BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

dokumen-dokumen yang mirip
- Andrian Hidayat Nasution -

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat transportasi untuk mempermudah mobilisasi. Dari berbagai

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dan strategis dalam cakupan upaya pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

Privat Law Vol. V No. 1 Januari-Juni

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba

BAB V PENUTUP. 1. Hubungan hukum antara pihak maskapai penerbangan dengan konsumen. berdasarkan pada Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata.

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan beragam kebutuhan yang diperlukan masyarakat sebagai konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan yang telah diinvestigasi KNKT, yaitu human factor, teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan penerbangan tumbuh dengan pesat banyak perusahaan atau maskapai

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

Oleh : Ari Agung Satrianingsih I Gusti Ayu Puspawati Dewa Gde Rudy Program Kekhususan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana.

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN TRANSPORTASI PENERBANGAN KOMERSIAL

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata. tahun jumlah masyarakat semakin bertambah banyak.

BAB I PENDAHULUAN. kota Medan adalah PT. Eric Dirgantara Tour & Travel. PT. Eric Dirgantara Tour

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang

BAB I PENDAHULUAN. perlunya penerapan strategi pelayanan perusahaan yang tepat. Perkembangan dunia yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tanggungjawab dalam arti accountability,responsibility,dan liability. 1 Demikian

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAM PENGESAHAN... HALAM MOTTO DAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

A. Latar Belakang Masalah

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir di Indonesia. Sejumlah armada bersaing ketat merebut pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Khusus bagi Indonesia sebagai negara kepulauan angkutan udara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem transportasi nasional yang keberadaannya memiliki posisi dan

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di

A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

SKRIPSI JURIDICAL ANALYSIS OF AIRLINES LIABILITY FOR DELAY AND CANCELLATION SCHEDULE DEPARTURE PASSENGER IN CONSUMER PROTECTION LAW PERSPECTIVE

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meraih tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Perlindungan Konsumen Penumpang Pesawat Terbang. a. Pengertian Pelindungan Konsumen

2 Indonesia dalam hal melakukan penyelesaian permasalahan di bidang hukum persaingan usaha, yang diharapkan terciptanya efektivitas dan efisiensi dala

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai konsumen dalam

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG. Adapun dasar hukum penetapan tarif angkutan penumpang yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut untuk memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu singkat. Demi mendukung kegiatan seperti itu dibutuhkan suatu transportasi yang tepat. Salah satunya adalah angkutan udara atau sering disebut sebagai pesawat terbang. Menurut Undang-Undang Penerbangan, pengertian pesawat terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap dan dapat terbang dengan menggunakan tenaganya sendiri. Cara kerja pesawat terbang itulah yang membuat kalangan profesional dan para pelaku bisnis yang memiliki mobilitas tinggi memilih transportasi pesawat terbang sebagai sarana untuk bepergian ke luar kota maupun ke luar negeri. Lalu lintas udara yang bebas hambatan memungkinkan bagi transportasi udara untuk lebih cepat dari sarana transportasi yang lain. Bidang transportasi ini sendiri ada hubungannya dengan produktivitas, hal ini dikarenakan dampak dari kemajuan transportasi tersebut berpengaruh terhadap peningkatan mobilitas manusia. Tingginya tingkat mobilitas itu menandakan produktivitas yang positif. 1 Pentingnya produktivitas yang berkaitan dengan transportasi, tentu tidak lepas dari hambatan-hambatan, misalnya keterlambatan dan pembatalan jadwal dari yang sudah disepakati sebelumnya. Kerugian adalah risiko yang harus diterima oleh pengguna jasa angkutan sebagai konsekuensi dari peristiwa tersebut. 1 M.N. Nasution, Manajemen Transportasi, Bogor, Ghalia Indonesia, 2007, hal 2. 1

2 Pihak pengangkut sebagai penyelenggara mempunyai kewajiban untuk mengganti kerugian yang diderita oleh pengguna jasanya. Karena secara hukum pengguna jasa angkutan dilindungi, maka sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dapat dilihat dalam Pasal 141 sampai 149 mengenai tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang dan/atau pengirim kargo. Diteruskan dengan Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur ketentuan tentang besaran ganti kerugian yang ditanggung pihak pengangkut, apabila kesalahan atau kelalaian terhadap pengguna jasa angkutan disebabkan oleh kesalahan dari pihak pengangkut. Perlindungan seperti ini pada dasarnya dibutuhkan oleh pengguna jasa angkutan, dalam rangka meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, serta kemandirian pengguna jasa angkutan itu sendiri untuk melindungi dirinya, serta mengembangkan sikap dan perilaku usaha yang bertanggung jawab atas sedikit kesalahan yang sebenarnya tidak diinginkan untuk terjadi oleh siapapun. Salah satu tujuan diselenggarakannya penerbangan adalah mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur, selamat, aman, dan nyaman, dari tujuan tersebut terlihat dengan jelas bahwa sangat bertentangan dengan adanya peristiwa pembatalan serta keterlambatan jadwal penerbangan yang mencerminkan kurang disiplinnya pihak dari pelaku usaha transportasi. Kembali ke pembahasan tentang jenis angkutan udara, dari aspek operasionalnya terdiri atas angkutan udara niaga berjadwal dan angkutan udara tidak berjadwal baik dalam maupun luar negeri atau internasional. Melihat UU Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan tidak terdapat arti dari angkutan niaga

3 berjadwal, meskipun demikian dapat merujuk kepada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor SK 13/S/1971 tentang Syarat-syarat dan Ketentuanketentuan Mengenai Penggunaan Pesawat Terbang Secara Komersial di Indonesia. Berdasarkan keputusan tersebut angkutan udara niaga berjadwal adalah penerbangan yang berencana menurut suatu jadwal perjalanan pesawat udara yang tetap dan teratur melalui rute yang telah ditetapkan, kemudian angkutan udara niaga tidak berjadwal yaitu penerbangan dengan pesawat udara secara tidak berencana. Biasanya angkutan udara niaga berjadwal disediakan bagi penumpang yang beranggapan bahwa waktu lebih berharga apabila dibandingkan dengan uang, pesawat udara akan tinggal landas sesuai dengan jadwal penerbangan yang ditetapkan meskipun pesawat udara itu belum penuh, karena penumpang dari angkutan udara ini umumnya diisi oleh orang-orang yang mempunyai urusan penting (business people). 2 Negara Indonesia merupakan suatu negara kepulauan dimana negara kepulauan ini dipersatukan oleh wilayah perairan dan udara dengan batas-batas wilayah serta kedaulatan masing-masing wilayah itu telah ditetapkan ke dalam peraturan berbentuk undang-undang. Dengan struktur wilayah yang demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa angkutan udara adalah sebuah sistem transportasi yang sangat mendukung kemajuan mobilitas masyarakat Indonesia. Selain daripada itu, juga berperan bagi pertumbuhan ekonomi dan mempererat hubungan antarbangsa. 2 H.K. Martono, Hukum Angkutan Udara, Jakarta, Rajawali Pers, 2011, hal 54-55.

4 Angkutan udara atau penerbangan mempunyai ciri yakni dapat bergerak cepat dalam waktu singkat dan menggunakan teknologi canggih sehingga dapat berfungsi untuk menciptakan distribusi nasional yang mantap dan dinamis. Hal ini sesuai dengan perkembangan zaman dari tahun ke tahun yang semakin maju serta dunia globalisasi dalm bentuk hubungan antarbangsa. Kembali ke persoalan hak penumpang sebagai konsumen, maka di dalam kegiatan transportasi angkutan udara ini penumpang mempunyai hak untuk didengarkan pendapat dan keluhannya atas jasa yang digunakan. Persoalan ini terkait dengan permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai keterlambatan dan pembatalan jadwal penerbangan yang terjadi akibat banyak sebab dan banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor teknis dan non teknis, misalnya saja faktor cuaca yang buruk, hujan lebat, badai, petir atupun jarak pandang di bawah standar minimal yang dapat mengganggu keselamatan penerbangan. Hal tersebut adalah di luar dari teknis operasional, sedangkan faktor teknis yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan dan pembatalan jadwal penerbangan antara lain bandar udara yang tidak dapat digunakan untuk keberangkatan pesawat karena terjadi banjir atau kebakaran, keterlambatan pengisian bahan bakar pesawat dan lain-lain. Dalam rangka agar terciptanya suatu sistem transportasi yang baik, telah ditetapkan sitem transportasi nasional (Sistranas) oleh Departemen Perhubungan. Tujuannya adalah agar terwujud suatu kegiatan transportasi yang terpadu, bersinergi, tertib, lancar, mengutamakan keamanan, efisiensi yang baik dan lainlain. Sistranas tersebut dilaksanakan menurut beberapa landasan, yaitu menurut

5 landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, landasan visional wawasan nusantara, landasan konsepsional Ketahanan Nasional dan landasan operasional, peraturan perundangan di bidang transportasi serta peraturan lainnya yang terkait. 3 Sebuah tindakan nyata tentu diperlukan agar terlaksananya nilai-nilai dasar tersebut, tindakan nyata dapat berupa suatu program dan kebijakan pemerintah supaya tidak sekedar menjadi sebuah rencana tanpa ada hasil. Inilah yang menjadi kaitannya dengan keterlambatan dan pembatalan jadwal penerbangan, dimaksudkan agar peristiwa serupa dapat diminimalisir sebab kesalahan dan kelalaian di dalam suatu sistem dapat terjadi kapanpun. Regularity merupakan salah satu dari prinsip angkutan udara, dalam buku M.N. Nasution yang berjudul Manajemen Transportasi, regularity mempunyai pengertian tertib dan teratur. Pesawat udara yang sedang dioperasikan harus menyesuaikan dengan jadwal penerbangan yang telah ditetapkan secara tepat sesuai dengan waktu yang diinginkan oleh penumpang, hal ini penting mengingat jaminan bagi kepuasan penumpang serta citra perusahaan penerbangan sehingga kelangsungan perusahaan penerbangan dapat terus dijaga. Agar terlaksananya operasi penerbangan yang tepat pada waktunya, kedisplinan dan koordinasi diperlukan bagi bagian produksi/operasi dengan bagian pemeliharaan pesawat, bagian pemasaran dan bagian-bagian yang lainnya. 4 Sehubungan dengan Pasal 146 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan bahwa pihak yang bertindak sebagai pengangkut 3 M.N. Nasution, Op.Cit., hal 297. 4 Ibid., hal 203.

6 mempunyai tanggung jawab atas kerugian yang diderita karena keterlambatan pada angkutan penumpang, bagasi, atau kargo, kecuali apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional. Menurut Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, keterlambatan berarti terjadinya perbedaan waktu antara keberangkatan atau kedatangan yang dijadwalkan dengan realisasi waktu keberangkatan atau kedatangan. Sedangkan pembatalan dalam hal ini jadwal penerbangan, menurut Penulis adalah dialihkannya jadwal penerbangan yang telah ditentukan sebelumnya menjadi ke hari lain dikarenakan sebab-sebab tertentu. Hubungan perdata dalam bentuk perikatan antara perusahaan penerbangan sebagai pengangkut dan penumpang diwujudkan dalam bentuk pembelian tiket pesawat. Berdasarkan KUHPerdata buku ke tiga tentang perikatan dalam Pasal 1313 menyebutkan: suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Sedangkan dasar hukum perjanjian pengangkutan lainnya ialah Pasal 1338 KUHPerdata tentang asas kebebasan berkontrak: bahwa setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian apa saja, baik perjanjian itu sudah diatur dalam Undang-Undang maupun belum diatur dalam Undang- Undang. Pasal 1320 KUHPerdata: a. Adanya kesepakatan para pihak b. Kecakapan dalam bertindak c. Suatu hal tertentu

7 d. Sebab yang halal. Asas Pacta Sunt Servanda yang terdapat dalam Pasal 26 Konvensi Wina Tentang Hukum Perjanjian Internasional, bahwa perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak adalah mengikat bagi mereka yang menyelenggarakannya seperti Undang-Undang. Hubungan perikatan yang sudah terjadi tersebut selanjutnya menjadi kewajiban kedua belah pihak untuk memenuhi prestasi yang telah disepakati. Salah satu yang menjadi kewajiban pelaku usaha tercantum dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 7 huruf a yakni beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya, artinya perusahaan penerbangan harus memenuhi kewajibannya kepada penumpang sebagai bentuk iktikad baik tersebut kemudian penumpang juga memenuhi kewajibannya sebagai konsumen. Tidak jarang dalam pelaksanaannya salah satu dari kedua belah pihak baik pengangkut maupun penumpang tidak terlepas dari suatu kesalahan sehingga terjadi pelanggaran terhadap butir-butir kesepakatan. Namun dalam pembahasan skripsi ini yang diangkat adalah tentang kerugian yang dialami oleh penumpang angkutan udara melalui sudut pandang Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 92 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, dimana mengenai keterlambatan (delay) dan pembatalan jadwal penerbangan ini dibahas dalam Pasal 9 sampai Pasal 13 dalam Peraturan Menteri tersebut. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, Penulis mempunyai keinginan untuk membahas skripsi dengan judul Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut

8 Angkutan Udara Atas Keterlambatan dan Pembatalan Jadwal Keberangkatan Penumpang Angkutan Udara ( Studi Pada PT. Sriwijaya Air Medan ). B. Permasalahan Permasalahan yang dirumuskan oleh penulis antara lain adalah: 1. Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab keterlambatan (delay) dan pembatalan jadwal keberangkatan penumpang angkutan udara? 2. Bagaimana penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 92 Tahun 2011 yang mengatur tanggung jawab pengangkut angkutan udara terhadap penumpang? 3. Bagaimana Tindakan Maskapai Penerbangan (pengangkut) sebagai bentuk tanggung jawab atas keterlambatan (delay) dan pembatalan jadwal keberangkatan penumpang? C. Tujuan Penulisan Tujuan diperlukan agar maksud dari penulis dalam mengemukakan isi dari skripsi ini dapat diketahui. Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui faktor penyebab dari keterlambatan (delay) dan pembatalan jadwal keberangkatan penumpang angkutan udara. 2. Untuk mengetahui sejauh apa penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 92 Tahun 2011 di dalam upaya mengatur tentang tanggung jawab pengangkut angkutan udara.

9 3. Untuk mengetahui tindakan maskapai penerbangan sebagai pengangkut atas keterlambatan dan pembatalan jadwal keberangkatan yang dialami penumpang. D. Manfaat Penulisan Selain dari tujuan di atas, penulisan skripsi ini juga memberikan manfaat antara lain: a. Secara teoretis, pembahasan terhadap masalah ini akan memberikan pemahaman terhadap sebab-sebab dari keterlambatan hingga pembatalan jadwal keberangkatan pesawat, kemudian terkait Peraturan Menteri Perhubungan yang menjadi rujukan skripsi ini akan diketahui bagaimana penerapannya, manfaat selanjutnya adalah akan diketahui pula apa yang menjadi tindakan dari maskapai penerbangan dalam menangani persoalan tersebut. b. Secara praktis, pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca terutama bagi para pihak yang terlibat dalam kegiatan atau aktivitasnya dalam dunia pengangkutan udara, terutama mengenai tanggung jawab maskapai penerbangan atas tidak sesuainya jadwal keberangkatan pesawat dari apa yang telah ditetapkan sebelumnya. E. Metode Penelitian Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan yaitu segala cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah,

10 suatu ilmu pengetahuan itu sebenarnya bukan suatu ilmu, tetapi suatu himpunan pengetahuan saja tentang berbagai gejala, tanpa dapat disadari hubungan antara gejala yang satu dengan gejala lainnya. 5 Adapun metode penelitian hukum yang digunakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini adalah : 1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif-empiris, dimana dalam penelitian empiris dimaksudkan untuk memperoleh data primer, yaitu melakukan wawancara dengan narasumber yang terkait dengan tempat penelitian skripsi ini yakni PT. Sriwijaya Air, sementara itu penelitian hukum normatif yaitu melakukan suatu kajian terhadap peraturan perundang-undangan serta bahan bahan hukum yang berkaitan dengan skripsi ini. 2. Sifat Penelitian Penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini bersifat penelitian kasus, pada umumnya sifat dari penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara mendalam terhadap suatu individu, kelompok, institusi ataupun masyarakat tertentu, tentang latar belakang, keadaan/kondisi, faktor-faktor, atau interaksiinteraksi sosial yang terjadi di dalamnya. 6 2010, hal 45. 5 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 6 Ibid, hal 36.

11 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam rangka menyusun skripsi ini ialah berupa teknik pengumpulan data kualitatif, dimana penulis melakukan wawancara dengan narasumber terkait, observasi serta pengumpulan dokumen untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk melengkapi skripsi ini. 4. Sumber Data Sumber data yang diperoleh terbagi atas tiga macam, yakni bahan hukum primer sebagai bahan utama kemudian bahan hukum sekunder dan tersier. a. Bahan Hukum Primer Sehubungan dengan judul skripsi ini, maka bahan hukum utama yang digunakan penulis adalah Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Menteri Nomor PM 92 Tahun 2011. Kemudian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan sebagai aturan yang mencakup segala ketentuan tentang angkutan udara. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, pendapat para ahli dan sarjana serta kasus-kasus yang berkaitan dengan permasalahan angkutan udara. c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier berperan sebagai bahan hukum penunjang yang memberikan penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder.

12 Sebagai contoh adalah seperti kamus hukum, ensiklopedia dan bahan hukum penunjang yang lainnya. 5. Analisis Data Data-data yang telah dikumpulkan disusun secara sistematis, kemudian dilakukan penelaahan terhadap data-data tersebut. Dan penarikan kesimpulan sebagai upaya agar permasalahan yang dirumuskan dapat terjawab. F. Keaslian Penulisan Judul berikut ini Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Atas Keterlambatan Dan Pembatalan Jadwal Keberangkatan Penumpang Angkutan Udara (Studi Pada PT. Sriwijaya Air Medan) yang telah diangkat penulis sebagai judul skripsi terbilang masih judul yang baru, berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan penulis di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, belum ada yang membahas dengan pendekatan maupun perumusan masalah yang sama, sehingga dapat dinyatakan bahwa isi dari tulisan ini adalah asli dan keasliannya dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Beberapa judul skripsi beserta rumusan masalah yang dituliskan berikut ini adalah sebagai bukti bahwa tidak ada kesamaan dengan judul yang pernah ditulis sebelumnya. Nama : Desy Hariani Nasution NIM : 070200134

13 Judul : Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Barang Bagasi Penumpang. Rumusan Masalah : 1. Bagaimana hukum pengangkutan udara di Indonesia menurut Undang- Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan? 2. Bagaimana penyelenggaraan angkutan Udara oleh PT. Garuda Indonesia Airlines (selanjutnya disingkat dengan PT. GIA)? 3. Bagaimana tanggung jawab PT. GIA terhadap barang bagasi penumpang? Nama : Eko August Sihombing NIM : 060200296 Judul : Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Pengangkutan Orang dan Barang Dalam Pengangkutan Udara Ditinjau Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan (Studi Kasus Pada PT. Garuda Indonesia Cabang Mongonsidi Medan). Rumusan Masalah : 1. Bagaimana peranan tanggung jawab pengangkut terhadap orang dan barang menurut Undang-Undang No. 1 tahun 2009? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam realisasi tanggung jawab PT. Garuda Indonesia terhadap penumpang penerbangan domestik? 3. Bagaimana realisasi pertanggung jawaban PT. Garuda Indonesia terhadap penumpang dan barang dalam penerbangan domestik?

14 G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan menjadi salah satu metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam menyusun serta mempermudah untuk memahami isi dari skripsi ini. Keseluruhan skripsi ini meliputi 5 (lima) bab yang secara garis besar isi dari bab-perbab diuraikan sebagai berikut : BAB PERTAMA: PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, serta Sistematika Penulisan. BAB KEDUA : TINJAUAN MENGENAI PENGANGKUTAN UDARA Dalam bab ini dibahas mengenai Asas dan Tujuan Diselenggarakannya Pengangkutan Udara, Subjek dan Objek Pengangkutan Udara, Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Pengangkutan Udara, Manfaat serta Fungsi Jasa Angkutan Udara dan Pelaksanaan Pengangkutan Udara. BAB KETIGA: PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN PENUMPANG DAN BARANG DALAM ANGKUTAN UDARA Dalam bab ini dibahas tentang Angkutan Udara Niaga dan Bukan Niaga, Hubungan Perikatan dalam Perjanjian

15 Pengangkutan Udara, Tarif Penumpang dan Barang dalam Angkutan Udara dan Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara terhadap Penumpang dan Barang. BAB KEEMPAT: TINDAKAN MASKAPAI PENERBANGAN (PENGANGKUT) SEBAGAI BENTUK TANGGUNG JAWAB ATAS KETERLAMBATAN DAN PEMBATALAN KEBERANGKATAN PENUMPANG DALAM PERSPEKTIF PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 92 TAHUN 2011 Dalam bab ini diuraikan mengenai Faktor-faktor penyebab keterlambatan (delay) dan pembatalan penerbangan, Penerapan peraturan menteri perhubungan nomor PM 92 Tahun 2011 sebagai aturan tentang tanggung jawab pengangkut angkutan udara, dan Tindakan maskapai penerbangan sebagai bentuk tanggung jawab atas keterlambatan (delay) dan pembatalan jadwal keberangkatan penumpang. BAB KELIMA: PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan serta saran-saran dari jawaban permasalahan yang telah dirumuskan.