BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat. cukup besar (Kulik & Mahler et al, 1989; dalam DiMatteo,

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Tempat penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai. salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang. kebutuhan dasar manusia termasuk di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) mendefenisikan bahwa sehat adalah keadaan yang ideal atau sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial. Dari defenisi sehat tersebut, maka manusia selalu dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik), meliputi beberapa aspek, salah satunya adalah aspek psikologis yang berhubungan dengan kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan secara konferhensif, tidak hanya sembuh dari gangguan jiwa, tetapi kebutuhan sehat dan juga kebutuhan perasaan senang dan bahagia dapat terpenuhi. Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi masalah kehidupan, mempunyai sikap yang positif pada diri sendiri maupun orang lain, serta mampu menerima orang lain apa adanya. Kesehatan jiwa tidak hanya jiwa yang sehat berada dalam tubuh yang sehat tetapi juga merupakan satu keadaan yang berhubungan dengan eksistensi manusia. Secara medis kesehatan jiwa diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan 1

perkembangan fisik, emosional dan intelektual secara optimal pada diri seseorang dan perkembangan tersebut sejalan dengan keadaan orang lain yang disampaikan Menteri Kesehatan 2006 dalam Febriani (2008). Menurut Hawari (2001) yang mengutip pendapat Mardjono (1992) dan Setyonogoro (1980) bahwa gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa bukan merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan kematian secara langsung atau cepat namun individu dengan gangguan tersebut dapat mengahambat pembangunan karena mereka tidak produktif Gangguan jiwa merupakan keadaan yang tidak stabil antara proses berfikir dengan tingkah laku yang dilakukan di mana individu tidak lagi mampu mengontrol diri dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan orang lain, masyarakat maupun lingkungan sekitar. Seseorang yang menderita gangguan jiwa mengalami ketidakmampuan berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-harinya (Hawari, 2001).Setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa. 2

Masalah kesehatan jiwa atau gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di masyarakat Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang laki-laki maupun perempuan dengan semua usia. Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dan terdapat 12-16 % yang mengalami gangguan jiwa serius. Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007 menyatakan bahwa 14,1 % penduduk Indonesia mengalami masalah gangguan jiwa dari yang ringan hingga yang berat. Berdasarkan data yang diperoleh pasien dengan gangguan jiwa terus bertambah. Departemen kesehatan Indonesia menyatakan bahwa 2,5 juta orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa. Pada tahun 2009 Pandu Setiawan, pendiri jejaring komunikasi kesehatn jiwa di Indonesia mengungkapkan bahwa 1 diantara 4 orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa. Data Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang periode Januari Mei 2014 terdapat 776 pasien gangguan jiwa yang dirawat inap dengan status relaps. Arie (2011) mengungkapkan bahwa 30-50 % pasien yang berobat di sarana pelayanan kesehatan umum ternyata memiliki gangguan atau masalah dengan kejiwaanya, oleh karena itu diperlukan suatu intervensi untuk menangani masalah tersebut secara dini. 3

Berbagai macam penyebab terjadinya gangguan jiwa tergantung pada cara individu merespon masalahnya. Secara umum, gangguan jiwa yang terjadi disebabkan karena adanya tekanan psikis dari dalam maupun dari luar diri individu. Hawari (2001) menjelaskan bahwa penyebab terjadinya gangguan jiwa adalah kurangnya pengetahuan keluarga dan masyarakat pada gangguan jiwa yang dialami penderita, mereka menganggap gangguan jiwa penyakit yang memalukan dan membawa aib bagi keluarga, individu dengan gangguan jiwa tidak bisa sembuh. Hingga sekarang penanganan masalah gangguan jiwa belum memuaskan, ini disebabkan karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat tentang jenis gangguan jiwa. Di Indonesia pengetahuan seseorang dipengaruhi erat oleh kultur dan budaya, seseorang dengan gangguan jiwa sering dianggap terkena guna-guna, atau karma dari suatu dosa yang dilakukannya (Irma, 2010). Hampir 80% penderita gangguan jiwa mengalami relaps berulang kali, ini disebabkan karena keluarga hanya menyerahkan sepenuhnya untuk perawatan rumah sakit dengan mengandalkan tenaga medis dan obat-obatan anti psikotik tanpa pengetahuan pentingnya peran keluarga terhadap proses kesembuhan penderita gangguan jiwa (Davis, 1994). Penderita gangguan jiwa yang paling beresiko untuk 4

relaps adalah penderita yang berasal dari keluarga yang tidak memberikan kebebasan untuk penderita, dan mensituasikan penderita seolah-olah dalam keadaan sakit, dan tidak adanya kepercayaan yang diberikan keluarga pada penderita (Tomb, 2004). Salah satu faktor penting dalam proses penyembuhan dan pencegahan penderita gangguan jiwa adalah keluarga, keluarga harus mampu mengenali gangguan jiwa yang dialami oleh pederita serta coping mechanism yang diterapkan. Terdapat banyak penderita yang jarang dikunjungi oleh keluarganya, atau bahkan ada yang datang hanya untuk mengurus administasi penderita. Akibatnya, keluarga tidak mempunyai pengetahuan tentang masalah gangguan jiwa yang dialami dan cara penangannya (Keliat,1996). Keluarga merupakan kelompok yang paling dekat dengan penderita dan merupakan perawat utama bagi penderita. Keluarga bertugas dalam menentukan cara atau perawatan yang diperlukan oleh penderita dirumah. Terapi di rumah sakit akan menjadi tidak berguna jika tidak ada bantuan dari keluarga (Salsabila, 2008). untuk meneruskan perawatan yang pada akhirnya penderita harus dirawat lagi atau relaps. Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnnya menunjukan bahwa faktor penyebab relaps adalah karena keluarga tidak tahu cara menangani 5

perilaku penderita. Penelitian yang dilakukan oleh Widjayanti (2008) mengenai harga diri klien gangguan jiwa di RS Grhasia Yogyakarta menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p=0,004) antara dukungan keluarga dengan harga diri klien gangguan jiwa di rumah sakit ini. Penelitian yang dilakukan oleh Abidin (2007) mengenai kekambuhan pada gangguan skizofrenia hebefrenik pasca RSJ di Malang juga menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p=0,000) antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pada gangguan skizofrenia hebefrenik pasca RSJ. Penelitian yang dilakukan oleh Nurdiana, dkk (2007) mengenai tingkat kekambuhan pasien gangguan jiwa di RS.Dr. Moch Ansyari Saleh Banjarmasin menunjukkan ada hubungan antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan pasien gangguan jiwa. Dari hasil pengamatan peneliti selama melangsungkan praktek klinik di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang di ruangan Ongko Wijoyo pada bulan September 2013 diketahui bahwa terdapat 13 penderita gangguan jiwa yang dirawat dan 9 diantaranya merupakan penderita dengan status rawat kembali atau relaps. Fenomena yang terjadi adalah banyak penderita gangguan jiwa yang kembali dirawat dengan keluarga yang kurang pengetahuan tantang cara penanganan penderita di rumah, 4 keluarga 6

penderita gangguan status relaps di ruang Ongko Wijoyo mengatakan kalau sudah kewalahan dan tidak tahu cara menghadapi penderita di rumah, oleh sebab itu langsung dibawa ke rumah sakit untuk dirawat kembali, salah satu penderita juga mengatakan tidak ingin lagi pulang ke rumah karena keluarga terlalu protect yang berlebihan dan tidak ada kebebasan bagi penderita, itu sebabnya penderita memilih untuk tinggal di rumah sakit. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang korelasi pengetahuan keluarga terhadap kejadian relaps gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang. 1.2 Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka ada beberapa masalah yang ditemukan, permasalahan tersebut yaitu pasien relaps gangguan jiwa sebanyak 776 pasien periode Januari - Mei 2014 di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Pasien gangguan jiwa yang kembali dirawat atau relaps dipengaruhi oleh faktor keluarga yaitu pengetahuan keluarga tentang cara merawat pasien. Hal tersebut didukung dengan teori dari Davis bahwa 80% pasien mengalami relaps 7

karena keluarga tidak memahami pentingnya peran keluarga dalam mencegah kekambuhan. 1.3 Batasan masalah Masalah penelitian perlu dibatasi agar penelitian lebih terfokus dan diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian dengan batasan masalah sebagai berikut : 1. pengetahuan keluarga terhadap relaps pasien gangguan jiwa. 2. Cara perawatan dan coping mechanism pasien gangguan jiwa. 3. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien gangguan jiwa yang berstatus rawat kembali atau relaps. 4. Penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit jiwa daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang. 1.4 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada korelasi pengetahuan keluarga terhadap relaps pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang. 8

1.5 Tujuan penelitian a. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memahami korelasi pengetahuan keluarga terhadap relaps pasien gangguan jiwa di Rumah sakit jiwa daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang. b. Tujuan khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk 1. Memahami karakteristik responden (Jenis kalamin,umur,status hubungan,pendidikan dan pekerjaan) di RSJD.Dr.Amino Gondohutomo 2. Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga terhadap relaps pasien gangguan jiwa di RSJD.Dr.Amino Gondohutomo 3. Mengetahui kejadian relaps pasien gangguan jiwa di RSJD.Dr.Amino Gondohutomo 4. Mengetahui dan memahami korelasi antara pengetahuan keluarga dengan pasien gangguan jiwa di RSJD.Dr.Amino Gondohutomo 9

1.6 Manfaat Penelitian a. Pendidikan Keperawatan Secara akademis dapat menambah wawasan keilmuan, khususnya dalam bidang keperawatan jiwa dalam masyarakat. b. Keluarga Memberi masukan kepada keluarga tentang pentingnya pengetahuan dan cara penanganan penderita gangguan jiwa, guna proses pemulihan maupun pencegahan relaps. c. Peneliti Diharapakan dapat menjadi pengalaman belajar mengenai gangguan jiwa dan pencegahan relaps serta meningkatkan pengetahuan peneliti khususnya dalam bidang keperawatan jiwa. 10