PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia surplus sebesar US$ 0,71 miliar. Sementara itu, pada periode yang sama tahun 2013, defisit sebesar US$ 8,84 miliar. Total perdagangan Thailand periode ini tercatat US$ 117,72 miliar, turun sebesar 8,72% dibanding periode yang sama tahun 2013. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor sebesar US$ 56,21 miliar, turun 1,00% dibanding periode yang sama tahun 2013, dan impor sebesar US$ 55,51 miliar, juga turun 15,41% dibanding periode yang sama tahun 2013. Peningkatan impor didukung impor produk elektronik dan juga impor suku-cadang & aksesori kendaraan serta emas dan perhiasan yang cukup signifikan pada periode ini. 2. Sepuluh negara tujuan ekspor utama Thailand yang merupakan 60,25% dari total ekspor Thailand periode Januari-Maret 2014 ke Dunia adalah : RR China, Jepang, Amerika Serikat, Hongkong, Malaysia, Indonesia, Australia, Singapura, Vietnam, dan Pilipina. Ekspor ke kawasan Uni Eropa (27 Negara) mencapai US$ 5,8 miliar, atau 10,33% dari total ekspor Thailand pada periode Januari-Maret 2014, dan mencatat pertumbuhan sebesar 4,56% dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Sementara, ekspor ke kawasan ASEAN (9 Negara) pada periode Januari-Maret 2014 sebesar US$ 13,9 miliar, atau 24,73% dari total ekspor Thailand, dan turun sebesar 5,36% dibanding periode yang sama tahun 2013. Indonesia, merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-6 bagi Thailand, dan pangsa pasarnya 4,29% pada periode ini. 3. Adapun produk ekspor Utama Thailand pada periode Januari-Maret 2014 antara lain adalah : Otomotif & suku-cadangnya sebesar US$ 6,22 miliar atau 11,06% ; Elektronik & produk2nya sebesar US$ 6,13 miliar atau 10,90% dari total ekspor Thailand; Kimia & Produk2nya sebesar US$ 4,56 miliar atau 8,12%; Karet & Produk2nya sebesar US$ 4,08 miliar atau 7,27%; Batu Berharga dan Perhiasan sebesar US$ 3,03 miliar atau 5,40% ; Produk Olahan Minyak sebesar US$ 2,54 miliar atau 4,52% dan juga Mesin dan komponen2nya sebesar US$ 1,66 miliar atau 2,96% dari total ekspor Thailand ke Dunia pada periode Januari-Maret 2014 ini. 4. Sepuluh negara asal impor Thailand pada periode Januari-Maret 2014 antara lain Jepang, RR China, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, Malaysia, Saudi Arabia, Korea
Selatan, Singapura, Indonesia dan Taiwan. Impor dari sepuluh negara asal terbesar mencatat 68,04% dari total impor Thailand pada periode Januari-Maret 2014. 5. Produk impor utama Thailand dengan nilai terbesar periode Januari-Maret 2014 antara lain adalah : Electronic Integrated Circuits and Microassemblies (HS 8542) sebesar US$ 2.214,66 juta, meningkat 3,56% dibanding periode yang sama tahun 2013; Parts & Acces Of The Motor Vehicles Of Headings No. 87.01 to 87.05 (HS 8708) sebesar US$ 1.458,97 juta (-38,13%); Electrical Apparatus For Line Telephony Or Line Telegraphy (HS 8517) sebesar US$ 1.199,91 juta (1,62%); Gold (incl Gold Plated With Platinum) Unwr (HS 7108) sebesar US$ 1.111,26 juta (-82,32%); dan Automatic Data Processing Machines and Units Thereof (HS 8471) sebesar US$ 853,36 juta (-22,63%). B. Perkembangan perdagangan bilateral Indonesia dengan Thailand 1. Total perdagangan Indonesia dengan Thailand periode Januari-Maret 2014 tercatat US$ 4.207,07 juta, turun 19,61% dibanding periode yang sama tahun 2013, yang nilainya mencapai US$ 5.233,16 juta. Total perdagangan periode Januari-Maret 2014 tersebut, terdiri dari ekspor Indonesia ke Thailand sebesar US$ 1.797,36 juta, turun 19,45 % dibanding periode yang sama tahun 2013 yang mencapai US$ 2.231,33 juta, dan impor Indonesia dari Thailand sebesar US$ 2.409,71 juta, turun 19,73% dibanding periode yang sama tahun 2013, yang tercatat sebesar US$ 3.001,83 juta. Neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand defisit bagi Indonesia sebesar US$ 612,34 juta, turun sebesar 20,53% dibanding periode yang sama tahun 2013, yang tercatat sebesar US$ 770,50 juta. 2. Selama periode Januari-Maret 2014, Indonesia menjadi negara ke-9 terbesar asal impor Thailand dengan pangsa sebesar 3,24%, menunjukkan penurunan dari pangsa impor : 3,40% (Jan-Mar 2013). 3. Komposisi impor utama Thailand dari Indonesia pada periode Januari-Maret 2014 antara lain:
Barang mentah dan setengah jadi, dengan total nilai impor US$ 517,42 juta, turun 15,16% dibanding periode yang sama tahun 2013, pangsanya terhadap total impor Thailand dari Indonesia adalah sebesar 28,79%; Fuel Lubricans, dengan total nilai impor US$ 474,44 juta, dengan pangsa sebesar 26,4%, dan turun 25,57%; Barang modal, sebesar US$ 380,75 juta, dengan pangsa 21,18%, dan turun 18,73%; Kendaran dan Alat Transportasi, sebesar US$ 276,11 jutar, dengan pangsa 15,36%, dan turun sebesar 15,81% dibanding periode yang sama tahun 2013; Barang konsumsi, sebesar US$ 148,64 juta, dengan pangsa 8,27%, dan turun 18,36%. Sedangkan, ekspor Thailand ke Indonesia berdasarkan kelompok dapat dibagi sebagai berikut : Produk manufaktur, dengan total nilai ekspor US$ 2,08 miliar, turun 20,37% dibanding periode yang sama tahun 2013, pangsanya terhadap total ekspor Thailand ke Indonesia sebesar 86,43%; Produk agro-industri, sebesar US$ 206,08 juta, dengan pangsa sebesar 8,55%, juga mengalami penurunan sebesar 17,25%; Produk pertanian, sebesar US$ 68,71 juta, dengan pangsa sebesar 2,85%, dan turun sebesar 18,05%; Produk pertambangan dan bahan bakar, sebesar US$ 52,15 juta, dengan pangsa sebesar 2,16%, dan naik 7,24%. C. Informasi lainnya 1. Perkiraan Pertumbuhan PDB Thailand sebesar 2,5% - 3,0 % untuk Tahun 2014 Gross Domestic Product (GDP) Thailand diperkirakan tumbuh antara 2,5-3% akibat dari kenaikan ekspor, tetapi tergantung eskalasi gejolak politik dan risiko perlambatan ekonomi China. Menurut Bank of Thailand (BoT), ketidakpastian politik yang berlarut-larut dan pemerintahan baru tidak terbentuk dalam paruh pertama 2014, maka ekonomi Thailand tumbuh dibawah proyeksi BoT (2,7%). Jika terjadi, akan melemahkan kepercayaan konsumen dan menunda pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek besar, yang merangsang investasi domestik dan industri pariwisata.
Tingkat inflasi Maret naik menjadi 2,1% dari 1,9% pada Pebruari 2014. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan inflasi yaitu kenaikan harga LPG dan kenaikan harga makanan siap saji. Thai National Shippers Council (TNSC) memprediksi pertumbuhan ekspor 5% di tahun 2014, karena ekonomi dunia semakin pulih dan baht tetap pada kisaran 33-35 per dolar AS. International Monetary Fund memprediksi ekonomi dunia meningkat 3,7%, dan menurut World Bank sebesar 4%. Dan adanya tanda-tanda pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) di tempat tujuan utama ekspor seperti ASEAN (5,1%), China (7,5%), Jepang (1,7%), Eropa (1%) dan AS (2,8%). 2. Perdagangan ASEAN diharapkan menjadi dua kali lipat di bawah AEC Perdagangan perbatasan Thailand dengan negara-negara tetangga ditargetkan dua kali lipat menjadi Bt 2 triliun setelah ASEAN terintegrasi tahun depan, atau meningkat 20% setiap tahun sejak sekarang, berkat pasar yang bebas hambatan. Menurut Kementerian Perdagangan, perdagangan lintas batas dan perdagangan trilateral dengan Singapura, Vietnam dan China Selatan mencapai Bt 1,03 triliun tahun 2013, atau 7,1% dari total perdagangan lintas batas Thailand dengan dengan empat negara yang memiliki koneksi langsung ke Thailand senilai Bt 924,24 miliar, sementara perdagangan trilateral adalah senilai Bt 99 miliar. Malaysia adalah mitra dagang perbatasan terbesar Thailand dengan perdagangan dua arah sebesar Bt 501,1 miliar pada tahun 2013, diikuti oleh Myanmar dengan Bt 196,86 miliar, Laos Bt 132,13 miliar, Kamboja Bt 93,83 miliar, Singapura Bt 55,74 miliar, China Selatan Bt 370,84 miliar dan Vietnam Bt 16,57 miliar. Komoditas ekspor utama dalam perdagangan lintas batas adalah karet, mobil dan suku cadang, komponen komputer, bahan bakar diesel dan produk karet. Ekspor utama untuk perdagangan trilateral adalah bagian-bagian komputer, minuman non-alkohol, buah-buahan segar dan beku, motor dan sirkuit listrik. 3. Eksportir Thailand Merasakan Dampak penghapusan GSP Uni Eropa Eksportir produk ke Eropa mulai merasakan dampak dari penghapusan GSP (Generalized System of Preferences), dan meminta semua pihak untuk membantu mendorong pembentukan pemerintah baru dengan cepat, sebelum lebih banyak kehilangan manfaat GSP. Thai Frozen Foods Association (TFFA), mengatakan bahwa ekspor makanan dan perikanan Thailand ke Eropa telah merasakan efek dari penghapusan GSP. Hal ini
terutama berlaku untuk udang olahan dan siap saji, yang menghadapi tarif impor 20% sejak 1 Januari 2015 karena penghapusan GSP. Kategori produk yang sebelumnya menikmati tarif impor 7% ke Uni Eropa. Negosiasi perjanjian perdagangan bebas antara Thailand-Uni Eropa akan terpengaruh, jika situasi politik tetap belum terpecahkan dan pemerintah baru tidak dapat dibentuk. Akibatnya, manfaat GSP pada 6,200 produk Thailand akan hilang dimulai tanggal 1 Januari 2015. Udang segar dan beku akan menjadi produk yang paling terpengaruh, karena tarif impor mereka akan meningkat menjadi 12%, dari 4,2%. Tahun lalu, Thailand mengekspor lebih dari 140 ribu ton udang dingin dan beku, senilai 40 miliar baht. Sumber : Laporan Atdag Bangkok, Thailand, Maret 2014