BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keputusan bisnis sekarang ini sebagian besar dipengaruhi oleh pajak, yang dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara pemerintah dengan perusahaan. Pemerintah membutuhkan dana yang besar untuk menyelenggarakan pembiayaan pemerintah melalui menargetkan penerimaan pajak yang besar, sedangkan perusahaan berusaha untuk membayar pajak yang seminim mungkin dengan menekan biaya yang tidak diperlukan oleh perusahaan. Pemerintah menargetkan penerimaan pajak yang ditetapkan sesuai APBN-P 2015 sebesar Rp 1.294,258 triliun, namun hingga 31 Juli 2015, realisasi penerimaan pajak baru mencapai Rp 531,114 triliun. Oleh sebab itu pemerintah mengagas 3 strategi untuk meningkatkan penerimaan negara yaitu yang pertama tahun pembinaan wajib pajak dimana wajib pajak diperbolehkan membetulkan SPT (Surat Pemberitahuan) dari tahun 2010-2014 dengan membayar pokok pembetulan tanpa denda, yang kedua menaikan PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) dari Rp. 24.300.000 per tahun menjadi Rp. 36.000.000 per tahun, dan yang ketiga adalah memberikan tarif khusus untuk melakukan revaluasi aset tetap. Dari ketiga gagasan tersebut pemerintah berharap bisa meraup penerimaan pajak yang lebih banyak lagi dari tahun tahun sebelumnya. Dan manajemen perusahaan harus 1
2 memutar otak agar perusahaannya bisa mendapatkan keuntungan yang besar dengan biaya yang kecil. Perusahaan bisa memanfaatkan kebijakan pemerintah tersebut dengan melakukan revaluasi aset tetap menggunakan tarif khusus yang diberikan oleh pemerintah. Karena Aset tetap merupakan salah satu dari beberapa akun perusahaan yang memiliki nilai yang cukup besar dan juga salah satu akun yang sangat penting bagi suatu entitas usaha. Nilai aset tetap perusahaan akan mengalami peningkatan seiring dengan kondisi perekonomian di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu inflasi dan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Meningkatnya harga-harga di pasaran menyebabkan nilai dari suatu aset tetap yang dimiliki oleh entitas usaha menjadi tidak wajar. Nilai sekarang suatu aset tetap yang diperoleh beberapa tahun lalu tidak sama dengan harga perolehan aset tersebut yang tercatat pada laporan posisi keuangan. Hal ini bisa terjadi karena akuntansi menganut nilai perolehan (historical cost) yang dianggap obyektif (objective), memiliki kredibilitas (credible), dapat ditelusuri (traceable) dan dipertanggungjawabkan (accountable). Penggunaan nilai perolehan juga merupakan dasar pencatatan aset tetap (fixed assets) sedangkan penyajiannya di neraca sebesar nilai perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Dengan demikian, informasi akuntansi (accounting information) yang dihasilkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi (Hutagaol, 2007). Namun
3 keandalan historical cost mulai dijadikan bahan diskusi karena berdampak pada laporan keuangan yang dihasilkan tidak sesuai dengan kondisi atau keadaan yang sebenarnya. Hutang dalam valuta asing mengalami kenaikan yang signifikan, sebaliknya aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan dalam hal ini Wajib Pajak dibukukan sebesar harga perolehannya sehingga dapat memberikan dampak penurunan nilai modal para shareholder. Faktor ini mendorong perusahaan untuk melakukan revaluasi pada aset tetapnya agar sesuai dengan nilai yang wajar. Kewajaran penilaian aset tetap suatu perusahaan dapat disesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (2009). Dalam PSAK ini dinyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administrative dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Seiring waktu berjalan, asset tetap akan mengalami penyusutan (kecuali tanah). Faktor yang mempengaruhi menurunnya produktivitas suatu aset tetap yaitu : secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keusangan karena eksploitasi yang berlebihan dan secara fungsional, disebabkan oleh ketidakcukupan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta, sehingga penurunan kemampuan aset tetap tersebut dapat dialokasikan sebagai biaya. Perbedaan nilai buku dengan nilai riil aset perusahaan dapat mengakibatkan kurang serasinya perbandingan antara penghasilan dengan beban, dan nilai buku dengan nilai instrinsik perusahaan. Untuk mengurangi perbedaan tersebut, kepada
4 Wajib Pajak perlu diberikan kesempatan untuk melakukan penilaian kembali aset tetap (Mardiasmo, 2011: 165). Revaluasi Aset Tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain. Sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar. Melalui revaluasi ini suatu nilai aset tetap akan bertambah besar yang akan menyebabkan beban penyusutan pada tahun-tahun yang akan datang menjadi lebih besar yang secara langsung akan mengurangi laba perusahaan. Menurunnya laba perusahaan akan meminimalkan pajak terutang yang dibayarkan oleh perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan ikut memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah, yaitu pemotongan tarif PPh Final atas selisih nilai aset tetap apabila Wajib Pajak melakukan permohonan penilaian kembali aset tetap yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun 2016. Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 191/PMK.010/2015 yang meringankan beban Wajib Pajak apabila melakukan revaluasi aset di tahun 2015 dan tahun 2016. Revaluasi aset ini memiliki manfaat yaitu menunjukkan laporan posisi keuangan perusahaan yang wajar sehingga laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang lebih akurat (Waluyo 2010). Ditambah lagi dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 169/PMK.010/2015 tentang penentuan besarnya perbandingan antara Hutang dan Modal Perusahaan
5 atau Debt to Equity Ratio (DER) untuk keperluan perhitungan Pajak Penghasilan yaitu sebesar empat banding satu (4:1) yang terbit pada 9 September 2015 menegaskan bahwa biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang PPh hanya empat kali dari jumlah modal, sehingga apabila Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan melebihi yang diaturkan pemerintah, maka biaya pinjaman yang di koreksi fiskal sebesar selisih Debt to Equity Ratio (DER) dikali biaya pinjaman. Berdasarkan uraian yang disebutkan sebelumnya, peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai revaluasi aset tetap. Kegiatan revaluasi aset tetap perusahaan PT Damai Sejahtera Abadi menjadi tujuan peneliti mengadakan penelitian, bagaimana perusahaan tersebut melakukan revaluasi aset tetap dengan menggunakan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah di tahun 2015. Penelitian ini dikembangkan dalam bentuk penelitian dengan judul Dampak Revaluasi Aset Tetap Terhadap Pajak Penghasilan Yang Terhutang Pada PT. Damai Sejahtera Abadi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah dampak apa saja yang diperoleh PT. Damai Sejahtera Abadi yang melakukan revaluasi aset tetap terhadap perhitungan pajak penghasilan yang terhutang?
6 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk dapat menjelaskan dampak apa saja yang diperoleh perusahaan yang melakukan revaluasi aset tetap menggunakan tarif khusus terhadap pajak penghasilan yang tehutang pada PT. Damai Sejahtera Abadi di tahun 2015. Dimana revaluasi aset tetap ini bukan merupakan aktivitas rutin suatu perusahaan dan melibatkan tenaga professional, akan lebih efektif dalam upaya meminimalkan beban pajak perusahaan. Revaluasi dapat dikatakan berhasil untuk menghemat pajak jika pengurangan pajak yang ditimbulkan oleh revaluasi aset tetap lebih besar dari beban yang harus dikeluarkan perusahaan dalam rangka melakukan revaluasi aset tetap. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Kontribusi Praktis Penelitian ini untuk menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari perguruan tinggi, serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Strata I (satu) Jurusan Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. Serta, penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat umum untuk mengenal dan memahami revaluasi aset tetap, khususnya bagi masyarakat umum yang belum mengetahui revaluasi aset tetap.
7 2. Kontribusi Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan kontribusi bagi perkembangan penelitian terkait di bidang akuntansi, khususnya mengenai revaluasi aset tetap. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman serta dapat dijadikan sebagai referensi pengetahuan, bahan diskusi dan bahan kajian lanjut bagi pembaca tentang masalah yang berkaitan dengan revaluasi aset tetap. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian merupakan suatu pembatasan atas permasalahan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerancuan dan arah pembahasan yang simpang siur, terlalu luas, dan tidak mengarah pada tujuan semula. Maka dalam pembahasan penelitian ini peneliti mengamati: 1. Proses Revaluasi Aset Tetap yang dilakukan oleh PT Damai Sejahtera Abadi pada tahun 2015 yang menggunakan tarif khusus apakah telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan. 2. Dampak yang ditimbulkan setelah melakukan Revaluasi Aset Tetap tersebut, apakah menguntungkan bagi perusahaan atau sebaliknya.