Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT. 1). Students of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

BAB 2 BAHAN DAN METODE

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

DI DWERAN INTERTlDAk PBNTAI KAMAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Latar Belakang (1) Ekosistem mangrove Produktivitas tinggi. Habitat berbagai organisme makrobentik. Polychaeta

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

BAB III METODE PENELITIAN. Pb, Cd, dan Hg di Pantai perairan Lekok Kabupaten Pasuruan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

bentos (Anwar, dkk., 1980).

3. METODOLOGI PENELITAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penelitian dan pengambilan sampel di Pulau Pramuka

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI KAWASAN MANGROVE DESA BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN TRI WULANDARI

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB 2 BAHAN DAN METODA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Indeks Keanekaragaman ( H) dari Shannon-Wiener dan Indeks Nilai Penting

Kelimpahan dan Distribusi Gastropoda Di Zona Intertidal Teluk Sikulo Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

Pola Sebaran Salinitas dan Suhu Pada Saat Pasang dan Surut di Perairan Selat Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Oleh

3. METODE PENELITIAN

POLA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN POPULASI GASTROPODA Terebralia sulcata DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PUTRI SEMBILAN KECAMATAN RUPAT UTARA

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ABSTRACT

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

KANDUNGAN BAHAN ORGANIK SEDIMEN DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN PERAIRAN PANTAI TANJUNG UBAN KEPULAUAN RIAU

Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI ZONA INTERTIDAL PULAU TOPANG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU. Oleh:

KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN PANDANSARI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK

IDENTIFIKASI POPULASI MAKROZOOBENTOS DI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE DESA LADONG ACEH BESAR. Lili Kasmini 11 ABSTRAK

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD

BAB 2 BAHAN DAN METODA

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB 2 BAHAN DAN METODA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODA PENELITIAN. Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-103*18,9' BT dan

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

3. METODE PENELITIAN

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ANALYSIS ORGANIC MATERIALS AND COMMUNITY STRUCTURE IN THE MANGROVE SWAMP OF MAKROZOOBENTHOS IN ROKAN HILIR REGENCY by Melia Azian 1 ), Irvina Nurrachmi 2 ), Syahril Nedi 3 ) Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT The research was conducted in July 2012 in the area of mangrove swamp of Halang Island, Rokan Hilir Regency. The aim of this study was to determine the relationship between sedimentary organic matter and makrozoobenthos diversity in the mangrove of Halang Muka Island and Halang Belakang Island. The results showed that the relations his of organic sediment and abundance of makrzoobenthos showed a strong and positive correlation, wheres mean that increased organic matter will increase the abundance of makrozoobenthos. More species were also found well the greater diversity as the organic increased sedimentary. Keywords: Halang Island, Organic Materials, Community Structure Makrozoobenthoss 1). Students of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau 2). Lecturer Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau PENDAHULUAN Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di daratan dan di laut. Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan zat hara. Mangrove memberikan peranan yang sangat penting bagi ekosistem perairan pantai melalui peluruhan daun-daunnya yang gugur jatuh kedalam air sebagai sumber bahan organik dalam rantai makanan di lingkungannya (Hendrasarie, 2003). Bahan organik merupakan sumber nutrien untuk pertumbuhan Makrozoobenthos yang terdapat pada substrat dasar, sehingga ketergantunganya terhadap bahan organik sangat besar. Ketersediaan bahan organik dapat memberikan variasi yang besar terhadap struktur komunitas dan kelimpahan organisme Makrozoobenthos. Makrozoobenthos memiliki peranan penting dalam memelihara fungsi dan produktifitas mangrove dengan cara membersihkan akar mangrove dari teritip, juga merupakan sumber kehidupan bagi banyak hewan lain yaitu sebagai makanan,penghasil cangkang, dan inang bagi parasit. Keberadaan Makrozoobenthos

juga dapat dijadikan sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas suatu perairan dengan cara melihat keadaan komunitasnya (Sinaga, 2009). Hutan mangrove di Pulau Halang luasannya telah banyak berkurang karena aktifitas manusia. Banyaknya aktifitas yang berlangsung dapat mengakibatkan perubahan lingkungan dan keseimbangan komunitas, salah satu komunitas biologi yang merasakan dampak langsung dari aktifitas tersebut adalah makrozoobenthos karena organisme ini memiliki sifat menetap pada substrat. Bahan organik merupakan sumber nutrien bagi organisme tersebut sehingga ketergantungan semakin besar. Namun jika keberadaan bahan organik tersebut melebihi dari batas maksimum di suatu perairan, maka kedudukan bahan organik tersebut dianggap sebagai pencemar. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian, sejauh manakah kandungan bahan organik sedimen di wilayah tersebut berpengaruh terhadap keanekaragaman makrozoobenthos.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kandungan bahan organik sedimen dengan struktur komunitas makrozoobenthos di kawasan mangrove Pulau Halang Muka dan Pulau Halang Belakang Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di perairan Pulau Halang Muka dan Pulau Halang Belakang. Identifikasi makrozoobenthos dan analisis bahan organik sedimen dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Ilmu Kelautan. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah formalin 10%, untuk mengawetkan sampel makrozoobentos, sedangkan alat-alat yang digunakan adalah spatula, kertas label, kantong plastik, saringan standard merk Wilco model 140E berukuran 1 mm. Pengukuran kualitas air digunakan Thermometer untuk mengukur suhu, Secchi disk untuk mengukur kecerahan perairan, Stopwatch, Current drogue,untuk mengukur kecepatan arus, ph Indikator untuk mengukur derajat keasaman, Handrefractometer untuk mengukur salinitas dan DO meter untuk mengukur oksigen terlarut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Data yang diperoleh berupa data primer dimana pengukuran dan pengambilan sampel dilakukan di lapangan kemudian dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Data kandungan bahan organik dan kelimpahan makrozoobenthos dibahas secara deskriptif. Pengambilan sampel makrozoobenthos dilakukan dengan metode acak pada saat surut di dalam petakan kuadran diambil dengan menggunakan spatula. Masing-masing titik sampling berukuran 3 m x 3 m, pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak 3 titik sampling yang masing-masing berukuran 1 m x 1m. Pada setiap titik sampling dilakukan pengambilan sampel makrozoobenthos dan bahan organik sedimen pada sub blok titik sampling yang sama. Kemudian sampel disaring dengan saringan yang berukuran 1 mm. Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik, diberi sedikit air diawetkan dengan larutan formalin 10% dan diberi label berdasarkan titik sampling dan stasiunnya.

Sampel sedimen diambil di titik sampling yang sama dengan menggunakan spatula sebanyak 200-300 gram dimasukkan ke dalam kantong plastik selanjutnya di beri label dimasukkan ke dalam ice box, dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. HASIL DAN PEMBAHASAN Wilayah Pulau Halang berada di Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, memiliki luas wilayah 2400 H. Bentuk topografi wilayah ini berupa daratan rendah yang sebagian wilayahnya masih terdiri dari daerah rawa rawa dan hutan mangrove serta memiliki pantai yang cukup landai dengan dasar lautnya berlumpur. Pulau Halang merupakan perairan yang penuh dengan kegiatan aktivitas manusia seperti pelayaran dan penangkapan. Secara topografi Kabupaten Rokan Hilir merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis nomor 53 tahun 1999. Wilayah Kabupaten Rokan Hilir terletak di bagian pesisir timur pulau Sumatera antara 2 o 9 49 2 0 14 59 LU dan 100 0 37 32 100 0 40 51 Musim hujan terjadi pada bulan November sampai April dengan curah hujan rata-rata per tahun 880 mm dan rata-rata hujan 12 hari per bulan. Musim kemarau terjadi antara bulan November sampai Maret dengan kisaran suhu rata-rata daerah ini antar 26-32 0 C. Hidrologi dipengaruhi oleh keberadaan sungai dan rawa. Penggenangan di daerah ini banyak dipengaruhi oleh hujan dan pasang surut air laut ( Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan Hilir, 2008 ). Pulau Halang terdiri dari Pulau Halang Muka dan Pulau Halang Belakang. Pulau Halang mempunyai kawasan yang kompleks akan aktifitas seperti padatnya pemukiman penduduk, dan transportasi kapal-kapal nelayan yang dapat memberi pengaruh terhadap bahan organik. Parameter kualitas perairan baik fisika maupun kimia merupakan faktor yang diukur penunjang kehidupan organisme perairan. Parameter lingkungan perairan di Pulau Halang Muka dan Pulau Halang Belakang dalam penelitian ini adalah : suhu, salinitas, kecepatan arus, derajat keasaman (ph), kecerahan dan DO dapat dilihat pada Tabel 1dan Tabel 2. Tabel 1. Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan Perairan di Pulau Halang Muka 1 Suhu ( 0 C) 29 ph 7 Parameter Salinitas ( ) 28 Kec.Arus (cm/det) 17,05 DO (mg/l) 6 Kecerahan (Cm) 28,12 2 29 7 28 18,15 6 29,14 3 29 7 28 19,25 6 29,25 Rata-rata 29 7 28 18,15 6 28,83 Sumber : Data Primer.2012

Bahan Organik Sedimen % Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan Perairan di Pulau Halang Belakang 1 Suhu ( 0 C) 30 ph 7 Parameter Salinitas ( ) 29 Kec.Arus (cm/det) 18,25 DO (mg/l) 6 Kecerahan (Cm) 29,26 2 30 7 29 19,15 6 29,18 3 30 8 30 20,14 6 30,25 Rata-rata 30 7,3 29,33 19,18 6 29,65 Sumber : Data Primer,2012 Tabel 3. Persentase Rata-rata Kandungan Bahan Organik Sedimen di Kawasan Mangrove Pulau Halang Muka Kandungan Bahan Organik (%) 1 3,41 2 4,94 3 6,11 Rata-rata 4,82 % Sumber : Data Primer,2012 Tabel 3 terlihat bahwa rata-rata kandungan bahan organik sedimen di kawasan mangrove perairan di Pulau Halang Muka bervariasi di setiap titik stasiun. Gambar 1. Kandungan Bahan Organik Sedimen di Kawasan Mangrove Pulau Halang Muka

Bahan Organik Sedimen (%) Tabel 4. Persentase Rata-rata Kandungan Bahan Organik Sedimen di Kawasan Mangrove Pulau Halang Belakang Kandungan Bahan Organik (%) 1 5,34 2 6,76 3 9,07 Rata-rata 7,06 % Sumber : Data Primer, 2012 Rata-rata kandungan bahan organik sedimen di kawasan mangrove Pulau Halang Belakang pada stasiun penelitian digambarkan dalam bentuk grafik pada Gambar 2. Gambar 2. Kandungan Bahan Organik Sedimen di Kawasan Mangrove Pulau Halang Belakang 4.1.4. Kelimpahan Makrozoobenthos Makrozoobenthos yang ditemukan selama penelitian terdapat 15 spesies terdiri dari makrozoobenthos di Pulau Halang Muka terdapat 12 spesies dan makrozoobenthos di Pulau Halang Belakang terdapat 15 spesies. Pada 2 lokasi ini memiliki jenis spesies yang berbeda (Lampiran 5). Nilai kelimpahan makrozoobenthos pada Pulau Halang setiap stasiun selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6 serta hasil perhitungan keseluruhannya dapat dilihat pada Lampiran 7.

Kelimpahan (Ind/m 2 ) Tabel 5. Kelimpahan Makrozoobenthos Pada Setiap Pulau Halang Muka (Ind/m 2 ) NO Jenis 1 2 3 1 Bablylonia perforata sp 3,33 3,55 3,00 2 Nassa francolina sp 3,00 3,22 3,55 3 Cymia tecta sp 6,11 7,00 8,33 4 Litorina oblusata sp 3,22 0,00 3,55 5 Potamon anomalus sp 3,11 3,00 3,33 6 Eriocheir sinensis sp 3,00 3,22 3,89 7 Nerita scabriocosta sp 3,33 3,11 3,22 8 Vitreolina scabriocosta sp 0,00 3,22 3,56 9 Busycon spiratum sp 0,00 2,89 3,11 10 Natica lineata sp 0,00 0,00 3,22 11 Fusituris undatiruga sp 0,00 0,00 3,00 12 Rapana thomasiana sp 0,00 5,00 5,89 Kelimpahan 28,667 34,222 47,667 Rata-Rata 36,852 Sumber : Data Primer, 2012 Kelimpahan makrozoobenthos di kawasan mangrove Pulau Halang Muka pada stasiun penelitian digambarkan dalam bentuk grafik pada Gambar 3. Gambar 3. Kelimpahan Makrozoobenthos di Kawasan Mangrove Pulau Halang Muka

Kelimpahan (Ind/m 2 ) Tabel 6. Kelimpahan Makrozoobenthos Pada Setiap Pulau Halang Belakang ( Ind/m 2 ) No Jenis 1 2 3 1 Bablylonia perforata sp 3,67 3,33 3,67 2 Nassa francolina sp 3,22 3,11 4,11 3 Cymia tecta sp 4,44 4,44 5,00 4 Litorina oblusata sp 3,11 3,56 3,89 5 Potamon anomalus sp 3,44 4,00 4,22 6 Eriocheir sinensis sp 3,00 4,33 3,89 7 Nerita scabriocosta sp 3,78 3,22 3,33 8 Vitreolina scabriocosta sp 3,11 3,33 3,67 9 Busycon spiratum sp 0,00 3,11 3,11 10 Natica lineata sp 3,33 3,22 3,00 11 Fusituris undatiruga sp 4,22 3,67 3,22 12 Rapana thomasiana sp 7,00 8,33 8,78 13 Megapitoria squalida sp 0,00 3,11 3,22 14 Holiotis crach herodi sp 0,00 0,00 3,00 15 Janthina capreolata sp 0,00 0,00 3,11 Kelimpahan 42,333 50,778 59,667 Rata-Rata 50,93 Sumber : Data Primer, 2012 Kelimpahan makrozoobenthos di kawasan mangrove Pulau Halang Belakang pada stasiun penelitian digambarkan dalam bentuk grafik pada Gambar 4. Gambar 4. Kelimpahan Makrozoobenthos di Kawasan Mangrove Pulau Halang Belakang

4.1.5. Indeks Keanekaragaman (H ), Indeks Keseragaman (e) dan Indeks Dominansi (C) Hasil perhitungan indeks keanekaragaman (H ), indeks keseragaman (e) dan indeks dominansi (C) Makrozoobenthos pada Pulau Halang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8 serta hasil perhitungan keseluruhannya dapat dilihat pada Lampiran 8 Tabel 7. Nilai perhitungan Indeks Keragaman (H ), Indeks Keseragaman (e) dan Indeks Dominansi (C ) di Pulau Halang Muka Keragaman (H ) Keseragaman (e) Dominansi (C ) 1 2,954 0,984 0,134 2 3,099 0,977 0,123 3 3,498 0,975 0,095 Rata-rata 3,183 0,978 0,117 Sumber: Data primer, 2012 Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai indeks keragaman (H ) pada setiap stasiun Pulau Halang Muka berkisar antara 2,954 3,498; indeks keseragaman (e) berkisar antara 0,975 0,984 dan indeks dominansi (C) memiliki kisaran antara 0,095 0,134. Tabel 8. Nilai perhitungan Indeks Keragaman (H ), Indeks Keseragaman (e) dan Indeks Dominansi (C ) di Pulau Halang Belakang Keragaman (H ) Keseragaman (e) Dominansi (C ) 1 3,409 0,985 0,004 2 3,630 0,981 0,086 3 3,834 0,981 0,075 Rata-rata 3,624 0,982 0,055 Sumber: Data primer, 2012 Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai indeks keragaman (H ) pada setiap stasiun Pulau Halang Belakang berkisar antara 3,409 3,834; indeks keseragaman (e) berkisar antara 0,981 0,985 dan indeks dominansi (C) memiliki kisaran antara 0,004 0,086

Kelimpahan (Ind/m 2 ) 4.1.6. Hubungan Kelimpahan Makrozoobenthos dan Bahan Organik pada Sedimen Hubungan antara kelimpahan makrozoobenthos dengan bahan organik sedimen di Pulau Halang Muka dan Pulau Halang Belakang digunakan uji regresi linier sederhana dilihat pada Gambar 5 dan 6 (Lampiran 9) dengan persamaan Y = 1,470x + 6,177 dengan koefisien determinasi (R 2 ) yang didapat adalah 0,332 dan koefisien korelasi r adalah 0,576. Hal ini berarti bahwa pengaruh kandungan bahan organik sedimen terhadap kelimpahan Makrozoobenthos adalah 57,6 % sedangkan 42,4 % lagi ditentukan oleh faktor lain sedangkan di Pulau Halang Belakang Y = 1,188x + 8,12 dengan koefisien determinasi (R 2 ) yang didapat adalah 0,601 dan koefisien korelasi r adalah 0,601. Hal ini berarti bahwa pengaruh kandungan bahan organik sedimen terhadap kelimpahan Makrozoobenthos adalah 60,1 % sedangkan 39,9 % lagi ditentukan oleh faktor lain dan Hubungan antara kelimpahan makrozoobenthos dengan bahan organik sedimen di Pulau Halang digunakan uji regresi linier sederhana dengan persamaan y = 1,332x = 6,937 dengan koefisien determinasi (R 2 ) yang didapat adalah 0,561 dan koefisien korelasi r = 0,749 %. Hal ini berarti bahwa pengaruh kandungan bahan organik sedimen terhadap kelimpahan Makrozoobenthos adalah 74,9 % sedangkan 25,1 % lagi ditentukan oleh faktor lain. Nilai koefisien korelasi r = 0,576 di Pulau Halang Muka dan koefisien korelasi di Pulau Halang Belakang r = 0,749 sedangkan nilai koefisien korelasi di Pulau Halang r = 0,749 diantara nilai r ini menunjukkan bahwa kelimpahan makrozoobenthos dengan bahan organik sedimen memiliki hubungan yang kuat dengan nilai yang positif artinya dengan meningkatnya kandungan bahan organik maka kelimpahan makrozoobenthos di Pulau Halang akan meningkat (Gambar 7). y = 1.4707x + 6.1775 R² = 0.3322 Bahan Organik % Gambar 5. Hubungan antara Kelimpahan Makrozoobenthos dengan Kandungan bahan Organik Sedimen di Pulau Halang Muka

Kelimpahan (Ind/m 2 ) Kelimpahan (Ind/m 2 ) y = 1.1882x + 8.12 R² = 0.6012 Bahan Organik % Gambar 6. Hubungan antara Kelimpahan Makrozoobenthos dengan Kandungan bahan Organik Sedimen di Pulau Halang Belakang y = 1,332x + 6,937 R² = 0,561 r =0,749 Bahan Organik % Gambar 7. Hubungan antara Kelimpahan Makrozoobenthos dengan Kandungan bahan Organik Sedimen di Pulau Halang

KESIMPULAN DAN SARAN Jenis makrozoobenthos yang ditemukan di kawasan mangrove Pulau Halang Muka berjumlah 12 spesies sedangkan di Pulau Halang Belakang berjumlah 15 spesies antara lain Bablylonia perforata sp, Nassa francolina sp, Cymia tecta sp, Rapana thomasiana sp, Litorina oblusata sp, Potamon anomalus sp, Eriocheir sinensis sp, Nerita scabriocosta sp, Vitriolina philippi sp, Busycon spiratum sp, Fusituris undatiruga sp, Natica lineata sp, Megapitoria squalida sp, Holiotis crachherodi sp, Jhanthina capreolata sp, yang memiliki kelimpahan antara 110,556-152,333 ind/m 2. Pulau Halang Muka tidak ada ditemukan spesies Megapitoria squalida sp, Holiotis crachherodi sp, Jhanthina capreolata sp. Hubungan kandungan bahan organik dengan kelimpahan makrozoobenthos di Pulau Halang dapat dilihat pada grafik hubungan antara Kelimpahan Makrozoobenthos dengan Kandungan Bahan Organik Sedimen, hasil analisis regresi linier sederhana antara kelimpahan makrozoobenthos dengan kandungan bahan organik pada sedimen, nilai r yang diperoleh menunjukkan hubungan kuat dengan nilai positif, artinya meningkatnya kandungan bahan organik akan meningkatkan kelimpahan makrozoobenthos 5.2. Saran Hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai makrozoobenthos di kawasan mangrove Pulau Halang. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai struktur komunitas makrozoobenthos dan bahan organik pada sedimen di zona intertidal perairan pantai Pulau Halang. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan Hilir. 2008. Rokan Hilir dalam angka/infigures. 89 hal. (Tidak diterbitkan) Hendrasarie, N. 2003. Indeks Keanekaragaman Benthos di Kawasan Mangrove Pantai Probolinggo. Jurnal Aksial. Hal 62-67. Sinaga, T.2009. Keanekaragaman Makrozoobenthos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba Balige Kabupaten Toba Samosir. Tesis. USU. Medan.93 hal.