kandungan protein yang cukup akan memberikan manfaat yang baik bagi tubuh. Konsentrasi tepung bekatul antara sampel B1 dan B3 dengan sampel B2 dan B4 berbeda, yaitu 3,5% untuk sampel B1 dan B2, dan 5% untuk sampel B3 dan B4. Perbedaan perlakuan ini menimbulkan adanya beda nyata pada sampel kontrol, B1, B2, dan B4 dengan sampel B3. Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa kandungan protein pada sampel B1, B2, B3, dan B4 lebih tinggi dibandingkan dengan sampel kontrol. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wulandari & Handarsari (2010) yaitu penambahan tepung bekatul akan meningkatkan kandungan protein pada sampel. Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui pula kadar lemak dalam sampel. Sampel yang memiliki kadar lemak tertinggi adalah sampel kontrol yaitu 13,88%, sedangkan kadar lemak terendah terdapat pada sampel B2 yaitu 5,63%. Terdapat beda nyata antara sampel kontrol dengan sampel yang lainnya, tetapi tidak terdapat beda nyata pada sampel B1-B4. Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat diketahui bahwa perbedaan konsentrasi tepung bekatul yang ditambahkan (3,5% dan 5%) tidak menyebabkan adanya perbedaan kandungan lemak dalam sampel. Sampel B1, B2, B3, dan B4 memiliki kadar lemak yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan sampel kontrol. Hal ini disebabkan dengan penggunaan tepung gandum yang hanya mengandung sedikit lemak, yaitu dalam 30 gram tepung gandum hanya mengandung 1 gram lemak.

30 Pada sampel B1 hingga B4, kandungan lemak didapatkan dari bahan baku yang digunakan. Lemak yang terkandung dalam 100 gram tepung gandum adalah 1,5-2%, tepung bekatul 15-19,7%, jambu biji 0,3 gram, brokoli 0,1 gram, dan kacang kenari kering 45,9 gram. Walaupun kacang kenari mengandung lemak yang tinggi, tetapi yang digunakan dalam pembuatan biskuit hanya 20 gram sehingga kandungan lemaknya hanya sedikit. Sampel B1 hingga B4 memiliki kandungan lemak yang jauh lebih sedikit karena menggunakan bahan baku yaitu tepung gandum yang hanya mengandung lemak sebesar 1,5-2 gram/100 gram, sedangkan pada sampel kontrol digunakan tepung terigu, cokelat chip, dan susu. Lemak merupakan suatu komponen yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh, seperti bagian dari membran sel, sumber energi, pelindung organ organ tubuh, dan juga sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K. Lemak terdiri dari 2 komponen utama yaitu asam lemak, dan gliserol. Asam lemak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap pada atom karbon. Didalam tubuh, asam lemak jenuh dapat menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol dalam darah. Asam lemak tidak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap pada atom karbon. Asam lemak ini dapat berfungsi menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Sartika, 2008). Makanan yang banyak mengandung asam lemak jenuh akan menimbulkan berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung, dan juga kanker, sedangkan makanan yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh akan menyehatkan tubuh. Menurut Lichtenstein et al (2006) kebutuhan lemak dalam sehari adalah 30% dari total energi. Kebutuhan lemak 30% tersebut terdiri dari 10% asam lemak jenuh, 10% asam lemak tidak jenuh tunggal, dan 10% asam lemak tidak jenuh jamak. Sampel yang memiliki kadar karbohidrat tertinggi adalah sampel B4 yaitu 81,39%, sedangkan kadar karbohidrat terendah pada sampel kontrol yaitu 72,54%. Berdasarkan pada SNI 01-2973-1992, kadar karbohidrat minimum pada biskuit adalah 70%. Maka dapat diketahui bahwa kadar karbohidrat pada kelima sampel sudah sesuai dengan standar yang ada. Perbedaan perlakuan pada sampel B1-B4

31 menyebabkan adanya beda nyata antara sampel B1, B2, dan B4 dengan sampel B3. Walaupun terdapat beda nyata, tetapi selisih kandungan karbohidrat pada keempat sampel ini tidak terlalu banyak. Tepung gandum dan tepung bekatul merupakan bahan yang memberikan kontribusi karbohidrat terbesar. Di dalam 100 gram tepung gandum, terdapat karbohidrat sebanyak 60-80%, sedangkan di dalam 100 gram tepung bekatul, terdapat karbohidrat sebanyak 34,1-52,3%. Di dalam tubuh, karbohidrat memiliki beberapa manfaat seperti, sumber energi utama, sebagai sumber cadangan energi, dan memberikan rasa kenyang (Irianto, D. P., 2006). Gula reduksi merupakan gula yang memiliki kemampuan untuk mereduksi, seperti glukosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa. Glukosa termasuk kedalam gula monosakarida. Glukosa adalah karbohidrat terpenting yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi utama, oleh sebab itu tubuh tidak boleh kekurangan asupan glukosa (Almatsier, 2009). Dapat dilihat pada Tabel 9, sampel kontrol mengandung gula reduksi 0,153%, sampel B1 0,156%, sampel B2 0,149%, sampel B3 0,153%, dan sampel B4 0,155%. Sampel yang memiliki kandungan gula reduksi tertinggi adalah sampel B1 yaitu 0,156%, sedangkan sampel yang memiliki kandungan gula reduksi terendah adalah sampel B2 yaitu 0,149%. Perbedaan perlakuan pada sampel B1-B4 tidak menyebabkan adanya beda nyata, dan hasil kandungan gula reduksi pada semua sampel hampir sama yaitu berkisar antara 0,149 155%. Sampel yang mengandung serat pangan tertinggi adalah sampel B2 yaitu 16,62% sedangka sampel yang mengandung serat pangan paling sedikit adalah sampel kontrol yaitu 5,2%. Dapat dilihat juga bahwa terdapat beda nyata pada sampel B1 dan B2 dengan sampel B3 dan B4. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan perlakuan pada brokoli dan jambu biji yang ditambahkan. Kandungan serat pangan pada sampel B2 dan B4 lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan serat pangan pada sampel B1 dan B3 karena tepung bekatul yang ditambahkan pada sampel B2 dan B4 lebih banyak jika dibandingkan dengan sampel B1 dan B3. Dari pengujian kadar serat pangan ini dapat diketahui bahwa

32 penggunaan tepung gandum dan tepung bekatul dapat meningkatkan kandungan serat pangan dalam sampel. Menurut Mahan & Stump (2003), konsumsi serat yang dibutuhkan adalah 25 gram/hari. Biskuit yang dibuat, sebenarnya belum mencukupi kebutuhan serat. Tetapi karena biskuit merupakan camilan maka dengan kandungan serat yang ada, sudah cukup baik karena dalam setiap hari pasti setiap orang mengkonsumsi bahan makanan lain yang juga mengandung serat seperti sayur, buah, dan gandum. Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui pula bahwa sampel B4 memiliki aktivitas antioksidan dan vitamin C tertinggi yaitu 23,16% dan 3,55%, sedangkan yang memiliki aktivitas antioksidan dan vitamin C terendah adalah sampel kontrol, yaitu 9,89% dan 1,27%. Terdapat beda nyata antara sampel B1 dan B2 dengan sampel B3 dan B4. Adanya beda nyata ini karena adanya perbedaan perlakuan yang dilakukan. Pada sampel B1 dan B2, ditambahkan jambu biji dan brokoli dalam keadaan fresh dan juga waktu pemanggangan yang dilakukan lebih lama. Proses pemanggangan akan menurunkan aktivitas antioksidan dan vitamin C yang terkandung salam bahan pangan (Nurdianti, 2010). Vitamin C merupakan salah satu contoh dari antioksidan yang larut dalam air. Kandungan antioksidan sangat dipengaruhi oleh suhu, ph, cahaya, dan ketersediaan oksigen (Rohanah, 2002). Pada sampel B3 dan B4, ditambahkan jambu biji dan brokoli yang sudah dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer lalu dilakukan penepungan. Pada proses pengeringan ini, ditambahkan pula maltodekstrin sebagai bahan mikroenkapsulat yang dapat mempertahankan kandungan antioksidan, vitamin, rasa, warna pada bahan akan tetap terjaga (Finotelli & Rocha- Leao, 2010). Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, dapat diketahui bahwa penambahan maltodekstrin dapat mempertahankan aktivitas antioksidan dan vitamin C pada sampel. Hal ini dapat diketahui dari lebih tingginya aktivitas antioksidan dan vitamin C pada sampel B3 dan B4.

33 Mikroenkapsulasi adalah teknik yang dapat melindungi bahan inti atau core yang berbentuk cair menjadi bentuk padatan sehingga lebih mudah untuk menanganinya dan juga dapat mempertahankan supaya bahan inti tidak hilang (Soottitantawat et al. 2003; Gharsallaoui et al. 2007; Marcuzzo et al. 2010; dan Nedovic et al. 2011 dalam Supriyadi & Rujita, 2013). Bahan penyalut yang sering digunakan adalah maltodekstrin. Maltodekstrin memiliki kemampuan yang baik dalam membentuk emulsi, viskositas rendah, memiliki kelarutan tinggi, dapat menghambat kristalisasi, dan mempunyai daya ikat yang kuat (Khrisnan et al. 2005; Laohasongkram et al. 2011; Moore et al. 2005; dan Dickinson 2003 dalam Supriyadi & Rujita, 2013). Proses mikroenkapsulasi akan menghasilkan kapsul yang berukuran kurang dari satu hingga ratusan mikron. Proses ini dilakukan untuk melindungi bahan aktif dalam bahan, menghambat penguapan bahan aktif dalam bahan, serta untuk memudahkan penanganan. Dalam mempertahankan kandungan bahan aktif yang berada didalam suatu bahan pangan, bahan aktif tersebut akan terlindungi oleh kapsul (Umer et al, 2011 dalam Irene, R. M. S., 2013). Kalori adalah salah satu nutrisi yang terdapat di dalam makanan. Kebutuhan energi per hari pada usia 19-29 tahun adalah 2550 kkal. Kebutuhan energi merupakan konsumsi energi yang berasal dari makanan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk memenuhi pengeluaran energi. Pada Tabel 9, dapat dilihat hasil perhitungan total kalori per 100 gram. Sampel kontrol memiliki total kalori 378,97 kkal, sampel B1 383,11 kkal, sampel B2 381,70 kkal, sampel B3 382,85 kkal, dan sampel B4 383,39 kkal. Sampel kontrol yang digunakan memiliki berat 10 gram, sehingga kalori yang dimiliki adalah 37,89 kkal, sedangkan sampel biskuit B1, B2, B3, dan B4 memiliki berat 12 gram, sehingga kalori yang dimiliki oleh sampel B1 adalah 45,97 kkal, sampel B2 adalah 45,80 kkal, sampel B3 adalah 45,94 kkal, dan sampel B4 adalah 46 kkal. Total kalori tertinggi terdapat pada sampel B4 yaitu 46 kkal, sedangkan total kalori terendah adalah sampel kontrol yaitu 37,89 kkal. Masing masing orang memerlukan energi yang berbeda beda. Kecukupan energi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis

34 kelamin, umur, kegiatan, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, dan iklim (Hardinsyah, 2012). 4.2. Analisa Sensori Analisa sensori dilakukan dengan uji rating. Tujuan dilakukan analisa sensori adalah untuk mengetahui tingkat penerimaan sampel oleh panelis. Pada Tabel 11, dapat dilihat bahwa dari parameter warna dan overall terdapat beda nyata antara sampel B1 dan B2 dengan sampel B3 dan B4. Kemudian dari parameter tekstur, tidak terdapat beda nyata. Pada parameter rasa, terdapat beda nyata antara sampel B1 dan B2 dengan sampel B4. Adanya beda nyata pada keempat sampel disebabkan oleh adanya perbedaan perlakuan yang dilakukan. Dari parameter warna, sampel yang paling disukai adalah sampel B1, sedangkan untuk parameter lainnya yang lebih disukai adalah sampel B2. Berdasarkan analisa sensori, dapat diketahui bahwa sampel yang lebih disukai oleh panelis adalah sampel B2. Pada analisa sensori, sampel yang paling disukai oleh panelis adalah sampel B2. Pada analisa proksimat, dapat diketahui bahwa sampel B2 mengandung lemak yang paling rendah yaitu 5,63%. Pada hasil analisa serat pangan, sampel B2 memiliki kandungan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan sampel lainnya yaitu 16,62%. Sampel yang memiliki kandungan antioksidan dan vitamin C tertinggi adalah sampel B4, yaitu 23,16% dan 3,55%, sedangkan pada sampel B2 memiliki kandungan antioksidan 13,35% dan vitamin C 1,84%. Dari hasil analisa, dapat diketahui bahwa sampel terbaik adalah sampel B4, tetapi sampel yang lebih disukai oleh panelis adalah sampel B2. Pada pengujian sensori, para panelis diberi kesempatan untuk memberikan komentar tentang sampel biskuit B1, B2, B3, dan B4. Komentar yang paling sering muncul adalah masih adanya rasa pahit, dan tekstur biskuit yang terlalu keras. Rasa pahit didalam sampel, didapatkan dari penambahan tepung bekatul. Rasa pahit disebabkan karena terdapat senyawa saponin dalam tepung bekatul (Luh, 1991). Saponin tidak bersifat toksik dan merupakan metabolit sekunder yang strukturnya termasuk dalam golongan glikosida yang banyak terdapat di

35 alam dan terdiri dari gugus gula yang erikatan dengan aglikon (Birk, 1969 dalam Erungan dkk, 2005). Untuk mengurangi rasa pahit dari tepung bekatul maka dilakukan proses pengukusan terlebih dahulu pada tepung bekatul. Pada adonan, ditambahkan pula sukralosa yang dapat memberikan rasa manis. Menurut BPOM RI (2008), sukralosa mempunyai tingkat kemanisan yang tinggi yaitu 600 kali tingkat kemanisan sukrosa, dan sukralosa tidak memiliki kalori. Komentar selanjutnya yang sering muncul adalah tekstur biskuit yang terlalu keras. Hal ini disebabkan karena dalam pembuatan sampel biskuit, telur yang digunakan hanya sedikit oleh sebab itu tekstur sampel akan menjadi terlalu keras. Penggunaan telur dalam pembuatan sampel hanya sedikit karena jika terlalu banyak telur yang ditambahkan maka akan meningkatkan kandungan lemak dalam sampel. Untuk membuat tekstur dari biskuit menjadi lebih empuk, dapat ditambahkan bahan tambahan yang dapat memberikan efek lebih empuk, yaitu bread improver.