BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Tekanan untuk makan dengan kejadian picky eater pada anak usia 2-3 tahun

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 2004). tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Gizi merupakan hal paling penting dalam proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

BAB I PENDAHULUAN. saat pemberian makan. Sensory food aversion atau picky eater adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan anak dalam siklus kehidupannya untuk perkembangan dan menjaga

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. mandibula baik kanan maupun kiri, pada anak umur 6-16 bulan adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan

BAB I : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencapaian MDGs yaitu status gizi balita. Masalah gizi utama di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Perilaku Makan Ibu dan Faktor Lainnya Dengan Perilaku Picky Eating

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

GAMBARAN PENYEBAB KESULITAN MAKAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 3-5 TAHUN DI PERUMAHAN TOP AMIN MULYA JAKABARING PALEMBANG TAHUN 2009

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

Kenaikan Berat Badan Balita Usia 6-12 Bulan Berdasarkan Jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PILIH PILIH MAKAN PADA ANAK USIA 1 SAMPAI 3 TAHUN DI DESA SUCI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) adalah air susu yang diproduksi oleh ibu untuk

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan dan kualitas sumber daya manusia. merupakan faktor yang menentukan untuk meningkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada bayi dan anak, makan merupakan kegiatan natural yang terjadi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang yang optimal (golden periode)terutama untuk pertumbuhan jaringan otak,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEJADIAN PILIH-PILIH MAKANAN (PICKY EATERS) PADA BALITA DI BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BAYI DI KELURAHAN BIRA KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. makanan yang terbaik bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain

BAB I PENDAHULUAN. sakit). Bila kurangnya pengetahuan tentang zat gizi pemberian terhadap anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

1 Universitas Indonesia

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia 1-3 tahun berada pada masa pertumbuhan cepat setelah masa bayi. Meskipun lajunya menurun dibanding saat bayi, pada masa ini berat dan panjang badan anak akan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0.23 kg dan 1 cm setiap bulannya. Perkembangan kognitif dan emosional juga terus meningkat, bertambah keterampilannya sejalan dengan bertambah usianya (Wooldridge, 2011). Agar tercapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, maka diperlukan dukungan gizi yang yang baik (National Health and Medical Research Council, 2012). Namun demikian, seperti halnya laju pertumbuhan yang menurun, pada usia 1-3 tahun terjadi pula penurunan nafsu dan asupan makan (Wooldridge, 2011). Sehingga tidak jarang ibu mengeluh adanya kesulitan makan pada anak, terutama variasi pangan yang sedikit atau pilih-pilih makanan (picky eating) (Ekstein et al., 2010). Perilaku sulit makan dapat berawal dari pola makan ibu yang kurang baik, sehingga semakin bervariasi makanan ibu, maka anak akan semakin mudah menerima berbagai macam makanan (Ashman et al., 2014; Fisk et al., 2011). Sebaliknya, ibu dengan kebiasaan makan yang buruk juga akan mendapati anaknya lebih suka mengkonsumsi makanan serupa (Gugusheff et al., 2013). Cara ibu dalam memberikan makan juga memiliki pengaruh pada perilaku makan anak. Tekanan yang diberikan ibu atau pengasuh dalam memberikan makan dapat menyebabkan anak menjadi picky eater (Galloway et al., 2005; Gregory et al., 2010; Powell et al., 2011). Pola pemberian makan pada awal kehidupan juga sangat berpengaruh pada perilaku makan anak selanjutnya. Pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan, terbukti dapat mengurangi 4 kali risiko anak menjadi pemilih makanan. MP-ASI hendaknya diberikan tidak terlalu dini ataupun terlambat. Pemberian MP-ASI sebelum 6 bulan, akan meningkatkan risiko anak menjadi picky eater sebesar 2,5 kali (Shim et al., 2011). Idealnya variasi makanan padat hendaknya dikenalkan 1

2 pada rentang usia 6-9 bulan, karena anak akan menjadi lebih pemilih apabila makanan dikenalkan saat usianya lebih dari 9 bulan (Coulthard et al., 2009). Picky eater merupakan masalah yang serius. Tergantung dari metode yang digunakan, prevalensi picky eater bervariasi antara 5,6 - > 50% (Tharner et al., 2014). Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa prevalensi sulit makan pada anak pra sekolah terkait picky eater antara lain kurangnya variasi pangan (58.1%), penolakan pada sayur, buah, daging, dan ikan (55,8%), dan kesukaan pada metode pemasakan tertentu sebesar 51,2% (Shim et al., 2011). Dilihat dari usia, prevalensinya juga secara konsisten meningkat sejalan dengan peningkatan usia dari 4-24 bulan, yaitu berkisar antara 17-47% pada laki-laki dan 23-54% pada perempuan (Carruth et al., 2004). Sedangkan penelitian Cano et al. (2015) menunjukkan bahwa prevalensi picky eater tertinggi pada usia 3 tahun (27,6%) apabila dibandingkan dengan usia 1,5 maupun 6 tahun. Di Indonesia, hasil penelitian Imawati (2010), yang mengalami sulit makan sebesar 23,9%, yang 45,5% diantaranya adalah picky eater. Masalah makan pada anak dapat berakibat jangka panjang pada pertumbuhan dan perkembangan. Anak picky eater akan mendapatkan zat gizi dari makanan yang terbatas dalam hal variasinya, sehingga berpotensi mengalami kekurangan gizi, dan risiko lebih besar pada usia kurang dari 3 tahun (Ekstein et al., 2010). Dubois et al. (2007) juga menemukan bahwa picky eater memiki risiko 2 kali lebih besar untuk menjadi underweight pada usia 4.5 tahun dibandingkan anak yang tidak pernah menjadi picky eater. Underweight akan mengganggu perkembangan kecerdasan, proses belajar, lebih rentan terhadap infeksi, meningkatkan keparahan penyakit, hingga meningkatkan mortalitas (Ekstein et al., 2010) Berdasarkan latar belakang di atas dan masih terbatasnya penelitian mengenai picky eater pada anak di Indonesia khususnya Yogyakarta, maka peneliti tertarik melakukan penelitian guna mengetahui apakah variasi pangan ibu, lama ASI saja, usia mulai MP-ASI, variabilitas pangan pada usia dini, serta tekanan untuk makan berhubungan dengan terjadinya picky eater pada anak usia 2-3 tahun, di wilayah kerja Puskesmas Gamping II, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

3 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah variasi pangan ibu berhubungan dengan kejadian picky eater pada anak usia 2-3 tahun? 2. Apakah lama ASI saja berhubungan dengan kejadian picky eater pada anak usia 2-3 tahun? 3. Apakah usia mulai makanan padat berhubungan dengan kejadian picky eater pada anak usia 2-3 tahun? 4. Apakah variabilitas pangan pada usia dini berhubungan dengan kejadian picky eater pada anak usia 2-3 tahun? 5. Apakah tekanan untuk makan berhubungan dengan kejadian picky eater pada anak usia 2-3 tahun? 6. Apakah variasi pangan ibu berhubungan dengan variasi pangan pada anak usia 2-3 tahun? 7. Apakah lama ASI saja berhubungan dengan variasi pangan pada anak usia 2-3 tahun? 8. Apakah usia mulai makanan padat berhubungan variasi pangan pada anak usia 2-3 tahun? 9. Apakah variabilitas pangan pada usia dini berhubungan dengan variasi pangan pada anak usia 2-3 tahun? 10. Apakah tekanan untuk makan berhubungan dengan kejadian picky eater pada anak usia 2-3 tahun? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hubungan variasi pangan ibu dengan kejadian picky eater pada anak 2. Mengetahui hubungan lama ASI saja dengan kejadian picky eater pada anak 3. Mengetahui hubungan usia mulai makanan padat dengan kejadian picky eater pada anak

4 4. Mengetahui hubungan variabilitas pangan usia dini dengan kejadian picky eater pada anak 5. Mengetahui hubungan tekanan untuk makan dengan kejadian picky pada anak 6. Mengetahui hubungan variasi pangan ibu dengan variasi pangan pada anak 7. Mengetahui hubungan lama ASI saja dengan variasi pangan pada anak usia 2-3 tahun. 8. Mengetahui hubungan usia mulai makanan padat dengan variasi pangan pada anak 9. Mengetahui hubungan variabilitas pangan usia dini variasi pangan pada anak 10. Mengetahui hubungan tekanan untuk makan dengan variasi pangan pada anak D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman peneliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan picky eater pada anak 2. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi Pembuat Kebijakan Memberi gambaran besar masalah picky eater pada anak usia 2-3 tahun di Sleman, Yogyakarta untuk selanjutnya dapat diambil langkah penanganan, sehingga dapat mencegah dampak buruk lebih lanjut. 4. Bagi Masyarakat Mengidentifikasi dan menangani picky eater pada anak usia 2-3 tahun utamanya di lokasi penelitian agar tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.

5 E. Keaslian Penelitian 1. Persamaan Variabel yang diteliti pada penelitian di bawah ini (Tabel 1) meliputi variabel variasi pangan ibu dan anak, pola pemberian ASI dan MP-ASI, tekanan saat pemberian makan, dan kesulitan makan pada anak. Terdapat kesamaan variabel dengan variabel yang akan diteliti, namun tidak ada satu penelitian dari Tabel 1 yang mencakup semua variabel yang akan diteliti oleh peneliti. Persamaan yang lain terdapat pada salah satu penelitian yang menggunakan desain cross sectional seperti pada penelitian yang akan dilakukan, serta persamaan metode penentuan picky eater dengan salah satu penelitian. 2. Perbedaan Penelitian yang telah ada (Tabel 1) tidak mencakup keseluruhan variabel yang akan diteliti pada satu penelitian, setiap penelitian memiliki perbedaan baik pada variabel bebas maupun terikat. Perbedaan yang lain pada subyek, sebagian besar desain penelitian, dan tempat penelitian. Namun demikian, hal yang paling membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang telah ada terletak pada penilaian variasi pangan ibu dan anak yang menggunakan skor variasi pangan dalam 1 minggu.

6 Tabel 1. Keaslian Penelitian No Peneliti Jurnal Judul Subyek Metode Variabel Hasil 1 Tharner et Kohort al. (2014) prospektif 2 Galloway et al. (2005) 3 Coulthard et al., (2009) 4 Fitriani, et al. (2009) International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity Journal of the American Dietetic Association Maternal and Child Nutrition Publikasi Ilmiah FKM Unsri Toward an operative diagnosis of fussy / picky eating : a latent profile approach in a populationbased cohort Parental Pressure, Dietary Patterns, and Weight Status among Girls Who Are Picky Eaters Delayed introduction of lumpy foods to children during the complementary feeding period affects child s food acceptance and feeding at 7 years of age Gambaran penyebab kesulitan makan pada anak prasekolah usia 3-5 tahun di Perumahan Top Amin Mulya Palembang 4914 anak usia 4 tahun pada populasi berbasis kohort 173 anak perempuan kulit putih pada usia 7 dan 9 tahun beserta ibunya. 7821 ibu dengan anak yang lahir di tahun 1991/1992 59 anak prasekolah usia 3-5 tahun Kohort prospektif Kohort prospektif Cross sectional Bebas: Perilaku makan Terikat: Picky/Fussy eatingin children Bebas: asupan buah dan sayur pada ibu dan penggunaan tekanan saat memberikan makan saat anak berusia 7 tahun Terikat : picky eating dan asupan makanan saat anak berusia 9 tahun. Bebas: Pengenalan makanan padat pada berbagai usia Terikat:Intake makanan dan kesulitan makan saat anak berusia 7 tahun Merupakan penelitian deskriptif mengenai penyebab kesulitan makan pada anak Prevalensi fussy eating sebesar: 5.6%. Fussy eater lebih berasal dari keluarga berpendapatan lebih rendah, asupan sayuran lebih rendah, asupan gula-gula dan snack lebih tinggi, dan lebih underweight saat usia 4 tahun. Ibu dengan konsumsi sayur dan buah yang lebih banyak akan lebih tidak menekan anak untuk makan dan anak menjadi lebih tidak picky, serta mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah. Anak picky eater lebih sedikit mengkonsumsi sayur dan buah. Anak-anak yang dikenalkan makanan padat setelah 9 bulan akan makan dengan variasi lebih sedikit dibanding yang dikenalkan pada usia 6-9 bulan. Pada usia 7 tahun mereka juga lebih memiliki masalah makan. Proporsi sulit makan: 59,3 % dan variasi makan anak sedang sebesar 22%. Anak yang sulit makan, makan dengan disuapi dan makan sambil bermain.

7 Lanjutan Tabel 1 No Peneliti Jurnal Judul Subyek Metode Variabel Hasil 5 Fisk et al. Kohort Bebas: kualitas diet ibu (2011) prospektif Terikat: kualitas diet anak. 6 Shim et al. (2011) 7 Powell et al. (2011) 8 Imawati (2010) British journal of Nutrition Journal of the American Dietetic Association Appetite Skripsi Influences on the quality of young children s diets : the importance of maternal food choices Associations of infant feeding practices and picky eating behaviors of preschool children Food avoidance in children. The influence of maternal feeding practices and behaviours Kaitan antara pengasuhan dan kesulitan makan dengan status gizi balita di Kelurahan Loktabat Selatan Kotamadya Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan 1640 ibu dan anak usia 3 tahun di Inggris 129 ibu yang memiliki anak usia 2-3 tahun 104 ibu dan anaknya yang berusia 3-6 tahun di Inggris 92 ibu dan balita Retrospektif Bebas: Praktek pemberian makan saat bayi Terikat: Perilaku picky eater saat pra sekolah Cross sectional Cross sectional Bebas: Umur, jenis kelamin, dan temperamen anak, pengendalian makan oleh ibu dan praktek pemberian makan. Terikat: Perilaku penolakan makan pada anak. Bebas: Pengasuhan anak dan kesulitan makan Terikat: Status gizi balita Ibu dengan kualitas diet yang baik, usia lebih tua, pendidikan lebih tinggi, IMT lebih rendah, tidak merokok, dan hidup dengan pasangan, akan cenderung memiliki anak dengan kualitas diet yang baik. Pengenalan MP-ASI sebelum 6 bulan meningkatkan risiko picky eater sebesar 2.5 kali, sedangkan ASI eksklusif 6 bulan menurunkan risiko picky eater hingga 4 kali. Pemberian tekanan pada anak saat makan secara signifikan menjadi prediktor dari perilaku penolakan makanan pada anak. Tidak ada kaitan bermakna antara pengasuhan dengan kesulitan makan balita dan status gizi balita, namun ada kaitan bermakna antara kesulitan makan dan status gizi balita.