5. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Model Penentuan Skala Prioritas Konservasi Koleksi Lukisan

dokumen-dokumen yang mirip
1. BAB I PENGANTAR. kebutuhan pelaksanaan tindakan konservasi koleksi museum. Menurut Harry

Sunglasses kesehatan mata

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Metamerisme dan Iluminan Isi

STRUKTURISASI MATERI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

TEKNIK SENI LUKIS POTRET DIRI AFFANDI

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk;

Politeknik Negeri Sriwijaya

PENGARUH NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA PADA RESIN SEBAGAI MATERIAL TRANSPARAN ANTI UV DAN SELF CLEANING MATERIAL SKRIPSI LAILA SARI

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

MASTER LEDspot LV AR111 - solusi ideal untuk pencahayaan sorot di toko

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

Spektrofotometer UV /VIS

Matahari dan Kehidupan Kita

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam. Cahaya dapat kita temui dimana-mana. cahaya bersifat gelombang dan

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total.

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Tabel 4. 1 Rata-rata cuaca bulanan Stasiun PUSLITBANG FP UNS. Suhu Udara

Pemberian tanda dan pemasangan lampu halangan (obstacle lights) di sekitar bandar udara

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KONDISI TEKSTIL Form. LKT-Tekstil/MNI/2014

BAB I PENDAHULUAN. Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah dengan cara Solar Desinfection (SODIS). SODIS adalah

PERTEMUAN 10. Bahan Ajar 10. Metode penanganan koleksi permuseuman)

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

PENGARUH SERAPAN SINAR MATAHARI OLEH KACA FILM TERHADAP DAYA KELUARAN PLAT SEL SURYA

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara I PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

Perancangan dan Pengujian Sistem Pengukuran Sinar UV Dari Intensitas Matahari.

METODELOGI PENELITIAN

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C)

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Sistem Monitoring dan Kontrol Rumah Kaca berbasis Arduino, LabView dan Antarmuka Web

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PERANCANGAN RUMAH SAKIT ANAK DI BANDUNG

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. Minyak, gas serta batu bara telah menjadi bagian tak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

PERANAN ARSIPARIS DALAM PRESERVASI ARSIP Rusidi

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG TINGKAT PENCAHAYAAN DI LABTEK IXC

Jenis-jenis Monitor. Gambar 1. CRT

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

Antiremed Kelas 12 Fisika

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SILABUS PEMBELAJARAN

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat, dan pesatnya perkembangan teknologi. Berdasarkan data

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bagan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya seperti bidang industri, perkantoran dan rumah tangga. Peralatan

BAB III ELABORASI TEMA

FOTOGRAFI merupakan SAINS dan SENI Kata PHOTOGRAPHY berasal dari bahasa Yunani, yang berarti MENULIS DGN SINAR. Aspek Sains Fotografi mengandung arti

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

Transkripsi:

5. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Model Penentuan Skala Prioritas Konservasi Koleksi Lukisan Penelitian ini menitik-beratkan pada tindakan konservasi fisik pada koleksi lukisan sehingga pembobotan terhadap indeks kondisi fisik perlu mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari indeks arti khusus karena kondisi fisik memberikan kontribusi yang lebih besar bagi konservator ketika melakukan tindakan pada koleksi lukisan sedangkan arti khusus koleksi lebih digunakan sebagai pertimbangan bagi konservator dalam bernegosiasi terhadap segala kemungkinan potensi yang hilang ketika dilakukan tindakan fisik pada koleksi lukisan. Model penilaian yang diajukan dalam penelitian ini tidak serta-merta menjadikan segala keputusan yang diambil oleh konservator menjadi lebih objektif namun model ini dapat digunakan sebagai suatu instrumen yang dapat membantu konservator dalam menyeleksi koleksi yang akan ditangani dan menjadi pertimbangan sebelum konservator melakukan tindakan khusus pada koleksi lukisan (Muñoz Viñas, 2011, pp. 50-51). Peneliti meyakini dengan pasti bahwa model penentuan skala prioritas konservasi koleksi lukisan ini dapat digunakan dan diterapkan untuk museum sejenis. Keyakinan tersebut didasarkan pada variabel kondisi fisik koleksi lukisan yang digunakan dalam penelitian telah mengacu pada variabel kondisi fisik koleksi lukisan pada media kanvas secara umum. Sebagai contoh variabel kondisi fisik 267

268 seperti retak dan rapuh tidak mungkin berbeda antara koleksi lukisan yang dimiliki oleh satu museum dengan museum lain. Perbedaan yang mungkin terjadi antara museum satu dengan museum lainnya adalah penentuan kriteria penilaian yang digunakan karena metode penilaian ini sangat dipengaruhi oleh kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan skala kondisi fisik dan arti khusus koleksi lukisan. Dapat terjadi suatu museum telah mengembangkan kriteria penilaiannya menjadi lebih lebar dan lebih baik sehingga dapat menghasilkan penilaian dan penentuan skala prioritas yang lebih rinci dibandingkan dengan hasil penelitian ini. 5.2. Pengaturan Suhu dan Kelembapan Ruang Hasil penelitian ini telah menunjukkan bahwa suhu di dalam ruang Galeri I Museum Affandi belum masuk ke dalam kategori yang ideal (18 o C 22 o C) (Canadian Conservation Institute, 1993, hal. 2) (Heritage Collection Council, 1998, hal. 30) karena pada hari terang suhu maksimum mencapai 32,7 0 C dan suhu minimum 28,8 o C sedangkan pada hari gelap suhu maksimum mencapai 30,4 o C dan suhu minimum 26,4 o C. Kelembapan relatif ruangan di dalam ruang Galeri I Museum Affandi juga mencapai batas yang direkomendasikan yaitu sebesar 70%RH (Ankersmit & H.L. Stappers, 2017, p. 51) karena pada hari gelap tercatat mencapai tingkat kelembapan relatif sebesar 79,4 %RH sedangkan pada kondisi kering masih pada batas aman yaitu pada 50%RH dari nilai yang direkomendasikan yaitu 40%RH (Heritage Collection Council, 1998, hal. 30).

269 Berdasarkan hasil analisis suhu dan kelembapan relatif maka tindakan yang dapat diajukan oleh peneliti untuk mengatasi pemasalahan tersebut adalah sebagai beikut: 1. Alternatif Solusi 1. Melakukan penggantian/peremajaan perangkat AC yang digunakan di dalam ruang Galeri I karena dari dua buah AC yang ada, satu buah perangkat mengalami kerusakan dan satu buah perangkat yang masih beroperasional sudah tidak dapat berfungsi dengan optimal untuk menurunkan suhu dan mengatur kelembapan udara di dalam ruang Galeri I. Penggantian perangkat AC yang baru hendaknya perlu dipilih dengan cermat sehingga perangkat AC baru secara kuantitas dan kualitas dapat bekerja dengan lebih optimal yaitu dengan mempertimbangkan: a. Luas ruang. Kemampuan perangkat AC untuk dapat mengakomodasi pengaturan suhu dan kelembapan ruang dengan luas ruang Galeri I. b. Kemampuan perangkat AC untuk dapat mencapai tingkat suhu dan kelembapan ruang yang ideal bagi koleksi lukisan. c. Daya listrik yang dikonsumsi oleh perangkat AC perlu menjadi pertimbangan sebagai bagian dari efisiensi pengeluaran museum. 2. Alternatif Solusi 2. Mengoperasionalkan perangkat AC yang saat ini masih beroperasi pada siang hari. AC menghasilkan udara yang kering sehingga dapat digunakan untuk menjaga kelembapan ruang pada hari gelap tidak meningkat hingga di atas 70% RH sedangkan suhu yang di atur pada malam

270 hari dapat disamakan atau sedikit di atas rerata suhu di luar ruang pada hari gelap. 3. Alternatif Solusi 3. Menggunakan perangkat pengatur kelembapan udara yang dapat bekerja sebagai penambah kelembapan (humidifier) dan sebagai pengurang kelembapan (dehumidifier). Perangkat ini disarankan digunakan karena berdasarkan analisis suhu dan kelembapan relatif ruang, masalah kelembapan relatif ruang menjadi prioritas utama untuk dilakukan pengaturan. 5.3. Intensitas Cahaya dan Radiasi UV Matahari Berdasarkan analisis data terhadap intensitas cahaya matahari maka kerentanan koleksi lukisan berdasarkan perkiraan tingkat kerusakan akibat intensitas dan paparan radiasi ultraviolet cahaya matahari adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Kerentanan Koleksi Terhadap Intensitas Cahaya Matahari (Berdasarkan rerata tingkat kerusakan akibat intensitas cahaya matahari selama 7 jam) Tingkat Kerusakan 0 350 (Normal) 357 1050 (Toleransi) >1050 (Bahaya) Jumlah Koleksi dan Nomor Koleksi (Nomor koleksi diurutkan dari tingkat kerusakan terbesar hingga terkecil) Jumlah koleksi : 0 (0%) - Jumlah koleksi : 14 (42,4%) 3, 16, 23, 30, 25, 24, 17, 28, 22, 29, 21, 19, 18, 20 Jumlah koleksi : 19 (57,6 %) 41, 40, 39, 37, 10, 32, 38, 31, 6, 33, 12, 36, 34, 35, 26, 13, 27, 14, 15

271 Tabel 5.2. Kerentanan Koleksi Terhadap Radiasi UV Cahaya Matahari (Berdasarkan rerata tingkat kerusakan akibat radiasi ultraviolet cahaya matahari selama 7 jam) Tingkat Kerusakan 0 525 (Normal) 532 1050 (Toleransi) >1050 (Bahaya) Jumlah Koleksi dan Nomor Koleksi (Nomor koleksi diurutkan dari tingkat kerusakan terbesar hingga terkecil) Jumlah koleksi : 27 (81,8%) 14, 15, 16, 13, 10, 12, 17, 22, 18, 38, 39, 40, 6, 41, 37, 36, 23, 3, 27, 35, 24, 34, 26, 33, 25, 32, 31 Jumlah koleksi : 3 (9,1%) 20, 21, 28 Jumlah koleksi : 3(9,1 %) 30, 29, 19 Kesimpulan yang didapatkan dari kedua data tersebut adalah bahwa faktor intensitas cahaya matahari merupakan ancaman yang perlu diperhatikan oleh konservator Museum Affandi dibandingkan dengan tingkat kerusakan akibat paparan radiasi ultraviolet. Berdasarkan Grafik Gambar 4.21. Paparan Radiasi UV Matahari Pada Koleksi (lihat Gambar 4.21) menunjukkan bahwa tiga koleksi yang berjudul Peacock, Red Chilli, dan Parangtritis at Night memiliki potensi tingkat kerusakan yang tinggi akibat paparan radiasi UV. Potensi kerusakan akibat paparan radiasi UV tersebut karena posisi ketiga lukisan tersebut langsung berhadapan dengan pintu yang menggunakan penutup polycarbonat transparan sehingga cahaya dan radiasi UV masuk dan langsung menuju koleksi lukisan. Kondisi tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus bagi pengelola Museum Affandi untuk mengatur ulang posisi peletakan koleksi lukisan Affandi dalam pameran di dalam ruang Galeri I. Hendaknya penempatan koleksi lukisan perlu dijauhkan dari sumber masuknya cahaya dan radiasi UV.

272 Dampak dari intensitas cahaya yang tinggi juga dapat menyebabkan perubahan warna (faded, discolouring) dan meningkatnya suhu ruang seperti yang terjadi pada efek rumah kaca melihat Ruang Galeri I Museum Affandi yang tertutup rapat. Perubahan warna tidak selalu disebabkan oleh radiasi ultraviolet karena gelombang cahaya tampak yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu masih dapat melewati lubang cahaya yang terbuat dari bahan polycarbonate dengan warna abu-abu bening. Rekomendasi yang diajukan untuk mengurangi intensitas matahari ini adalah: 1. Alternatif Solusi 1. Mengganti warna dari penutup polycarbonate dengan warna putih susu sehingga pancaran cahaya matahari dapat menyebar (diffuse) namun ruangan masih cukup mendapatkan penerangan secara alami walaupun yang saat ini digunakan adalah warna abu-abu gelap transparan sehingga masih belum bisa menahan intensitas cahaya matahari. Dampak negatif dari pencahayaan yang menyebar ini adalah proses sesuaian warna (colour rendering) menjadi kurang baik karena mengurangi ketajaman warna (colour contrast) dari masing-masing warna pada koleksi lukisan. Contoh dari efek ini adalah perbedaan suasana lingkungan antara cuaca mendung dengan cuaca yang cerah (terik). Pada saat cuaca mendung, warna di lingkungan sekitar kita lebih berkesan suram sedangkan pada saat cuaca cerah maka kita dapat melihat lebih jelas dan lebih baik warna-warna yang ada di sekitar kita namun hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah karena lampu LED telah digunakan di dalam Ruang Galeri I untuk

273 membantu pencahayaan dan penggunaan lampu LED tersebut bersifat sementara yang hanya dinyalakan ketika ada pengunjung berada di dalam ruangan. 2. Alternatif Solusi 2. Mengembalikan kembali konsep penahan cahaya seperti yang pernah dilakukan yaitu dengan membentangkan kain putih sepanjang lubang cahaya. Konsep ini sebenarnya sama seperti rekomendasi yang diajukan pada nomor 1 yaitu menyebarkan cahaya matahari yang masuk ke ruangan. Konsep ini menjadi alternatif sehingga tidak perlu mengganti atap polycarbonat yang digunakan pada saat ini. Dampak negatif dari penggunaan konsep ini adalah kain penutup dapat menjadi kantung debu/kotoran sehingga perlu dilakukan pembersihan secara rutin. Jika bahan kain yang digunakan adalah bahan organik maka ada kemungkinan dapat menjadi tempat hidup investasi biologis seperti jamur dan dapat menjadi makanan serangga. Alternatif penggunaan bahan adalah menggunakan bahan sintetis seperti polyvinyl. 3. Alternatif Solusi 3. Menggunakan lapisan penyerap (filter) ultraviolet pada bagian penutup atap sehingga paparan radiasi ultraviolet dapat lebih dikurangi. Filter UV dapat berupa kaca dengan bahan yang mampu menahan radiasi UV atau dapat menggunakan filter UV berupa lembaran film yang biasa digunakan untuk melapisi kaca pada mobil.

274 5.4. Intensitas Cahaya dan Radiasi UV LED Berdasarkan analisis data terhadap intensitas cahaya LED maka kerentanan koleksi lukisan berdasarkan perkiraan tingkat kerusakan akibat intensitas cahaya dan paparan radiasi ultraviolet LED adalah sebagai berikut: Tabel 5.3. Kerentanan Koleksi Terhadap Intensitas Cahaya LED (Berdasarkan rerata tingkat kerusakan akibat intensitas cahaya LED selama 15 menit) Tingkat Kerusakan 0 12,5 (Normal) 12,75 37,5 (Toleransi) >37,5 (Bahaya) Jumlah Koleksi dan Nomor Koleksi (Nomor koleksi diurutkan dari tingkat kerusakan terbesar hingga terkecil) Jumlah koleksi : 1 (3%) 26 Jumlah koleksi : 2 (6%) 10, 16 Jumlah koleksi : 30(91%) 21, 33, 22, 31, 23, 38, 41, 18, 30, 15, 17, 39, 36, 14, 40, 32, 37, 34, 24, 28, 13, 29, 25, 3, 20, 6, 27, 19, 35, 12 Tabel 5.4. Kerentanan Koleksi Terhadap Radiasi UV LED (Berdasarkan rerata tingkat kerusakan akibat radiasi ultraviolet LED selama 15 menit) Tingkat Kerusakan 0 18,75 (Normal) 19 37,5 (Toleransi) >37,5 (Bahaya) Jumlah Koleksi dan Nomor Koleksi (Nomor koleksi diurutkan dari tingkat kerusakan terbesar hingga terkecil) Jumlah koleksi : 33 (100%) 21, 33, 40, 36, 27, 37, 34, 24, 25, 31, 23, 28, 29, 19, 22, 30, 15, 14, 20, 6, 38, 41, 17, 39, 32, 13, 3, 35, 12, 10, 16, 26, 18 Jumlah koleksi : 0 (0%) - Jumlah koleksi : 0 (0%) - Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis terhadap kerentanan koleksi akibat intensitas cahaya dan paparan radiasi ultraviolet adalah bahwa

275 koleksi lukisan yang berada di dalam Ruang Galeri I Museum Affandi memiliki kerentanan terhadap intensitas cahaya LED namun di sisi lain, tidak ada ancaman bagi koleksi lukisan akibat paparan radiasi ultraviolet LED. Hal ini terlihat dari sebanyak 30 koleksi lukisan (91%) berada pada tingkat kerentanan bahaya intensitas cahaya matahari namun sebanyak 33 koleksi lukisan (100%) berada pada tingkat kerentanan paparan radiasi ultraviolet yang sangat rendah (normal). Berdasarkan ancaman terhadap intensitas cahaya LED tersebut maka rekomendasi yang dapat diajukan bagi Museum Affandi adalah: 1. Alternatif Solusi 1. Mengurangi intensitas cahaya LED dengan cara mengurangi waktu paparan cahaya LED pada koleksi lukisan. Hal tersebut sudah dilakukan oleh Museum Affandi dengan cara menyalakan LED hanya jika diperlukan ketika terdapat pengunjung di Ruang Galeri I. Tindakan ini sebaiknya tetap dipertahankan. 2. Alternatif Solusi 2. Mengubah sudut jatuhnya cahaya LED sehingga mengurangi cahaya yang terlalu terfokus pada permukaan lukisan yang menimbulkan efek hot spot. 3. Alternatif Solusi 3. Mengatur jarak lampu LED dengan koleksi lukisan. Menjauhkan lampu LED dari koleksi lukisan hingga didapatkan intensitas cahaya yang tidak terlalu mengancam koleksi lukisan.

276 4. Alternatif Solusi 4. Mengganti (merotasi) koleksi lukisan yang ditampilkan pada Galeri I secara rutin untuk menghindari terjadinya akumulasi kerusakan akibat intensitas cahaya LED. 5.5. Skala Prioritas dan Rekomendasi Konservasi Koleksi Skala prioritas dan rekomendasi konservasi terhadap 33 buah koleksi lukisan karya Affandi yang berada di Galeri I Museum Affandi akhirnya dapat disusun setelah mendapatkan hasil akhir indeks kondisi fisik dan indeks arti khusus dari setiap koleksi lukisan. Penentuan skala prioritas dan rekomendasi konservasi koleksi lukisan disusun berdasarkan konsep dasar yang diajukan oleh Lesee dan Bradley yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti sehingga dapat sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan penghitungan tersebut maka dapat disusun tabel skala prioritas konservasi koleksi lukisan yang menjadi objek penelitian ini. Susunan koleksi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 5.5. Skala Prioritas Koleksi Lukisan Karya Affandi (Diurutkan berdasarkan skala prioritas) Prioritas I Prioritas II Prioritas III Prioritas IV No Koleksi Judul Lukisan Indeks Kondisi Fisik Indeks Arti Khusus Nilai Akhir Skala Prioritas 27 Copy Bruegel 1 2 2 3 13 The Mother and Her Daughter 1 2 2 3 10 Captured Spy 1 2 2 3 12 Family of Sudarso 1 2 2 3 14 Mother Inside The Room 1 2 2 3 15 A Painter With The Daughter 1 2 2 3

277 18 Holding My First Grandchild 1 2 2 3 31 Potret Diri dan Tujuh Matahari 1 2 2 3 32 Potret Diri (1964) 1 2 2 3 33 Potret Diri (1970) 1 2 2 3 25 Mother in Law 1 2 2 3 26 My Wife and Her Mother 1 2 2 3 24 Red Sun and Balinese Boat 1 2 2 3 28 Place Du Tetre 1 2 2 3 22 Bird Market 1 2 2 3 36 Sesudah Gagal Melukis 1 2 2 3 29 Red Chili 1 2 2 3 19 Parangtritis at Night 1 2 2 3 40 Potret Diri Tidak Tercapai 1 2 2 3 3 Potret Met Dochter 0 3 0 4 6 Nude 0 2 0 4 16 European Girl 0 2 0 4 17 Mother s Anger 0 2 0 4 21 Kecak Dance 0 2 0 4 20 Fallen Plant in The Rice Field 0 2 0 4 34 Potret Diri Menghisap Pipa 0 2 0 4 35 Tiga Ekspresi Wajah 0 2 0 4 23 Four Dead Rooster and The Foot 0 2 0 4 30 Peacock 0 1 0 4 37 Potret Diri Bathuk Mripat 0 2 0 4 38 Ke Bali Bekerja 0 2 0 4 39 Potret Diri dan Ayam Mati 0 2 0 4 41 Embrio 0 2 0 4

278 Berdasarkan sajian data pada tabel di atas maka perbandingan populasi koleksi lukisan yang menjadi objek penelitian berdasarkan skala prioritas konservasi koleksi lukisan adalah sebagai berikut: Tabel 5.6. Jumlah Koleksi Berdasarkan Skala Prioritas Konservasi Skala Prioritas Jumlah Koleksi % Jumlah Koleksi Rekomendasi 1 0 0% Restorasi 2 0 0% Remedial 3 19 58% Monitoring Intensif 4 14 42% Monitoring Gambar 5.1. Grafik Skala Prioritas Koleksi Lukisan ( : Skala 4 : Skala 3 : Skala 2 : Skala 1) Berdasarkan jumlah koleksinya maka sebanyak 19 koleksi lukisan di Galeri I mendapatkan predikat rekomendasi berupa monitoring intensif walaupun menunjukkan kondisi fisik yang baik namun beberapa komponen lukisan

279 menunjukkan kondisi yang tidak stabil. Selain itu, koleksi yang termasuk dalam kategori ini memiliki arti khusus sedang (skala 2). Tindakan monitoring intensif ini disarankan untuk dilakukan pada koleksi tersebut untuk melihat perkembangan kondisi fisik komponen yang tidak stabil. Jika kondisi fisik yang tidak stabil tersebut di kemudian hari tidak menunjukkan perkembangan ke kondisi yang lebih rusak maka skala prioritasnya dapat diturunkan ke kategori monitoring. Tindakan monitoring intensif ini dapat disarankan untuk dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan sekali. Sebanyak 14 buah koleksi lukisan lain yang dipamerkan di Galeri I masuk dalam skala prioritas 4 sehingga rekomendasi tindakan konservasi yang perlu dilakukan adalah melakukan monitoring. Tindakan monitoring tersebut disarankan dilakukan dalam kurun waktu 6 bulan sekali mengingat kondisi fisik koleksi yang stabil. Jika pada suatu saat koleksi dalam kelompok ini terdapat kerusakan yang menyebabkan ketidakstabilan pada kondisi fisiknya maka koleksi dapat ditingkatkan skala prioritasnya menjadi lebih tinggi. 5.6. Saran Penelitian Penelitian mengenai penentuan skala prioritas konservasi koleksi lukisan yang dilakukan oleh peneliti hingga saat ini tentunya masih memiliki beberapa kekurangan. Hal tersebut disebabkan karena hingga saat ini, metode penilaian yang dilakukan untuk menentukan tindakan pada koleksi museum belum pernah menerapkan metode kuantitatif. Penerapan metode kuantitatif pada penentuan skala prioritas koleksi lukisan dalam penelitian ini sangat bergantung pada tingkat rinci variabel dan kriteria yang

280 digunakan semakin rinci kriteria yang ditentukan maka nilai yang dihasilkan akan lebih menggambarkan arti khusus koleksi lukisannya. 5.6.1. Pengembangan Skala dan Kriteria Skala penilaian yang digunakan dalam penelitian ini baru menggunakan skala dengan rentang yang pendek (skala 0 3). Rentang skala yang pendek ini sebenarnya lebih mudah diterapkan namun proses seleksi atau pengkategorisasian koleksi lukisannya masih terlalu luas. Skala yang lebih lebar sebenarnya akan lebih baik hasilnya untuk menghasilkan hasil akhir yang lebih terkategorisasi karena penggunaan skala yang lebih lebar akan mengasilkan kelompok-kelompok yang lebih banyak dan lebih rinci. Penggunaan skala yang lebih lebar, sebagai contoh 0 10, tentunya akan ebih baik dibandingkan dengan skala yang lebih pendek (skala 0 3) namun hal ini juga tidak menjadikan metode penilaian menjadi semakin mudah. Penggunaan skala yang lebih lebar tentunya membutuhkan kriteria penilaian yang lebih banyak dan lebih rinci untuk membedakan antara skala yang satu dengan skala yang lainnya. Pengembangan skala penilaian tersebut tentunya berdampak pada pengembangan kriteria penilaian. Semakin lebar rentang skala yang digunakan tentu memerlukan penentuan kriteria yang lebih rinci untuk dapat membedakan antara skala yang satu dengan skala lainnya.

281 5.6.2. Pembobotan Antar Variabel Pembobotan akan lebih baik jika diterapkan pada setiap variabel penilaian (baik variabel kondisi fisik maupun variabel arti khusus) karena masing-masing variabel penilaian yang ada memiliki kontribusi yang tidak sama dalam mempengaruhi kondisi fisik maupun arti khusus. Variabel yang memberikan kontribusi besar dalam mempengaruhi kondisi fisik maupun arti khusus alangkah lebih baik mendapatkan bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan variabel yang lain. Sebagai contoh, pemudaran warna pigmen cat minyak hendaknya memiliki bobot yang lebih kecil dibandingkan dengan terjadinya pengelupasan pigmen warna karena pemudaran warna pigmen tidak berkontribusi besar terhadap hilangnya informasi dibandingkan dengan pengelupasan pigmen cat. Berdasarkan contoh tersebut di atas maka skala 3 pada pemudaran warna pigmen cat minyak (faded) memiliki bobot yang lebih kecil dibandingkan dengan skala 3 pada pengelupasan pigmen cat (embritllement).