MENELUSURI ASAL USUL BANGSA MELAYU

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

SRIWIJAYA JAYA SEPANJANG MASA. Oleh YUNANI* Disampaikan pada Seminar Nasional Masyarakat Sejarahwan Indonesia Cabang Sumatera Selatan

Kerajaan Sriwijaya. 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA

PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan individu. Manusia sejak ia bangun sampai ia memejamkan mata, selalu

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Mengungkap Bukti Kejayaan Sriwijaya dalam Taman Purbakala Sriwijaya Nama Mahasiswa : Veronika Joan Putri NIM :

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN KERAJAAN MELAYU SAMPAI MASA ADITYAWARMAN. Oleh: Drs. Alian, M.hum. Abstrak

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah

Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan, 2018 Pengenalan Lingkungan dan Potensi Daerah (Sumatera)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :

KERJASAMA KERAJAAN SRIWIJAYA DENGAN DINASTI TANG PADA TAHUN M

I. PENDAHULUAN. adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat adat

Srivijaya. Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang. tsabit azinar ahmad-unnes

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2

KESASTRAAN MELAYU KLASIK oleh Halimah FPBS UPI Bandung

Forum Bina Prestasi DI UNDUH DARI YUDHISTIRA LEARNING CENTER. Anggota Ikapi

MEMOAR I TSING (671 M)

1. Prasasti Kedudukan Bukit (605 Saka=683 M)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

SENI ORNAMEN DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU RIAU

MUNCULNYA MASYARAKAT INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB 2 : KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDDHA Nurul Layyina X IIS 2

BAB VI KERAJAAN SRIWIJAYA

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA JAKARTA, MEDAN, DAN UJUNG PANDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

Bahagian A. (40 markah) Jawab semua soalan

Membekalkan hasil tempatan dan hasil kawasan takluk kepada pedagang antarabangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan serangkaian pulau besar-kecil dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

Tamadun Islam dan Tamadun Asia Edisi Kedua (TITAS) Bab 1: 1

PERCANDIAN PADANGLAWAS

Sejarah Sosial & Politik Indonesia.

SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.4. Pasasti Yupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAHASA INDONESIA FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Copyright (C) 2000 BPHN

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.2

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Dharmasraya dengan ibukota Pulau Punjung adalah salah satu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 08 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN HARI JADI PEKANBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada di Indonesia pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia terbentuk

Pengenalan Budaya Sumatera

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PENDIDIKAN PANCASILA. Hakikat Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Novia Kencana, S.IP, MPA

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

BELAJAR DARI SYAKHYAKIRTI: PERGURUAN TINGGI MASA SRIWIJAYA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Uji Kompetensi. Sumber : Taufik Abdullah (ed) Indonesia Dalam Arus Sejarah. Jilid II. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve.

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya

Transkripsi:

Menelusuri Asal Usul Bangsa Melayu, Yunani Hasan 27 MENELUSURI ASAL USUL BANGSA MELAYU Yunani Hasan FKIP Universitas Sriwijaya 082185109340 Abstrak: Asal usul orang Melayu Kuno mengalami kesulitan untuk penelusuran dikarenakan bukti-bukti pendukung sangat sedikit dan skup spasial yang sangat sempit, bahkan untuk mengakaji orang Melayu yang berada di Sumatera Tengah atau Jambi juga tidak banyak bukti. Namun dapat di lihat dari ciri-ciri terdapat dari karakteristik manusia dan peninggalan material seperti rumah dan perangkat lainnya. Bukti-bukti lain tempat permukiman juga tidak ada prasasti yang dijadikan bukti. Hanya dapat di lihat dari rumah-rumah yang ada dalam suatu perkampungan atau yang di kenal dengan Wanua. Ciri perkampungan yang ada, rumah-rumahnya bertiang, terbuat dari kayu yang mempunyai ruang-ruang atau bilik yang besar. Bahkan telah memiliki ruang-ruang ibadah. Sedangkan bahasa tidak jauh beda hanya perbedaan dialek (pengucapan). Kata Kunci : Melayu, Kerajaan Kuno PENDAHULUAN Sangat sukar berbicara tentang asal usul orang Melayu Kuno, oleh karena data akuratnya sangat sedikit, apalagi tentang orang Melayu dari Sumatera Tengah atau Jambi saja. Maka kita harus mempelajari peninggalan rangka manusia dari Sumatera atau Semenanjung Melayu bahkan Sumsel, Lampung, Jambi, Riau, Bengkulu, Kalimantan (Sarawak). Kesukaran yang lain adalah tidak sesuainya kebudayaan dan ras, karena ras yng berlainan dapat mendukung kebudayaan yang sama, dan ras yang sama dapat mempunyai kebudayaan yang berlainan. Dapat pula terjadi pendukung kebudayaan yang sama terdiri atas populasi multirasial, baik menyatu atau terpisah (Yacub T, 2001:1). Masalah rasial sendiri cukup rumit dan kelompok manusia tidak dapat kita kelasifikasi dengan memuaskan, karena variasi intraspesifik sukar dibuat dengan tegas, karena pasti ada bagian yang tumpang tindih, dan di daerah perbatasan biasanya terjadi percampuran ras. Pada peringkat subrasial atau dibawahnya lagi sudah sukar sekali kita pisahkan kelompok manusia dalam golongan-golongan yang bermakna, karena perbedaan genetis dan lingkungannya makin sedikit. Kalau orang Melayu kita golongkan dalam ras Mongoloid, maka mereka merupakan dari Mongoloid Selatan yang mendiami Melayu Sumatera dan Sumatera Tengah dan dapat digolongkan bagian dari subras Melayu-Indonesia (Suwardhi, 1992:38). PEMBAHASAN PANDANGAN ANTHROPOLOG Para Anthropologi sepakat bahwa ada 3 ras yang dibuktikan sampai sekarang,

Menelusuri Asal Usul Bangsa Melayu, Yunani Hasan 28 yaitu Negerid, Mongoloid, dan Kaukasid. Tetapi di samping itu ada dua ras yang lebih kecil yang sukar digolongkan ke dalam ketiganya, yaitu Khoisanid dan Australomelanesid. Indonesia dianggap dihuni oleh Australomelanesid dan Mongoloid. Pada masa awalnya Indonesia hampir seluruhnya di diami oleh orang Australomelanesid (sehingga ada ahli yang menyebut Indonesia sebagai Paleomelanesia), dan sekarang dihuni oleh Mongoloid. Di Indonesia bagian Timur masih terdapat ras Australomelanesid dan ada yang bercampur dengan Mongolid terutama di daerah Wallacea. Lebih tepat kalau di daerah ini dikatakan percampuran dari berbagai ras, sedangkan di Indonesia Barat ras Mongoloid sudah lebih dominan, dan di Irian percampuran baru terjadi di daerah pantai (Ayatrohaedi, 1981:84). Perkembangan selanjutnya temuantemuan rangka di pantai Timur Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Jawa, Bali, Flores, Sumbawa, Sulawesi Selatan, Timor dan Irian. Hasil penemuan dikelompokan menjadi beberapa rasial sebagai berikut: 1. Kepala bundar, muka lebar karena Tulang pipi menonjol ke samping, rahang bagian ceruk menonjol ke depan, busur pipi membentuk siku-siku di pandang dari bawah, dahi membulat, rongga hidung sedang lebarnya, dan beberapa ciri pada tulang telinga dan rahang atas. 2. Lengan pendek dibanding dengan tubuh dan tungkai. 3. Tinggi badan berkisar dari Pendek sampai tinggi. 4. Giginya memperlihatkan penembilangan pada gigi seri atas, mutiara enamel pada geraham, mengecilnya gigi seri atas kedua, tidak terjadinya graham belakang, gigi muka menonjol ke depan, geraham yang relatif kecil, dan pola kunyah geraham mereduksi. Ras Australomelanesid di tandai antara lain oleh ciri-ciri: 1. Kepala lonjong, isi tengorak agak kecil, muka sedang lebarnya, busur pipi tidak menyiku, rahang bawah menonjol ke depan (tongos) dan dasarnya cembung, dahi miring dan rongga hidung lebar. 2. Lengan relatif panjang 3. Tinggi badan berkisar dari sangat pendek sampai tinggi 4. Gerahamnya relatif besar, pola muka-kunyanya banyak berbentuk Y5, gigi kurang mereduksi dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, penembilangan kurang (Yacob, 2001:5). Subras Malayid berbeda dari Mongoloid lain, dan ini lebih mudah dilihat pada orang hidup, tetapi Sukar pada rangka. Di Indonesia dari ras Australomelanesid terdapat subras Arafurid dan Papuid, yang juga sukar dibeda-bedakan, meskipun lebih mudah dipisahkan dari subras Australid dan Tasmanid. Dari data yang ada terbukti tidak hanya di Asia Tenggara continental yang terdapat Austramelanesid juga di Semenanjung Melayu, Vietnam, Kampucea dan Laos. Ini terbukti temuan sampai 10.000 tahun yang lalu, tetapi tidak begitu pasti bagi temuan 20.000 tahun yang lalu (menurut Asmito, 1988:28). Onfigurasi rasial yang terdapat dikalangan Homo Sapien (manusia modern) dimulai sekitar 15.000 tahun yang lalu, sebelumnya gambaran rasial di dunia lain lagi, demikian pula 15.000 tahun yang akan datang. Sedangkan bahasa Melayu diperhitungkan sudah ada sebelum 2.500

Menelusuri Asal Usul Bangsa Melayu, Yunani Hasan 29 tahun yang lalu, dan kerajaan Melayu diperkirakan antara 1500-1000. SUMBER-SUMBER BERITA ASAL USUL MELAYU Istilah Melayu sering kita dapatkan pada nama suku bangsa, bahasa, kebudayaan, yakni suku Melayu, bahasa Melayu, kebudayaan Melayu, dan dapat disaksikan wujudnya di kawasan Asia Tenggara. Namun istilah Melayu di hubungkan dengan sebuah kerajaan yang pernah berkembang abad 7 Masehi, maka menimbulkan banyak interpretasi (Saudagar, 1992:14). Istilah Melayu dikembangan dari toponim Mo-lo-yeu. Seorang pendeta Buddha dari Cina bernama I-tsing berlayar menuju India, tahun 671 Masehi singgah di Mo-Lo-Yeu (Muljana, 1981). Selain itu, istilah Melayu berasal dari nama sebuah sungai Melayu. Menurut sejarawan Malaysia Hj. Muhammad Said, sumber dari Col. Greany dikutip dari kitab Udang-undang Siam, dikatakan ada kerajaan Melayu pada tahun Masehi 677 di sungai Melayu. Sedangkan untuk nama di jumpai di lokasi situs percandian muara Jambi. Nama Melayu ada yang ditulis Malayur, Malayu atau Melayu, sedangkan dalam catatan dinasti Yuan (abad 13-14) ditulis dengan kata Ma- Li-Yu-Eul (Coedes, 1918). Sedangkan Marcopolo menulis istilah dengan kata Malaiur. Dalam bahasa Malayu Jambi, kata Melayu mungkin diambil dari kata layu artinya tiada berdaya lagi atau luluh. HUBUNGAN MELAYU DENGAN JAMBI Pusat pemerintahan diperkirakan juga berada dilokasi situs Solok Sipin, di Kotamadya Jambi sekarang ini. Tepatnya di sekitar lokasi kelompok candi Sekarabah, sekarang masjid Agung Al-Falah Jambi. Di kisahkan bahwa raja yang memerintah bernama Raja Dewa Sekarabah, gelar Si Pahit Lidah. Raja Dewa Sekarabah adalah keturunan mukat-mukatan, artinya dari kalangan pimpinan keagamaan. Tanda kesetiaan rakyat kepada Raja Dewa Sekarabah diwujudkan dalam bentuk sumpah, misalnya bila ada yang menentangnya maka akan mendapat celaka. Dalam Prasasti Tanjore, dikeluarkan oleh Rajenraooladewa tahun 1030 di India, dinyatakan bahwa ibukota kerajaan Melayu dengan benteng pertahanannya terletak diatas bukit (Muljana, 1981). Kawasan Solok Sipin di kota Jambi adalah suatu kawasan perbukitan dipinggir sungai Batanghari dengan ketinggian sekitar 22-27 Meter dari permukaan laut. Di lokasi situs ini di jumpai 4 kelompok candi yakni candi Sekarabah, candi Kotoh, candi Solok Sipin, dan candi Sausejkit, 4 buah marakah, arca Buddha, stupa. Temuan arkeologi selain adalah keramik Cina dari berbagai dinasti, mata uang Cina, mata uang beraksara arab Melayu, dan mata uang VOC berangka 1748 Masehi. 4 buah makarah di situs Solok Sipin ini di akui makarah terindah dan terbesar di Indonesia. HUBUNGAN MELAYU DENGAN SRIWIJAYA Berita lain ini menceritakan pelayaran pulang pendeta Cina bernama I-tsing mencatat bahwa kerajaan Mo-lo-yeu (melayu) telah menjadi bagian dari Sriwijaya (Shih-lo-fo-shih). Timbulnya perubahan politik di dalam kerajaan Melayu terjadi sekitar tahun 671-688 / 9 Masehi. Interpretasi atas perubahan di dalam kerajaan Melayu ini ada beda pendapat antara para ahli. Sarjana perancis bernama Georges Coedes adalah ilmuan pertama yang menempatkan pusat kerajaan Sriwijaya di Palembang melalui karangannya Le Royaume de Crivijaya, BEFEO No. XVIII

Menelusuri Asal Usul Bangsa Melayu, Yunani Hasan 30 tahun 1918. Garis besar pendapat Coedes adalah sebagai berikut: 1. Kerajaan Melayu berlokasi di Jambi 2. Mengidentifikasi kata Sriwijaya sebagai kerajaan 3. Kerajaan Melayu dicaplok oleh kerajaan Sriwijaya 4. Menempatkan pusat kerajaan Sriwijaya di Palembang Untuk mendukung hipotesisnya Coedes meneliti dengan seksama isi prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, Karang Berahi, dan prasasti Kota Kapur. Menurut Coedes prasasti ini adalah sebagai bukti otentik pencaplokan Melayu oleh Sriwijaya. Coedes dalam karyanya ini tidak atau belum menempatkan fakta arkeologis berupa situs purbakala dengan geomorfologi pantai Timur Sumatera. Tapi Coedes sangat berjasa dalam menampatkan istilah Sriwijaya sebagai suatu kerajaan. BUDDHA DAN KERAJAAN MELAYU Tumbuh dan berkembangnya kerajaan Melayu tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan agama buddha masuk di perkirakan sekitar awal abad Masehi, melalui pantai Timur Jambi dan menyusuri sungai Batanghari dan sungai Musi. Bila memperhatikan sisa peninggalan umat buddha di daerah berupa candi, arca dan situs purbakala tarnyata agama Buddha memiliki sejarah yang panjang. Paling sedikit umat Buddha di kerajaan Melayu mengalami enam masa perkembangan, yakni masa muncul (tumbuh), masa berkembang, masa jaya, menurun, masa tengelam dan masa muncul kembali. Masa kemunculan agama Buddha tidak dapat di pastikan kapan waktunya, kita hanya memperkirakan sekitar abad pertama Masehi, yakni berdasarkan tahun Saka. Masa perkembangan agama Buddha di kerajaan Melayu sekitar abad 4-6 Masehi, yang di tandai dengan adanya hal-hal penting. 1. Munculnya kerajaan tua Kan-to-li dan Ho-lo-tan di Jambi 2. Mulai berdiri biara-biara 3. Munculnya permukiman baru 4. Terjalin erat hubungan Sriwijaya dengan Cina Masa kejayaan yang di alami umat Buddha erjaan melayu berlangsung lama sekitar abad 6-11 M. pada masa jaya ini ada beberapa pencirian yang timbul di daerah. 1. Munculnya kerajaan Melayu di daerah baik Sumatera, Jambi 2. Muara Jambi mulai menjadi pusat pendidikan agama Buddha di kawasan Asia Tenggara lautan. 3. Munculnya kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan Maritim 4. Terjalinya hubungan dagang dan keagamaan dengan Cina. 5. Kawasan pantai Timur Jambi berfungsi sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka dan sebagai sabuk pengamanan (Balustrade) kerajaan Melayu. Kerajaan Melayu mengalami pula masa menurun yang berlangsung cukup panjang sekitar abad 11 14 M. menurunnya kebesaran Buddha ini bersamaan dengan terjadinya dengan peristiwa- peristiwa penting. 1. Runtuhnya kerajaan Sriwijaya. 2. Terjadinya pergeseran sistem nilai budaya (Cultural value System) didalam masyarakat Melayu, dimana nilai nilai Budaya Islam mulai dianut oleh masyarakat. 3. Berpindahnya pusat perdagangan dari pantai timur

Menelusuri Asal Usul Bangsa Melayu, Yunani Hasan 31 Jambi kewilayah Riau dan Semenajung Malaya. Masa tenggelam dialami oleh kerajaan Buddha di Jambi sekitar abad 14 sampai akhir abad 19 M. Umat Buddhis muncul kembali pada abad 20 Masehi. Kenyataan ini memberi pengertian bahwa didalam sejarah Buddha di Kerajaan Melayu mengalami masa putus (Saudagar, 1992:18). PENUTUP Asal usul melayu kuno sangat sulit ditemui dikarenakan sumber-sumber yang tidak banyak di jumpai, baik sumber tulisan maupun sumber lisan. Namun dapat dilihat bukti dari ciri-ciri yang terdapat dari karakteristik manusia. Peninggalan seperti rumah, bukti-bukti lain dapat dilihat dari sebuah perkampungan yang adan yang dikenal dengan Wanua, yang memiliki cirri rumahnya bertiang, terbuat dari kayu, dan mempunyai ruang/bilik-bilik yang besar bahkan telah memiliki ruang ibadah. Begitu juga dengan bahasa yang di ucapkan seharihari tidak jauh berbeda dan hanya memiliki perbedaan dialek. Hal lain yang dapat dibuktikan untuk mengetahui asal usul Melayu Kuno yakni dengan mempelajari peninggalan rangka manusia dari Sumetera, Semenanjung Malayu, Sumsel, Jambi, Riau, Bengkulu dan lain-lain. Keanekaragaman masyarakat Melayu Kuno dapat menciptakan berbagai kebudayaan atau tradisi yang berbeda walaupun mereka berasal dari ras yang sama. Secara garis besar bahwa asal usul Melayu Kuno memiliki ciri-ciri atau karakteristik fisik yang hampir sama yakni kepala bundar, nuka lebar, lengan pendek, tinggi badan berkisar pendek hingga tinggi, giginya menonjol ke depan. Karena mereka berasal dari percampuran ras Mongolid dan Australomelanesia berdasarkan pandangan Anthropologi. Berdasarkan pandangan Anthropolog sepakat bahwa pada saat ini 3 ras yang dapat di buktikan antara lain Negrid, Mongoloid, dan Kaurasial. Mengenai suku melayu sering dipadankan pada suku bangsa Melayu dan kebudayaan Melayu dalam hal ini, dapat dibuktikan dengan sisa-sisa peninggalan dan pengaruh Melayu yang ada hubungannya dengan Jambi, dan erat kaitanya dengan Kerajaan Sriwijaya. DAFTAR PUSTAKA Asmito. 1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta Ayatrohaedi. 1961. Kamus Istilah Arkeologi I. Jakarta. Coedes, G dan Lh-ch Damais. 1918. Kedatuan Sriwijaya. Depdikbut. Jakarta. Muljana, Slamet. 1981. Kuntala, Sriwijaya dan Swarnabhumi. Yayasan Idayu. Jakarta. Sartono, S. 1978. Pusat-Pusat Kerajaan Sriwijaya Berdasarkan Interperatsi Paleogeografi. Jakarta. Saudagar, F. 1988. Hubungan Bahan Bata Candi Muara Jambi dengan Tanah Lampung Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari. Fkip Universitas Jambi. Saudagar Fahruddin. 1992. Sejarah Melayu Kuno di Jambi. Jambi. Suwardi. 1992. Jati Diri Manusia Maleyu Menghadapi Masa Depan Suatu Kajian Sejarah. Seminar Pekan Budaya Melayuvi. Medan.

Menelusuri Asal Usul Bangsa Melayu, Yunani Hasan 32