7 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Penawaran Uang Produk yang ditawarkan sebuah bank dalam penawaran kredit adalah uang sehingga penawaran kredit bisa diartikan sebagai penawaran uang kepada masyarakat yang kekurangan dana. Penawaran uang yang dilakukan oleh bank tergantung permintaan yang dilakukan debitur. Permintaan uang dipengaruhi pula oleh suku bunga bank. Semakin rendah suku bunga pinjaman maka kecendrungan permintaan uang akan naik sedangkan penawaran uang dilakukan oleh bank mengikuti permintaan uang atau kebutuhan yang diminta debitur. Dalam teori moneter penawaran uang merupakan jumlah uang yang beredar. Uang yang beredar di masyarakat ditentukan oleh pemerintah, bank sentral, bank-bank umum, dan masyarakat. Sementara menurut Keynes, penawaran uang sepenuhnya dikendalikan oleh bank sentral dan tidak dipengaruhi oleh suku bunga. Dalam Sukirno (2004) disebutkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pemerintah dan sistem bank dalam menentukan jumlah penawaran uang pada suatu waktu tertentu. Yang pasti, tingkat bunga tidak mempunyai peranan dalam menentukan jumlah uang yang ditawarkan pada suatu waktu tertentu. 7
8 Tingkat bunga M S1 M S2 0 M S1 M S2 Penawaran Uang Sumber: Sadono Sukirno (2004) Gambar 2.1 Penawaran Uang Keynes Sumbu tegak pada Gambar 2.1 menunjukkan tingkat bunga dan sumbu mendatar menunjukkan penawaran uang. Kurva MS1 dan MS2 masing-masing menunjukkan jumlah penawaran uang dalam waktu yang berbeda. Kedua kurva penawaran tersebut berbentuk tegak lurus (tidak elastis sempurna) dan berarti perubahan dalam tingkat bunga tidak akan mempengaruhi penawaran uang. Menurut Warijo (Dalam Meydianawathi, 2007:141) mengatakan bahwa selain dana yang tersedia (DPK), perilaku penawaran kredit juga dipengaruhi oleh pandangan bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri, seperti jumlah kredit macet (NPL), kecukupan modal (CAR), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Penawaran juga bergantung pada besarnya tingkat keuntungan yang tercermin dalam Return On Asset (ROA) yang di dapat oleh bank. Oleh karena itu, penawaran uang bergantung dari
9 kebutuhan masyarakat sesuai dengan kajian-kajian lain yang dilakukan oleh bank mengenai resiko jumlah kredit yang disalurkan. B. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Taswan (2010:6) pengertian bank adalah sebagai berikut: Lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya mengimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan yang dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui unit penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu, pihak perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk menanamkan dananya. Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa
10 pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Disamping itu, perbankan juga melakukan kegiatan jasa-jasa pendukung lainnya. Jasa-jasa ini diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung. Menurut Kasmir (2006:14) jasa perbankan lainnya antara lain meliputi: a. Jasa Pemindahan Uang (Transfer) b. Jasa Penagihan (Inkaso) c. Jasa Kriling (Clearing) d. Jasa Penjualan Mata Uang Asing (Valas) e. Jasa Safe Deposit Box f. Travellers Cheque g. Bank Card h. Bank Draft i. Letter of Credit (L/C) j. Bank Garansi dan Referensi Bank k. Serta jasa bank lainnya. Berdasarkan definisi dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkan dana dari dan untuk masyarakat yang memilki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
11 C. Non Performing Loan (NPL) Kredit macet (Non Performing Loan) merupakan kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah dijanjikan. (Leon, 2007:93) Menurut Taswan (2010:166) menjelaskan bahwa Non Performing Loan (NPL) berbanding terbalik dengan jumlah kredit yang disalurkan. Semakin tinggi NPL akan mendorong penurunan jumlah kredit yang disalurkan, demikian sebaliknya. Akibat tingginya NPL, perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar sehingga pada akhirnya modal ikut terkikis. Padahal, besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit (Sentausa, 2009). Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset bank. Non Performing Loan (NPL) yang digunakan adalah Non Performing Loan (NPL) neto yaitu Non Performing Loan (NPL) yang telah disesuaikan. Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Kredit yang termasuk dalam ketegori Non Performing Loan (NPL) adalah kredit kurang lancar (sub standart), kredit diragukan (doubtfull), dan kredit macet (loss) sebagaimana dijelaskan pada Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/2/PBI/2005, tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum dan Surat
12 Ederan Bank Indonesia Nomor: 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Non Performing Loan (NPL) dapat dirumuskan sebagai berikut: NPL = Total Kredit Bermasalah x 100% Total Kredit D. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga dan tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. (Farah, 2007:63) Dengan kata lain Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dirumuskan sebagai berikut: CAR = Modal Bank x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) CAR minimum bagi bank umum di Indonesia adalah 8%. Angka tersebut merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional berdasarkan Standar Bank for International Settlement (BIS). Ketentuan Bank Indonesia (BI) mengatur cara perhitungan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR), yang terdiri atas jumlah antara ATMR yang
13 dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada neraca bank dikalikan dengan bobot risikonya masing-masing pos aktiva pada rekening administratif bank dikalikan dengan bobot risikonya masing-masing. Menurut Farah (2007:94) langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah sebagai berikut: a. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal dengan bobot risiko dari tiap-tiap pos aktiva neraca tersebut. b. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari tiap-tiap pos rekening tersebut. c. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif d. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: CAR = Modal Bank Total ATMR e. Hasil perhitungan rasio diatas kemudian dibandingkan dengan kewajiban penyediaan modal minimum, yakni 8%. Berdasrkan hasil perbandingan tersebut. Dapatlah diketahui apakah bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal) atau tidak. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100% atau lebih, modal bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal).
14 Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100% modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR. E. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. Menurut Kasmir (2010:290) Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Semakin besar rasio ini mengindikasikan bank itu semakin agresif likuiditasnya, sebaliknya semakin kecil rasio ini juga semakin besar dana pihak ketiga yang tidak digunakan untuk penempatan ke kredit (banyak dana menganggur). Tujuan penting dari perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain, Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dirumuskan sebagai berikut: LDR = Total Kredit x 100% Total Dana Masyarakat + Total Modal
15 F. Return On Asset (ROA) Return on Assets (ROA) adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan aspek earning atau probabilitas. Menurut Riyadi (2006:156), ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset bank yang bersangkutan. Menurut Muliaman (2004:22): Return on asset adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan sehingga diperkirakan ROA dan kredit memiliki hubungan yang positif. Dalam kegiatan usaha bank yang mendorong perekonomian, rasio ROA yang tinggi menunjukkan bank telah menyalurkan kredit dan memperoleh pendapatan. Sedangkan Dendawijaya (2005:120) menjelaskan bahwa: Return on asset dugunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank semakin besar pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan akriva. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional bank yang diperoleh dalam periode berjalan sebelum di kurangi pajak. Total asset merupakan komponen yang terdiri dari kas, giro pada BI, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan, pendapatan yang masih harus diterima, biaya dibayar di muka, uang muka pajak, aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap dan lain-lain. Return On Asset (ROA) dapat di rumuskan sebagai berikut: ROA = Laba Sebelum Pajak x 100% Total Aset
16 G. Kredit 1. Pengertian Kredit Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa pinjaman atau kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank mempunyai kredit untuk pembelian rumah dan mobil bahkan untuk kredit dalam rangka pembiayaan bersama. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak termasuk jangka waktu serta bunga yang di tetapkan bersama. 2. Tujuan Kredit Secara ekonomis tujuan kredit adalah untuk mendapatkan keuntungan, maka bank hanya akan memberikan kredit jika betul-betul merasa yakin bahwa penerima kredit mampu dan mau mengembalikan kredit.
17 Tujuan penyaluran kredit, antara lain adalah untuk: a. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit b. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada c. Melaksanakan kegiatan operasional bank d. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat e. Memperlancar lalu lintas pembayaran f. Menambah modal kerja perusahaan g. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. 3. Jenis-Jenis kredit Menurut Kasmir (2008:103), secara umum jenis-jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat dapat dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut: 1. Dilihat dari segi kegunaan a. Kredit investasi Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. b. Kredit modal kerja Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam opersionalnya. 2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. b. Kredit konsumtif Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
18 c. Kredit perdagangan Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. 3. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. c. Kredit jangka panjang Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. 4. Dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. b. Kredit tanpa jaminan Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atas nama baik si calon debitur selama ini. 5. Dilihat dari segi sektor usaha a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang. b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.
19 c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah, atau besar. d. Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang. e. Kredit pendidikan, merupakan krediit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa. f. Kredit profesi, diberikan kepada professional seperti dosen, dokter atau pengacara. g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. h. Disektor-sektor lainnya. 4. Unsur-Unsur Kredit Menurut Kasmir (2007:94), unsur-unsur dalam pemberian kredit suatu fasilitas kredit adalah: a. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang. b. Kesepakatan Disamping unsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara pemberi kredit dan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
20 c. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa disebut juga jangka waktu terpendek, jangka waktu menengah atau jangka waktu terpanjang. d. Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian kredit. Semakin panjang waktu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tabungan bank, baik resiko disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak di sengaja. e. Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
21 5. Analisis Kredit Secara keseluruhan dalam analisis kredit, cakupan analisis paling tidak mmuat analisis lima C (5 of C), yang merupakan standar minimal yang lazim digunakan dikalangan perbankan untuk menentukan kelayakan suatu kredit. Menurut Kasmir (2008:285) lima macam faktor atau 5 of C adalah sebagai berikut: a. Character, yaitu analisa yang dilakukan terhadap pribadi nasabah perseorangan atau pengurus dari suatu badan usaha. b. Capacity, yaitu analisa terhadap kemampuan nasabah dalam merealisir rencana usaha dan perkembangannya serta menilai realistis tidaknya dalam menetapkan rencana yang meliputi aspek teknis, produksi, pemasaran dan sebagainya. c. Capital, yaitu menilai kemampuan nasabah dalam merealisir usahanya, karena kredit pada dasarnya hanya merupakan dana pelengkap, hal ini dimaksudkan agar nasabah ikut bertanggung jawab atas resiko yang mungkin terjadi. d. Collateral, yaitu analisa yang dilakukan dengan menilai jaringan yang diberikan. Jaminan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi resiko kemungkinan kerugian yang terjadi akibat kegagalan pengembalian kredit. e. Condition of Economic, yaitu penilaian kredit atas dasar kondisi ekonomi sektor usaha calon debitur serta beberapa sektor usaha yang berkaitan.
22 H. Penelitian Terdahulu Penulis melakukan penilitian ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari non performing loan (NPL), capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR) dan return on asset (ROA) untuk mendukung di dalam penelitian ini penulis menyajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang membahas variabel tersebut secara terpisah di beda tempat. Meydianawathi (2006) menganalisis perilaku penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM di Indonesia (2002-2006). Variabel independen yang dipakai dana pihak ketiga (DPK), CAR, ROA, dan NPL. Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa DPK berpengaruh nyata dan positif terhadap penyaluran kredit, begitu juga terhadap variabel CAR dan ROA. Sedangkan untuk variabel NPL negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM. Fransisca (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh DPK, CAR, ROA, NPL terhadap volume kredit bank yang go public periode 2005-2007. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa DPK dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit. CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volume kredit, sedangkan NPL berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap volume kredit. Hapsari (2008) dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh LDR, NPL, ROA dan ROE terhadap pemberian kredit KPR (Studi Kasus pada PD. BPR di Jawa Tengah). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan, NPL berpengaruh negatif dan signifikan, sedang ROA dan ROE berpengaruh
23 negatif dan tidak signifikan. Budiawan (2008) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang memperngaruhi penyaluran kredit pada BPR. Variabel dependennya adalah penyaluran kredit sedangkan variabel independennya adalah tingkat suku bunga kredit non lancar, tingkat kecukupan modal, dan jumlah simpanan masyarakat. Hasil yang diperoleh dari tersebut adalah tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan, NPL memiliki hubungan yang negatif dan signifikan yaitu mempengaruhi penyaluran kredit, tingkat kecukupan modal berpengaruh positif dan signifikan serta jumlah simpanan berpengaruh positif dan signifikan. Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Variabel Metode Analisis Hasil 1 Luh Gede Meydianawathi 2006 2 Fransisca dan Hasan Sakti Siregar 2008 3 Hapsari 2008 1. DPK 2. CAR 3. ROA 4. NPL 5. Penawaran Kredit 1. DPK 2. CAR 3. ROA 4. NPL 5. Volume Kredit 1. LDR 2. NPL 3. ROA 4. ROE 5. Pemberian Kredit KPR Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda 1. DPK berpengaruh nyata dan positif terhadap penyaluran kredit 2. CAR dan ROA berpengaruh nyata dan positif terhadap penyaluran kredit 3. NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawan kredit 1. DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit 2. CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volume kredit 3. ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit 4. NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volume kredit 1. LDR berpengaruh positif dan signifikan 2. NPL berpengaruh negatif dan signifikan 3. ROA dan ROE berpengaruh negatif dan tidak signifikan
24 4 Budiawan 2008 1. Tingkat Regresi 1. Tingkat suku bunga Suku Bunga berpengaruh negatif dan 2. NPL Linier signifikan 3. CAR 2. NPL berpengaruh negatif 4. Jumlah Berganda dan signifikan Simpanan 3. CAR berpengaruh positif 5. Penyaluran Kredit dan signifikan 4. Jumlah simpanan berpengaruh positif dan signifikan Sumber: Dari berbagai jurnal dan penelitian, di olah. I. Kerangka Pemikiran Teoritis Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan yang mendominasi usaha bank dan merupakan sumber pendapatan dan keuntungan bank yang terbesar. Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menguntungkan adalah apabila kredit yang diberikan menjadi kredit bermasalah (Non Performing Loan). Non Performing Loan (NPL) menunjukkan tingkat kredit bermasalah yang dimiliki oleh bank, semakin tinggi rasio NPL menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya. Banyaknya kredit bermasalah dapat mengakibatkan terkikisnya permodalan bank yang dapat dilihat dari Capital Adequacy Ratio (CAR). Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR) mengindikasikan bank semakin sehat permodalannya. Menurunnya Capital Adequacy Ratio (CAR) tentu saja dapat berakibat menurunnya kemampuan bank dalam penyaluran kredit dan diduga mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan.
25 Likuiditas bank menunjukkan kemampuan bank menyediakan dana dalam jumlah yang cukup serta tepat waktu dalam memenuhi kewajibannya. Bank yang terlalu mengejar profitabilitas yang tinggi dengan pemberian kredit yang berlebihan dapat mengalami kesulitan likuiditas. Tingkat likuiditas dapat diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) ini diduga mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan. Return On Asset (ROA) mengindikasikan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya. Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan semakin baik kinerja bank. Return On Asset (ROA) ini diduga mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan. Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut: Non Performing Loan (X1) Capital Adequacy Ratio (X2) Loan to Deposit Ratio (X3) Jumlah Kredit Yang Disalurkan (Y) Return On Asset (X4) Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis