BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Melindungi kesehatan ibu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Notoadmodjo, 2005). Lawrence Green dalam Notoatmodjo a. Faktor Predisposisi (Presdisposing factor)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA, DHA taurin, dan

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laktosa dan garam-garam organik yang di sekresi oleh kedua kelenjar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam. penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kandungan zat gizi yang sesuai untuk kebutuhan bayi dan merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ibu memberi Air Susu Ibu (ASI) tidak datang secara tiba-tiba. Ada

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

MANFAAT ASI BAGI BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

Zat makanan yang ada dalam susu

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PDF Create! 3 Trial. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Air Susu Ibu ( ASI ) 1. Pengertian ASI Eksklusif

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman. diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004)

BREAST FEEDING. PENYUSUN Mentari Dwi Putri PEMBIMBING Dr. Dewi Murniati, SpA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

PENYUSUN Mentari Dwi Putri PEMBIMBING Dr. Dewi Murniati, SpA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Susu Sapi Perbedaan yang penting antara susu sapi dan ASI: - Protein & mineral lebih tinggi - Laktosa lebih rendah - Rasio protein whey dan casein leb

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI. RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

Diterbitkan melalui:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jenis Makan Bayi 06 bulan 2.1.1. Air Susu Ibu ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi dengan baik pada bayi yang baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Lagipula ASI memiliki berbagai zat anti infeksi, yang dapat menigkatkan sistemimun bayi (Pudjiadi, 2003). ASI mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang berasal dari susu hewan, seperti susu sapi, susu kerbau atau susu apapun yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan bayi. Komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI adalah lemak, protein, karbohidrat, mineral dan vitamin (Krisnatuti dan Rina, 2004). Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi tiga yaitu (Roesli, 2005 ): 1. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi. Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah. Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuningkuningan, lebih kuning dibandingkan ASI matur. Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan ASI matur dimana protein yang utama adalah

kasein, pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI matur yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI matur. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58 kalori/100 ml kolostrum. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Bila dipanaskan menggumpal, ASI mature tidak. PH lebih alkalis dibandingkan ASI mature. Lemaknya lebih banyak mengandung kolestrol dan lesitin di bandingkan ASI matur. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi. Volumenya berkisar 150300 ml/24 jam. 2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. Disekresi dari hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 ke 5. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi. Volume semakin meningkat. ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan. 3. Air Susu Matur

Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satusatunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi. ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk bayi. Merupakan cairan putih kekuningkuningan, karena mengandung kasienat, riboflaum dan karotin. Tidak menggumpal bila dipanaskan. Volume: 300 850 ml/24 jam Terdapat anti mikrobaterial faktor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus. Sel (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T) Enzim (lysozime, lactoperoxidese) Protein (lactoferrin, B 12 Binding Protein) Faktor resisten terhadap stapilokokus. Komplement ( C 3 dan C 4 ) 2.1.1.1. Komposisi ASI Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung imunoglobin A (IgA), laktoterin dan selsel darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineralmineral natrium (Na) dan seng (Zn) (Roesli, 2005). Berdasrkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National research Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi kolostrum ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut: Tabel 2.1. Komposisi ASI

Zatzat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi Energi (K Cal) Protein (g) Kasein/whey Kasein (mg) Laktamil bumil (mg) Laktoferin (mg) Ig A (mg) Laktosa (g) Lemak (g) Vitamin Vit A (mg) Vit B1 (mg) Vit B2 (mg) Asam Nikotinmik (mg) Vit B6 (mg) Asam pantotenik Biotin Asam folat Vit B12 Vit C Vit D (mg) Vit Z Vit K (mg) Mineral Kalsium (mg) Klorin (mg) Tembaga (mg) Zat besi (ferrum) (mg) Magnesium (mg) Fosfor (mg) Potassium (mg) Sodium (mg) Sulfur (mg) 58 2,3 140 218 330 364 5,3 2,9 151 1,9 30 75 183 0,06 0,05 0,05 5,9 1,5 39 85 40 70 4 14 74 48 22 70 0,9 1 : 1,5 187 161 167 142 7,3 4,2 75 14 40 160 1215 246 0,6 0,1 0,1 5 0,04 0,25 1,5 35 40 40 100 4 15 57 15 14 65 3,4 1 : 1,2 4,8 3,9 41 43 145 82 64 340 2,8,13 0,6 1,1 0,02 0,07 6 130 108 14 70 12 120 145 58 30 Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi bila bayi diberi susu sapi,

sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein whey nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi. Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase lakatasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut Hind milk, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini (Roesli, 2005). Laktosa (gula susu) merupakan satusatunya karbohidrat yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi. Di samping fungsinya sebagai sumber energi, juga didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Di dalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta mineralmineral lain. ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahanbahan pertama kehidupannya. ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan klor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi (Roesli, 2005). Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak (Roesli, 2005).

2.1.1.2. Keuntungan Pemberian ASI Menurut Pudjiadi (2005) keuntungan keuntungan yang dapat diperoleh dari pemberian ASI yaitu: 1. Keuntungan pemberian ASI bagi bayi : Kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Mudah dicerna dan diserap. Selalu bersih dan segar. Aman. Menyempurnakan pertumbuhan bayi sehingga bayi lebih sehat dan cerdas ( meningkatkan IQ sebanyak 12,9 point). Melindungi tubuh dari berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Memperindah kulit, gigi dan bentuk rahang. Tersedia pada suhu yang tepat sehingga bayi tidak harus menunggu. Bayi yang diberi ASI akan jarang mengalami diare, tidak akan sembelit dan jarang terkena alergi. 2. Keuntungan Pemberian ASI bagi ibu Murah. Biasanya periode tidak subur ibu menyusui lebih panjang dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui. Menyusui segera setelah melahirkan akan mempengaruhi kontraksi uterus sehingga proses pemulihan setelah melahirkan akan berlangsung lebih cepat. Ibu lebih sehat dan mencegah kegemukan. Akan tercipta hubungan yang erat dan hangat antara bayi dan ibunya. Menghindari ibu dari kemungkinan timbulnya kanker payudara. 2.1.1.3. Frekuensi Pemberian ASI Pada pemberian bayi yang baru lahir mempunyai jadwal makan yang tidak teratur. Mereka bisa makan sebanyak 6 sampai 12 kali atau mungkin juga sampai

18 kali dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur. Dalam dua hari pertama produksi ASI belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu lama, cukup beberapa menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada harihari berikutnya bayi dapat disusui selama 1520 menit tiap kalinya, walaupun sebagian besar ASI keluar pada 510 menit pertama dari setiap buah dada. Jadwal menyusui hendaknya disesuaikan dengan aktivitas seharihari ibu. Misalnya tiap 3 jam dimulai pada jam 6 pagi, walaupun demikian jadwal itu tidak perlu kaku, jika setelah 2 jam bayi sudah menangis dapat diberikan lagi. Sebaliknya harus diperhatikan, bahwa bayi yang menangis tidak selalu disebabkan oleh rasa lapar. Mungkin juga oleh mulasmulas ( kolik, gerak usus yang berlebihan ) setelah minum ASI, sedang sakit dan sebagainya (Pudjiadi, 2005). 2.1.2. Makanan Pendamping ASI (MPASI) Seiring dengan bertambahnya usia anak, ragam makanan yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang. Peran zat gizi ini penting untuk menunjang tumbuh kembang anak. Dalam hal ini pengaturan pola konsumsi makanan, ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. MPASI harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan dan berlanjut sampai usia 24 bulan, karena pada masa tersebut produksi ASI makin menurun sehingga suplai zat gizi dari ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat (Wiryo, 2002). Banyak faktor yang mengakibatkan pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini, antara lain kebiasaan yang turuntemurun dari keluarga, dan banyak faktor lainnya yang membuat pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai umur anak (Soedibyo, 2007). 2.1.3. Pengganti Air Susu Ibu (PASI)

Walaupun ASI adalah makanan paling ideal bagi bayi, namun tidak semua dapat memberikan ASI pada bayinya. Menurut Dinkes Propsu (2005) penggunaan susu formula sebagai PASI dapat dimengerti jika alasannya : Bayi sakit seperti kekurangan cairan, radang mulut atau infeksi paruparu Bayi lahir dengan berat badan rendah Bayi lahir sumbing ( bawaan) Pemberian PASI juga dapat disebabkan oleh masalah pada pihak ibu : Jumlah dan mutu ASI kurang memadai tidak mencukupi, sakit dan karena sakitnya dilarang menyusui oleh dokter baik untuk kepentingan ibu maupun bayinya, seperti ginjal atau penyakit menular. Ibu menderita infeksi, luka puting ( mastitis ) Ibu mengalami gangguan jiwa atau epilepsi. Ibu sedang menjalani terapi obat yang tidak aman bagi bayi Untuk alasanalasan tersebut, pada umumnya bayi harus diberi makanan pengganti ASI (PASI) berupa susu formula. Pada umumnya susu formula untuk bayi terbuat dari susu sapi yang susunan zat gizinya diubah sedemikian rupa sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping. Oleh karena ASI yang paling ideal untuk bayi maka perubahan yang dilakukan pada komponen gizi susu sapi harus mendekati susunan zat gizi ASI (Dinkes Propsu, 2005). Dibandingkan dengan ASI, susu formula memiliki banyak kelemahan terutama dalam hal kandungan gizinya. Selain itu penggunaan susu formula harus dikontrol dari kemungkinan masuknya organismeorganisme patogen atau terjadinya kontaminasi yang dapat menyebabkan diare. Untuk mencukupi kebutuhan bayi susu diberikan sesuai dengan takarannya. Takaran akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur bayi. Jadwal menyusui dengan susu formula tetap seperti pada bayi yang diberi ASI (Nadesul, 2005) Perbedaan komposisi susu sapi dan komposisi ASI terdapat pada konsentrasi vitamin dan mineral yang lebih tinggi dan laktosa yang lebih rendah. ASI banyak

mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh sehingga mudah dicerna sedangkan susu sapi tidak demikian. ASI mengandung lebih banyak asam linoleat, asam lemak yang esensial bagi manusia. Kandungan kolesterol ASI lebih tinggi jika dibandingkan kolesterol yang terdapat pada susu sapi. ASI mengandung cukup vitamin dan zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi (Pudjadi, 2005). Tetapi kebanyakan ibuibu sekarang menggunakan susu formula bukan sebagai PASI yang diakibatkan oleh keadaankeadaan seperti yang di atas, oleh sebab itu tidak jarang produsen atau distributor susu formula menyampaikan informasi yang berlebihan dalam rangka pemasaran susu formula. Strategi pemsaran ini semakin berhasil yang dapat dilihat dari semakin meningkatknya permintaan terhadap susu formula untuk bayi dan anak balita. Apabila hal ini dibiarkan terus berlangsung tidak tertutup kemungkinan suatu saat para ibu yang memiliki bayi lebih cenderung memberikan susu formula bagi bayinya ketimbang memberikan ASI walupun produksi ASI nya normal yang pada gilirannya akan menghambat keberhasilan program ASI eksklusif (Depkes, 2005) 2.2. Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini Menurut Pudjiadi (2005) pengenalan makanan padat tidak perlu bagi bayi yang berusia < 6 bulan, karena : 1. Refleks ekstrusi lidah cenderung mendorong makanan padat keluar mulut, keadaan ini tidak hilang sampai bayi berumur 6 bulan 2. Produksi amilase pankreatik, yaitu enzim penting untuk pencernaan zat pati pada bayi sangat rendah sebelum bayi berumur 6 bulan 3. Bayi dapat mempertahankan kontrol kepala dengan baik pada umur 6 bulan dan dapat duduk dengan baik sehingga bayi dapat berpartisipasi lebih baik dalam proses pemberian makanan. 4. Ekzema dan penyakit atopik lainnya sering terjadi pada bayi yang menerima makanan padat awal dan semakin besar keragaman maknannya semakin bahayanya.

5. Pemberian awal makanan padat tidak berpengaruh terhadap pola tidur bayi, banyak orang awam mengenalkan makanan padat lebih awal pada bayinya dengan harapan bayi dapat tidur lebih nyenyak sepanjang malam. 6. Makanan padat dapat menghambat penyerapan zat besi dan gizi lainnya dari ASI 7. Dengan melakukan pengenalan makanan padat pada bayi < 6 bulan mengakibatkan masa penyusuan yang lebih pendek. Pemberian makanan padat sebaiknya diberikan pada umur yang tepat. Menurut Pudjiadi (2005) dampak pemberian makanan padat sebelum umurnya adalah : 1. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas 2. Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut. 3. Mendapat zatzat tambahan seprti garam dan nitrat yang dapat merugikan. 4. Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau zat pengawet yang tidak diinginkan. 2.3.FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pemberian Makan Bayi Terlalu Dini Seringkali ibu memberikan makanan kepada bayinya dengan cara yang tidak benar, disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi pemberian makan bayi terlalu dini, antara lain : 2.3.1. Umur Ibu Umur adalah hal terpenting bagi seorang ibu, umur di < 30 tahun dianggap masih belum atau kurangnya kesiapan secara mental psikologis, karena dianggap masih belum cukup matang dan dewasa untuk menghadapi kehamilan dan kelahiran. Apalagi dalam hal merawat atau mengurus anak, ibu masih belum cukup matang, walaupun telah diketahui bersama keadaan tersebut datang dengan sendirinya ( naluri keibuan ). Untuk urusan pemberian makan pada bayi tidak dibutuhkan naluri ibu karena diperlukan pengalaman maupun pengetahuan yang cukup tentang pemberian makan bayi. Pada kelompok umur > 30 tahun secara

fisik dan juga mental sudah cukup dewasa dan kemungkinan sudah mempunyai pengalaman dari anak sebelumnya mengenai pemberian makan bayi yang baik (Soedibyo, 2007). 2.3.2. Pekerjaan Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kehidupan seharihari yang berpengaruh terhadap orang lain. Pada saat ini banyak ibuibu yang memperoleh nafkah dengan bekerja di luar rumah, untuk membantu perekonomian keluarga. Wanita di perkotaan kebanyakan bekerja baik di sektor formal maupun informal. Pada kondisi tersebut, bagi ibu yang sedang menyusui sulit untuk tetap dapat menyusui anaknya, apalagi kalau tempat tinggal berjauhan dengan tempat kerja. Demikian pula jika perusahaan tempat bekerja menetapkan aturan yang ketat terhadap jam kerja karyawannya. Keadaan seprti ini membuat ibu tidak bisa memberikan ASI lagi pada bayi. Tapi sayangnya para ibu menggantikan dengan makanan padat (Soedibyo, 2007). 2.3.3. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaran terhadap suatu objek tertentu. Pengindaran terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, di dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui orang lain. Menurtu Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni : a. Tahu (know) Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secar benar tentang objek yang diketahui, dan daoat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan katakata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada.

Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal (Notoatmodjo, 2003). Pemberian makanan pada bayi harus disesuaikan dengan perkembangan dari saluran pencernaan bayi yang belum sempurna. Dengan pemberian makanan terlalu dini telah diketahui dapat menimbulkan masalah dikemudian hari. Perlunya penundaan pemberian makanan hingga usia 6 bulan adalah untuk mencegah kemungkinan overfeeding karena bayi tersebut belum mampu memberikan pertanda bahwa bayi sudah kenyang. Pengetahuan seperti ini yang tidak diketahui oleh para ibu. Sebagian besar ibu juga belum mengetahui arti dan manfaat ASI (Soedibyo, 2007).