Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar Kelas V SDN 045 Muara Jalai Wirdatul Jannah 1, Damanhuri Daud 2, Neni Hermita 3 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT Problems in this research is the low learning output. The research a purpose to improve science learning outcomes of students through guided inquiry learning model in the Elementary school classroom V 045 Muara Jalai with the number of students 30. The research uses classroom action research design and performed in 2 cycles. Data research is analyzed descriptively. The average value of student learning output has increased, where the average score basis was 67, increased at daily exam I to 75,66 and then increased again at daily exam II to 85,33. It can be concluded that with the implementation of guide inquiry learning model, can improve learning outcomes V grade elementary school students 045 Muara Jalai. Keyword : guided inquiry, output Pendahuluan Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2008:10). Dewasa ini pemerintah berusaha memperbaiki mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dengan memperbaiki proses belajar mengajar. Perbaikan itu tidak hanya sarana fasilitas pendidikan tetapi juga perbaikan kualitas tenaga kependidikan dan proses pembelajaran, perbaikan pembelajaran dilakukan diberbagai bidang ilmu pendidikan, salah satunya adalah perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Pengajaran IPA bukanlah pengajaran hapalan, dimana guru hanya berceramah saja, tetapi pengajaran yang banyak memberikan latihan dalam mengembangkan cara berpikir yang sehat berdasarkan kaidah-kaidah IPA, siswa diajak mempelajari berbagai peristiwa IPA, terutama yang ada kaitan nya dalam kehidupan sehari-hari. Materi IPA yang ada di buku, hanyalah berupa informasi. Tugas guru adalah merubah informasi tersebut menjadi pengetahuan, yaitu dengan jalan memberikan kegiatan kepada siswa untuk menemukan informasi itu, kegiatan inilah yang disebut proses untuk mendapatkan ilmu. Tujuan pembelajaran IPA bagi peserta didik itu sendiri yaitu untuk meningkatkan (1) menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dalam kehidupan seharihari, (2) menciptakan rasa ingin tahu terhadap IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat, (3) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (4) ikut serta dalam menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (5) menghargai alam sebagai suatu ciptaan tuhan. ( Depdiknas, 2006) Salah satu tujuan akhir pembelajaran adalah peningkatan hasil belajar siswa. Tujuan ini akan tercapai jika guru yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar mampu menciptakan suasana belajar kondusif dan menyenangkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat dan benar-benar menguasai model dan materi maka proses belajar mengajar akan berhasil, tetapi faktanya di lapangan guru telah melakukan beberapa usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, salah satunya adalah dengan memberikan latihan secara individu dan kelompok, namun hasilnya belum sesuai dengan harapan. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran IPA banyak permasalahan dan kendala yang ditemukan sehingga proses belajar berlangsung kurang maksimal. Keadaan ini dapat dilihat dari gejala-gejala yang muncul seperti : 1. Siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran IPA. 2. Siswa sulit mengingat materi-materi lisan atau tulisan. 3. Siswa tidak dapat mengingat fakta setelah beberapa waktu Berdasarkan pengamatan penulis, di kelas V SDN 045 Muara Jalai hasil belajar siswa pada ulangan sebelumnya rendah. Hal ini disebabkan oleh :1). Guru tidak menggunakan model pembelajaran, 2). Guru kurang mengaplikasikan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari, 3). Guru kurang membimbing siswa dalam melakukan kerja kelompok. Dari permasalahan tersebut perlu dilakukan perubahan proses belajar mengajar supaya suasana belajar lebih menarik, oleh karena itu diperlukan penggunaan model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran IPA. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran (Trianto, 2007:5). Dari uraian di atas, maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 045 Muara Jalai. Model pembelajaran inkuiri, yaitu suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau pemecahan masalah terhadap pertanyaan atau perumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis atau logis. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berpikir. Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa sekolah dasar kelas V SDN 045 Muara Jalai? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 045 Muara Jalai melalui pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi siswa 1) Meningkatkan hasil belajara siswa 2) Meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari 2. Bagi guru Sebagai bahan masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran 3. Bagi Sekolah Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru IPA sekolah dasar 4. Bagi Peneliti Menambah wawasan dalam upaya mengembangkan profesionalisme dalam menerapkan model pada proses belajar mengajar dikemudian hari
Metodologi Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas, dengan cara melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas agar lebih profesional. Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V SDN 045 Muara Jalai. Tindakan yang akan dilakukan adalah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 045 Muara Jalai. Secara garis besar, tahapan-tahapan yang dilalui dalam penelitian pada setiap siklusnya yaitu: Perencanaan Pada perencanaan tindakan kelas dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat LKS, merencanakan tes hasil belajar, serta menpersiapkan lembar pengamatan. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan dilakukan pada materi pokok sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran dan memberikan LKS dengan penerapan Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pengamatan Kegiatan pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran. Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru yang melaksanakan tindakan dengan menggunakan lembar observasi atau pengamatan. Refleksi Kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak tindakan, kelemahan dan kekurangan dan tindakan diperbaiki pada siklus berikutnya. Teknik pengumpulan data Lembar observasi Data tentang aktivitas siswa dan guru dikumpulkan dengan cara melakukan observasi dikelas yang dilakukan pengamat. Aktivitas guru dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan pada aspek guru dan aktivitas siswa dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan pada aspek siswa. Pengisian lembar pengamatan dengan cara menuliskan hal yang diamati dan saran sesuai dengan gambaran yang sebenarnya. Tes hasil belajar Data tentang hasil belajar IPA dikumpulkan dengan mengambil data siswa dari guru tentang tentang hasil tes belajar sebelumnya (skor dasar) dan dengan melakukan ulangan harian I dan II. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif. Tujuan dari analisis deskriptip adalah untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah pembelajaran. Hasil Belajar Siswa Tes dilakukan pada akhir pertemuan setiap siklusnya dengan menggunakan 20 butir soal pilihan ganda, nilai yang diperoleh menunjukkan besarnya penguasaan siswa terhadap penyerapan materi pelajaran yang telah diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil belajar siswa dihitung dengan rumus : S = R X 100 (Purwanto, 2006:112) N
Keterangan : S = nilai yang diharapkan R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes tersebut Ketuntasan Klasikal Ketuntasan klasikal tercapai apabila di dalam kelas tersebut terdapat 85% yang telah tuntas belajarnya depdikbud (dalam Trianto, 2009:241) atau yang mencapai KKM 70. Adapun rumus yang dipergunakan untuk menentukan ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut : P = ST 100 % (Syahrilfuddin, 2011:116) N Keterangan: P = Persentase ketuntasan belajar klasikal ST = Jumlah siswa yang tuntas N = Jumlah seluruh siswa Aktivitas Guru dan Siswa. Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa didasarkan pada lembar pengamatan selama proses pembelajaran yang berguna untuk melihat kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan tindakan selama proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan dikatakan sesuai jika semua aktivitas dalam tahap model pembelajaran inkuiri terbimbing tercantum dalam rencana pembelajaran terlaksana dengan semestinya. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas yang dilakukan siswa dan guru selama proses pertemuan dengan mengisi lembar pengamatan yang disediakan. Aktifitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar ditentukan pada observasi dengan rumus : NR = JS 100 % (Syahrilfuddin, 2011:114) SM Keterangan : NR = Persentase rata rata aktivitas (Guru & Siswa) JS = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan SM = Skor maksimal yang didapat dari aktivitas guru & siswa Tabel 3.1 Interval katagori aktivitas guru dan siswa Interval Katagori 81-100 Amat Baik 61 80 Baik 51 60 Cukup Kurang dari 50 Kurang Syahrilfudin (2010:114)
Hasil Penelitian dan Pembahasan Pelaksanana Tindakan Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap siswa kelas V SDN 045 Muara Jalai. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan, peneliti telah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan yaitu berupa perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Perangkat pembelajaran terdiri dari bahan ajar berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS)), kisi-kisi soal ulangan harian I dan II, soal ulangan harian I, soal ulangan harian II, lembar observer aktivitas guru, dan lembar observer aktivitas siswa, serta menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada materi tanah. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan Pertama (Senin, 4 April 2011) Pada pertemuan ini kegiaatan proses pembelajaran berlangsung siswa yang hadir sebanyak 30 siswa. Materi pelajaran yang dibahas adalah tentang pembentukan tanah, pelaksanaan tindakan kelas yang berpedoman pada RPP I, LKS I Pembelajaran diawali dengan apersepsi, dimana guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan tanah. Setelah siswa mengetahui materi pokok pembelajaran serta tujuan pembelajaran, selanjutnya siswa dibagi menjadi 6 kelompok belajar. Guru membagikan LKS I kepada setiap kelompok, kemudian siswa menyiapkan alat dan bahan yang telah dibawanya dan membaca langkah-langkah kegiatan percobaan yang terdapat dalam LKS Pertemuan kedua (Rabu, 6 April 2011) Materi pelajaran pada pertemuan kedua membahas tentang perbedaan susnan tanah. Pada pertemuan ini berpedoman pada RPP 2 dan LKS 2. Pembelajaran dimulai dengan do a selanjutnya guru mengabsen siswa. Pada pertemuan kedua ini seluruh siswa hadir yaitu sebanyak 30 orang. Kemudian guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa sebagai apersepsi sebelum pembelajaran dimulai, selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa kembali duduk dalam kelompok masing-masing sesuai pada pertemuan sebelumnya. Guru membagikan LKS 2 dan setiap kelompok mulai melakukan kegiatan pecoban berdasarkan panduan LKS 2. Pertemuan ketiga (Kamis, 3 Mei 2012) Pada pertemuan ketiga ini diadakan ulangan harian pertama dengan jumlah siswa 30 orang. Soal disediakan oleh guru berbentuk objektif dan berjumlah 20 soal dibagikan kepada siswa. Hasil ulangan Harian I diperiksa berdasarkan alternatif jawaban ulangan I. Refleksi Siklus I Adapun hasil refleksi siklus I yang dilakukan tiga kali pertemuan sudah cukup baik, tetapi pada pertemuan pertama guru mengalami kekurangan waktu dalam pembelajaran karena pada pertemuan pertama ini guru ataupun siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang dilkukan sehinga ketika jam pelajaran sudah habis, pembelajaran belum selesai, dan pada pertemuan berikutnya guru tidak lagi mengalami kekurangan waktu dalam pembelajaran. Disamping itu peneliti juga menemukan kelebihan dan kelemahan di dalam pembelajaran. Sisi kebaikan yang peneliti temukan yaitu selama proses pembelajaran Inkuiri Terbimbing, sebagian siswa sudah mulai ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang selama ini siswa hanya sebagai penerima informasi yang diberikan guru. Sedangkan sisi kelemahan yaitu kurang adanya interaksi antara guru dan siswa, sebagian siswa masih belum terlalu aktif dan masih ada yang
mengerjakan aktivitas lain dalam belajar, siswa masih ragu-ragu dalam mengerjakan LKS karena belum terbiasa. Dari hasil refleksi siklus I, maka perencanaan perbaikan akan dilakukan pada siklus II adalah membiasakan siswa aktif dalam belajar, membangkitkan rasa percaya diri siswa supaya lebih berani serta dapat bekerjasama dengan baik dalam mengerjakan sesuatu dalam proses pembelajaran. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran siklus II Pertemuan keempat (Senin, 11 April 2011) Pada pertemuan keempat kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan materi pembelajaran membahas tentang tanah yang mudah dan sulit menyerap air. Pada pertemuan ini berpedoman pada RPP 3 dan LKS 3. Sebelum memulai pembelajaran guru meminta siswa berdo a kemudian guru mengabsen siswa. Pada pertemuan ketiga ini seluruh siswa hadir yaitu sebanyak 30 orang. Kemudian guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa sebagai apersepsi, selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru meminta siswa kembali duduk dalam kelompok masing-masing seperti pada pertemuan sebelumnya. Guru membagikan LKS 3 dan meminta siswa melakukan percobaan dan pengamatan dengan alat percobaan yang telah dibawa oleh siswa pada kelompoknya masing-masing, dan melakukan percobaan sesuai dengan langkah-langkah yang ada di LKS serta mendiskusikannya bersama kelompoknya dan menjawab pertanyaan yang ada di LKS 3. Pertemuan kelima (Rabu, 13 April 2011) Pertemuan kelima kegiatan pembelajaran berangsung dengan materi pembelajaran membahas tentang faktor-faktor penyebab kerusakan tanah. Pembelajaran dilakukan dengan berpedoman pada RPP 4 dan LKS 4. Sebelum memulai pembelajaran guru meminta siswa berdo a, kemudian guru mengabsen siswa. Pada pertemuan ini seluruh siswa hadir yaitu sebanyak 30 orang. Kemudian guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa sebagai apersepsi, selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru meminta siswa kembali duduk dalam kelompok masing-masing seperti pada pertemuan sebelumnya. Setelah LKS 4 dibagikan dan siswa mengumpulkan alat dan bahan percobaan yang dibawa sesuai perintah guru pada pertemuan sebelumnya yang akan digunakan untuk melakukan percobaan yang ada dalam LKS. Pertemuan Keenam (Jum at, 15 April 2011) Pada pertemuan keenam ini guru mengadakan ulahan harian kedua dengan jumlah siswa 30 orang, yang dilaksanakan satu kali pertemuan. Soal disediakan oleh guru yang berbentuk objektif dan berjumlah 20 soal dibagikan kepada siswa. Hasil ulangan harian II diperiksa berdasarkan alternatif jawaban ulangan harian II. Refleksi siklus II Selama penelitian berlangsung, untuk siklus ke dua ini sudah berjalan lancar dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Adapun hasil refleksi siklus II yang dilakukan dua kali pertemuan, aktivitas guru dan siswa sudah dikategorikan baik dilihat dari lembar pengamatan, sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan. Dari data yang peneliti peroleh pada siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 045 Muara Jalai. Analisis Hasil Tindakan Hasil belajar Siswa Untuk mengetahui hasil belajar IPA melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, dilakukan pengukuran hasil belajar yang diambil dari nilai ulangan harian siklus I dan nilai
ulangan harian siklus II. Adapun hasil belajar siswa pada skor dasar, ulangan harian I, dan ulangan harian II dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.5 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan dan Sesudah Tindakan Pada Skor Dasar, Ulangan Harian I, Ulangan Harian II Hasil belajar siswa Skor Dasar UH I UH II Rata-rata nilai 67 75,66 85,33 Dari tabel di atas dapat dilihat terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari rata-rata skor dasar 67 meningkat pada UH I menjadi 75,66 meningkat sebesar 8,66 poin. Sedangkan rata-rata nilai UH II 85,33, meningkat sebesar 9,67 poin dari nilai rata-rata UH I. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil analisis ketuntasan belajar siswa secara individu dan secara klasikal pada siklus I dan II pada materi sifat-sifat cahaya setelah melalui pembelajaran inkuiri terbimbing di kelas, data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Hasil Analisis Ketuntasan Klasikal Belajar Siswa Berdasarkan Ulangan Harian Pada Siklus I dan II Siklus Siswa Yang Hadir Ketuntasan Individu Siswa Yang tidak Tuntas Siswa Yang Tuntas Persen Ketuntasan Ketuntasan Klasikal Kategori Skor Dasar 30 18 12 40% TT I 30 10 20 66,66% TT II 30 0 30 100% T Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada skor dasar siswa yang tuntas sebanyak 12 orang (40%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 18 orang (60%) sedangkan siklus I, ulangan harian I siswa yang tuntas bertambah yaitu sebanyak 20 orang (66,66%) dan siswa yang tidak tuntas berkurang yaitu sebanyak 10 orang (33,33%). Selanjutnya pada siklus II, ulangan harian II siswa yang tuntas semakin bertambah yaitu sebanyak 30 orang (100%), da. Ketuntasan belajar individu
meningkat dimana, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan semakin bertambah sampai pada siklus II. Aktivitas Guru Data aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel di berikut ini : Tabel 4.1 Analisi Lembar Pengamatan Aktivitas guru Siklus I dan II Selama Proses Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Aktivitas Guru Siklus Pertemuan Persentase Kategori I 63% Baik I II II 77% Baik I 95% Baik sekali II 100% Baik sekali Dari tabel di atas terlihat perbandingan aktivitas guru dalam 4 (Empat) kali pertemuan yang secara umum terdapat peningkatan pembelajaran inkuiri terbimbing pada pokok bahasan proses pembentukan tanah. Pada siklus I pertemuan pertama persentase 63 % dan pada pertemuan kedua persentase 77 % meningkat 14 % dari pertemuan pertama. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama persentase 95 % meningkat menjadi 100% pada pertemuan kedua. Meningkat 5 % dari pertemuan sebelumnya. Jadi rata-rata aktivitas guru siklus I adalah 70% dan rata-rata aktivitas guru siklus II adalah 97,5%. Aktivitas Siswa Setiap pertemuan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat diamati menggunakan lembaran observasi oleh observer. Rata-rata aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Rata-rata persentase aktivitas siswa kelas V SDN 045 Muara Jalai melalui penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I dan siklus II Aktivitas Siswa Siklus Pertemuan Persentase Kategori I I 61% Cukup II II 73% Baik I 89% Baik Sekali II 100% Baik sekali Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa aktivitas siswa kelas V SDN 045 Muara Jalai Tahun Pelajaran 2010/2011, setelah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I pertemuan I sebesar 61% dengan kategori cukup, meningkat pada pertemuan ke II dengan rata-rata 73% dengan kategori baik. Adapun hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Pertemuan pertama pada siklus II dengan rata-rata Persentase 89% dengan kategori baik sekali, sedangkan pada pertemuan kedua dengan rata rata 100% dengan kategori baik sekali.
Simpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil belajar siswa dengan penerapan model inkuiri terbimbing mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yaitu : dari skor dasar 67 meningkat menjadi 75,66 pada UH I terjadi peningkatan sebesar 8,66, sedangkan dari rata-rata UH I 75,66 meningkat menjadi 85,33 pada UH II terjadi peningkatan sebesar 9,67 secara keseluruhan terjadi peningkatan sebesar 18,33. 2. Ketuntasan klasikal belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus, pada skor dasar ketuntasan belajar siswa sebesar 40% (kategori tidak tuntas) pada siklus I meningkat menjadi 66,66% (kategori tidak tuntas) dan siklus II kembali meningkat menjadi 100% (kategori tuntas). 3. Persentase aktivitas guru siklus I pertemuan pertama sebesar 63% dan pada pertemuan kedua sebesar 77% terjadi peningkatan 14% dan pada siklus II pada pertemuan pertama sebesar 95% dan pada pertemuan kedua sebesar 100% terjadi peningkatan sebesar 5%. 4. Persentase aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama sebesar 61% dan pada pertemuan kedua sebesar 73% terjadi peningkatan 12% dan pada siklus II pada pertemuan pertama sebesar 89% dan pada pertemuan kedua sebesar 100% terjadi peningkatan sebesar 11%. Saran Melalui penulisan skripsi ini peneliti mengajukan saran yang berhubungan dengan pembelajaran yaitu : 1. Diharapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini juga dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai suatu usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan model inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran dapat dilakukan pelatihan-pelatihan mengenai model inkuiri terbimbing. 3. Dianjurkan juga pada guru mata pelajaran lai untuk memakai model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pokok pembahasan yang sesuai dengan materi yang diajarkan. 4. Bagi peneliti yang ingin menindaklanjuti penelitian ini diharapkan model inkuiri terbimbing dengan memperhatikan kondisi siswa dan sekolah. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, dkk. 2000. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT. Bumi Aksara Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas Dimyati, dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta Hermita, neni. 2008. Pembelajaran IPA dengan Model Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa. PP Bandung. Tidak diterbitkan Hudoyono. 1979. Model Inkuiri Terbimbing. [ Online ]. Tersedia ; http://www.etsu.edu/criticalthinking/default.asp [ 30 Januari 2009, 08:45 ]
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada National Academy Press. 2002. Inquiry and the National Science Education Standart : the National Aspek ini menekankan pada standar siswa berpikir bagaimana mereka mengunakan data untuk merumuskan penjelasanl Science Education Standart : A Guide for Teaching and Learning. Washington. D. C : National Academy Press. Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Sanjaya, wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: kencana Sukayati. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas Syahrilfudin, dkk. 2010. Modul Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru : Cendekia Insani Syah, Muhibin.2008. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosda Karya Tim Pustaka Yutisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publinser Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovetif-Progresif. Jakarta : Kencana Predana Media Grup Wartono. 1999. Model Inkuiri Terbimbing. [ Online ]. Tersedia ; http://www.etsu.edu/criticalthinking/default.asp [ 30 Jnuari 2009, 08:45 ]