BAB I PENDAHULUAN. Penelitian terhadap ilmu-ilmu bahasa Arab tidak terhenti pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya

Bab II. Mengenal Macam-macam Isim

STRUKTUR KEBAHASAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. (A. Suherman)

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Arab. Keindahan bahasa, susunan kata-kata, serta maknanya menjadi perhatian

BAB II LEKSIKOGRAFI ARAB

Di dalam tulisannya tidak akan anda temukan bagaimana uraian tentang hal tersebut, karena untuk tahu penjelasan lengkapnya anda harus mengikuti

MAKALAH ALIF LAYYINAH. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Qowaidul Imla Dosen Pengampu: M. Mas ud, S.P.I.

SILABUS NAHWU 1 AR 105. Dr. Maman Abdurrahman M. Zaka Alfarisi, S. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

ḥ așalat bitarkībi ba ḍ ihā ma a ba ḍ in min i rābin wa binā`in wa mā yatba uhumā/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB SATU PENGENALAN. topik perbincangan dalam kajian morfologi ( ) perlu diketengahkan. fonologi yang berlaku dalam pembentukan kata bahasa Arab.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa seseorang memiliki sifat serta pengetahuan yang baik. memadukan kalimat-kalimat yang kita tulis dan ucapkan.

Infleksi Alias I'rãb

AL-NAKIRAH WA AL-MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA JEPANG

MAKALAH. Hamzah di Tengah Kalimat

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Dalam Ayat tersebut terdapat fi il mabni majhul yaitu lafadz ا ر س ل ت م, disebut fi il

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAIDAH BACA KITAB AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA AH

BAB II METODE QIYASIYYAH DAN PEMBELAJARAN QAWA ID NAHWU

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENULIS SKRIPSI MELALUI PENGENALAN MUTA ALLAQ PADA MATA KULIAH INSYA Oleh: Yayan Nurbayan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa selalu digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu bahasa tidak terlepas dari morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam Bahasa

ANALISIS DESKRIPTIF BUKU AJAR BAHASA ARAB KELAS XI MA KARANGAN KEMENAG. Muchammad Huud Almuafa

SATUAN ACARA PERKULIAHN (SAP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. ketika sudah tersusun. Ilmu Nahwu dalam perkembangannya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

STRUKTUR FUNGSIONAL DAN RAGAM KALIMAT PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AL QALAM

MAKALAH. MENAMBAH ALIF dalam KALIMAT. Disusun guna memenuhi tugas Qowa idul Imla yang diampu oleh : Muhammad Mas ud M.Pd.i. Oleh :

MAKALAH. Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Fitri Wijayanti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) mencatat serta mengolah bahan penelitian.

MAKALAH. Hamzah di Akhir Kalimat. Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I.

MAKALAH QOWAIDUL IMLA AZ-ZIYADAH ALIF PENAMBAHAN ALIF )

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang dapat disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan

MENGENAL DASAR-DASAR BAHASA ARAB

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

MAKALAH HAMZAH DIAWAL KALIMAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi. Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu. serta latar belakang suatu bangsa (Simatupang, 1999 : 8)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

MAKALAH ALIF LAYYINAH DI TENGAH KATA

Menurut Al-Khuli (1982: 157) dalam A dictionary of Theoretical Linguistics

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. Majid (1997:2) dalam Syihabuddin (2002:1) mengatakan bahwa suatu kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. lambang (simbol- simbol) ini memiliki bentuk dan makna (bersisi dua), atau dikatakan

A. Kasih Sayang Nabi Muhammad saw.

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al-

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

PROPOSAL PENELITIAN. Diajukan untuk penyusunan skripsi di Jurusan Pedagogik pada Program Studi PGSD. oleh

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata

KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hurford dan Hearsly menyatakan bahwa semantik merupakan cabang dari

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LUGHATUNA QIRAAH - EDISI KELIMA Asri Ibnu Tsani Djali Setting dan Desain Cover Asri Ibnu Tsani Djali

BAB I PENDAHULUAN. sehari hari. Salah satu perannya ialah bahasa merupakan alat berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian terhadap ilmu-ilmu bahasa Arab tidak terhenti pada menghasilkan teori-teori saja, akan tetapi berlanjut secara terus menerus mengikuti perkembangan zaman. Ketika zaman berkembang, maka ilmu bahasa Arab pun ikut berkembang, baik dari sisi usaha menemukan teori-teori baru ataupun dari sisi menjelaskan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Bahasa Arab memiliki keindahan yang khas dalam penyusunan kalimatnya dan urutan kata-katanya yang dapat memberi pengaruh yang kuat di hati para pendengarnya. Bahasa Arab memiliki peran yang besar dalam pengembangan peradaban umat manusia hingga masa sekarang ini. Bahasa Arab berkaitan erat dengan kejayaan ummat Islam, dan ini merupakan salah satu hubungan yang saling melengkapi antara satu sama lainnya, ibarat hubungan yang kuat antara ruh dan jasad. Di antara keistimewaan yang dimiliki bahasa Arab adalah bahwa pada sebagian fi il (verba/kata kerja) memiliki makna yang banyak, meskipun lafazhnya satu. Hal tersebut disebabkan oleh adanya charf yang terdapat sebelumnya, seperti: Lam yadzhab Lan yadzhaba Liyadzhaba dia belum/tidak pergi dia tidak akan pergi untuk/agar dia pergi Ataupun juga disebabkan oleh charf yang terdapat setelahnya, seperti: Raghiba fî Raghiba an Bachatsa fî Bachatsa an menyukai membenci membahas mencari

2 Dari contoh-contoh tersebut kita mendapati bahwa charf lam, lan, lî, an, dan fî terhubung dengan fi il (verba). Dalam bahasa Arab kata terbagi kepada tiga macam: isim (nomina/kata benda), fi il (verba/kata kerja), dan charf (partikel). Isim adalah kata yang memberi nama pada manusia atau yang lainnya, seperti: Sa îd (nama orang), bait (rumah), dan chadîqah (taman). Fi il adalah kata yang menunjukkan kepada suatu perbuatan yang terjadi di waktu yang telah lewat, di waktu sekarang, ataupun di waktu yang akan datang, seperti: kharaja (keluar), dzahaba (pergi), dan yata allamu (sedang belajar). Sedangkan charf adalah kata yang menjadi jelas maknanya setelah disambungkan dengan kata selainnya, contoh: ilâ (ke), min (dari), dan fî (di/di dalam) (Marghani, 2011: 26). Kita tidak dapat mengetahui secara pasti jumlah keseluruhan dari isim dan fi il, sedangkan charf berjumlah 202 dan semuanya mabni (tidak dapat berubah harakat akhirnya), seperti: an (tentang), alâ (di atas), fî (di/di dalam), bâˋ (dengan), lâm (untuk), min (dari), dan ilâ (ke). Churûf tersebut dinamakan dengan churûf jarr. Semua charf bermakna seperti disebut di atas apabila terletak sebelum isim, namun apabila charf tersebut terletak setelah fi il maka akan mengubah makna fi il tersebut. Dalam bahasa Arab isim dapat berubah-ubah bentuknya menjadi beberapa bentuk (1) bentuk mutsannâ (bentuk dual), (2) bentuk jamak, (3) dapat ditambahkan penanda muˋannats (feminim), (4) dapat ditambahkan yâˋ nisbah untuk membentuk adjektif, (5) dapat berubah i râb-nya (kasusnya) dari rafa (nominatif) menjadi bentuk manshûb (akusatif) dan majrûr (genitif).

3 Fi il dalam bahasa Arab berbeda pembentukannya dengan isim. Perubahan fi il dapat dilakukan dengan cara penambahan huruf, dengan penambahan charf, ataupun dengan ibdâl (metatesis/perubahan letak huruf). Perubahan bentuk fi il dengan penambahan huruf telah dilakukan dengan cara dan kaidah yang paten. Contohnya adalah kata karuma (menjadi terhormat) dari wazan fa ula, yaitu fi il lâzim (verba intransitif). Jika ingin dibuat menjadi fi il muta addi (verba transitif), maka kita tambahkan huruf raˋ menjadi dobel (syaddah) yaitu karrama, maka artinya berubah menjadi mengormati. Begitu juga kita dapat mengubahnya dengan menambahkan huruf alif di awalnya yaitu menjadi akrama yang artinya juga menghormati (Hadi, 2009: 1). Fi il yang metatesis ribuan jumlahnya dan akan menjadi objek telaah yang sangat penting dalam hal perubahan fi il dari sisi bentuk maupun maknanya. Perubahan ini maksudnya adalah mengubah letak huruf pada sebuah kata kerja, misalnya kata rasyada (râˋ-syîn-dâl) diubah menjadi syarada (syîn-râˋ-dâl) yang artinya berubah dari memberi petunjuk menjadi menyesatkan. Artinya setelah mengalami metatesis ia mengalami perubahan, terkadang ada yang menjadi sinonimnya dan terkadang pula menjadi antonimnya. Adapun perubahan fi il dengan penambahan charf telah ada yang menyusunnya, namun belum sempurna dan masih perlu dikoreksi. Penambahan charf yang paling utama adalah penambahan dengan charf jarr ( an, alâ, fî, bâˋ, lâm, min, ilâ). Penambahan huruf pada fi il akan mempengaruhi maknanya, dimana fi il mujarrad (hanya berhuruf asli) dapat berubah maknanya jika diubah menjadi fi il mazîd (dengan penambahan huruf) baik dengan satu huruf, dua huruf, maupun tiga

4 huruf. Ketika maknanya menjadi bermacam-macam, maka semakin banyak pula fi il yang ada, bahkan jumlahnya mencapai ±3000 fi il (Hadi, 2009: 2). Permasalahannya bukan hanya terletak pada sisi perubahan maknanya saja, akan tetapi juga pada sisi fi il itu sendiri dan huruf-huruf tambahannya. Dari sisi fi il-nya, kita melihat bahwa fi il terkadang terdiri dari tiga huruf asli (mujarrad) dan terkadang mendapatkan penambahan huruf (mazîd). Dari sisi penambahan hurufnya menjadi bermacam-macam pula, terkadang penambahan dengan satu huruf, dengan dua huruf, ataupun dengan tiga huruf. Perubahan makna fi il bisa juga terjadi karena adanya charf jarr yang tersambung setelahnya (Hadi, 2009: 2). Keberagaman ini tentunya berpengaruh pada banyaknya jumlah makna fi il yang berbeda-beda dan menjadi luas. Fi il juga dapat berubah dari sisi maknanya, baik disebabkan oleh charf yang terletak sebelumnya (pre-posisi) maupun charf yang terletak setelahnya (post-posisi) atau yang disebut dengan charf jarr. Dengan adanya charf tersebut, baik sebelum maupun setelahnya, maka makna fi il dapat berubah, bahkan bisa saja malknanya menjadi banyak dan terbentuk makna-makna baru baginya. Di Indonesia, penggunaan charf terkadang digunakan secara tidak tepat, terutama charf yang terletak setelah fi il yaitu charf jarr, seperti kita mengatakan ibta id minnî (menjauhlah dariku) dan washaltu fî Yogyakarta (saya telah sampai di Yogyakarta). Padahal yang benar adalah ibta id annî dengan menggunakan charf an dan washaltu ilâ Yogyakarta dengan menggunakan charf ilâ. Oleh karenanya, maka dibutuhkan pembahasan dan penelitian yang mendalam tentang charf yang tersambung dengan fi il, supaya kita dapat mengetahui maknamakna baru pada fi il tersebut dan dapat menggunakannya secara tepat dan benar.

5 1.2 Batasan Penelitian Dari latar belakang penelitian yang telah penulis paparkan, maka diperlukan batasan-batasan judul dan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bersambungnya fi il dengan charf 2. Charf jarr yang terletak setelah fi il 3. Charf jarr, pembagian dan maknanya 4. Pembahasan khusus tentang studi semantik yang berkaitan dengan fi il yang tersambung dengan charf jarr. 1.3 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah mencakup pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1. Apakah fi il dapat tersambung dengan charf? 2. Apakah charf memiliki pengaruh terhadap fi il? 3. Apa pengaruh yang diberikan charf terhadap fi il? 4. Pola apa sajakah yang digunakan untuk menjelaskan bersambungnya fi il dengan charf jarr? 5. Apa makna baru pada fi il akibat pengaruh dari adanya charf jarr setelahnya? 1.4 Tujuan Penelitian Dalam setiap penelitian apa pun, seorang peneliti pasti memiliki tujuantujuan tertentu yang ingin dicapainya melalui penelitiannya tersebut. Maka pada penelitian ini pun penulis tentunya memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

6 1. Mengetahui charf yang dapat tersambung dengan fi il 2. Mengetahui pentingnya charf jarr dalam sebuah kalimat Arab dan pengaruhnya terhadap fi il yang terletak sebelumnya 3. Mengklasifikasikan makna-makna charf jarr 4. Menemukan pola-pola yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara fi il dan charf 5. Mengetahui pengaruh dari charf jarr pada fi il dari sisi perubahan maknanya 6. Mengetahui makna-makna fi il yang tersambung dengan charf jarr berdasarkan pola yang digunakan. 1.5 Manfaat Penelitian Setiap penelitian pasti memiliki manfaat-manfaat yang diberikan oleh peneliti untuk orang lain, dengan harapan para pembaca dapat mengambil manfaatnya dalam mengembangkan pengetahuan mereka atau menerapkan pengetahuan-pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat penelitian dari tesis ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Menambah referensi dalam bidang ilmu semantik, terutama dalam studi makna charf jarr dan makna fi il yang terbentuk dengan keberadaan charf jarr setelah. 2. Memperkaya wawasan keilmuan bagi masyarakat yang concern terhadap bidang linguistik, terutama linguistik Arab.

7 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Memahamkan kepada pembaca tentang makna-makna baru pada fi il yang dihasilkan dari ketersambungannya dengan charf jarr yang terletak setelahnya 2. Penelitian ini memberi manfaat bagi para penutur maupun penulis bahasa Arab dalam hal penggunaan charf jarr yang tepat karena terkait erat dengan makna yang terkandung dalam fi il yang tersambung sebelumnya. Jika terjadi kesalahan dalam penggunaan charf jarr maka makna fi il tersebut bisa jadi tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh penutur. 1.6 Tinjauan Pustaka Terkait dengan makna fi il yang tersambung dengan charf jarr, Syamsul Hadi dan Sayyid Abid (2009) telah menyusun sebuah kamus khusus tentang fi il dengan tema Al-Af âlul-muttashilah Bicharfin (fi il yang tersambung dengan charf jarr). Dalam laporan penelitiannya, beliau menuliskan kelompok fi il yang tersambung dengan charf jarr dengan disertai makna-maknanya. Kita memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas karya beliau tersebut, namun dalam kamus tersebut beliau hanya memaparkan makna fi il secara umum dan belum diklasifikasikan secara semantik. Oleh karenanya pada tesis ini penulis bermaksud untuk mengembangkannya dengan menelaahnya secara semantik, yaitu dengan cara mengklasifikasikan fi il-fi il tersebut berdasarkan sisi semantik dan pembentukan makna barunya.

8 1.7 Landasan Teori Fokus pada tesis ini adalah pembahasan seputar charf jarr yang tersambung dengan fi il dan pengaruhnya pada pembentukan makna baru bagi fi il. Ketika berbicara tentang macam-macam bentuk kata, kasusnya, dan maknanya, maka dibutuhkan studi analisis sintaksis, morfologi, dan semantik. Dari sisi kasusnya (i râb) atau perubahan akhir kata menjadi marfû (nominatif), manshûb (akusatif), majrûr (genitif), dan majzûm, maka kata mengalami perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor pengubah yang masuk padanya ( âmil), demikian pula dengan fi il. Perubahan-perubahan ini dipelajari dengan pendekatan ilmu sintaksis. Ilmu sintaksis (nachwu) adalah ilmu untuk mengetahui keadaan-keadaan kata dalam bahasa Arab, baik secara ifrâd (hanya berupa satu kata) maupun secara penyusunan (Syarînah, 2003: 14). Sedangkan dari sisi perubahan bentuk kata, yaitu dengan menghapus salah satu hurufnya atau dengan menambahkan huruf melalui metatesis (ibdâl), maka ini merupakan pembahasan pada ilmu morfologi. Ilmu morfologi (sharf) didefinisikan sebagai ilmu untuk mengetahui keadaan-keadaan kata dari sisi shiẖẖah-nya (selamat dari huruf illah), i lâl, qalb, ibdâl (metatesis), huruf aslinya, penghapusan huruf, penggabungan dua huruf dan lain-lainnya yang bukan merupakan mu rab (dapat berubah) dan mabni (tidak dapat berubah) (Syarînah, 2003: 14). Al-Ghalâyaini (2011: 1/8) mendefiniskannya sebagai ilmu dengan dasardasar untuk mengetahui macam-macam bentuk kata dalam bahasa Arab dan keadaan-keadaannya, yang bukan merupakan mu rab maupun mabni.

9 Sedangkan menurut Ahnan (1999: 7), ilmu morfologi secara bahasa berarti berubah atau mengubah dari bentuk asal menjadi bentuk lainnya, seperti mengubah bentuk bangunan rumah klasik menjadi bangunan rumah modern. Dalam ilmu sintaksis dan morfologi menjadi jelas bahwa yang dibahas pada keduanya adalah kata. Kata adalah lafazh yang menunjukkan kepada makna mufrad (satu). Kata terdiri atas tiga jenis, yaitu isim, fi il, dan charf (Al-Ghalâyaini, 2011: 1/8). Sedangkan dari sisi maknanya, kata dalam bahasa Arab memiliki makna yang berbeda-beda satu sama lainnya. Begitu pula halnya dengan fi il, memiliki makna yang banyak dan berbeda-beda. Walaupun hanya merupakan satu fi il tetapi maknanya dapat berubah-ubah jika ditambahkan beberapa huruf padanya, atau juga dengan cara menggabungkan dua huruf yang sama (idghâm) maupun metatesis. Tidak sampai di situ saja, satu fi il pun dapat berubah-ubah maknanya jika ditambahkan charf tertentu setelahnya. Analisis seperti ini masuk dalam kategori ilmu ma âni atau yang disebut dengan ilmu semantik. Ilmu semantik juga merupakan salah satu dari cabang ilmu linguistik Arab. Sebagian para linguis mendefinisikan ilmu semantik sebagai studi telaah makna, atau ilmu yang mempelajari makna. Ilmu semantik merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik yang memfokuskan pada teori-teori tentang makna, atau bisa juga disebut sebagai salah satu cabang yang mempelajari syarat-syarat yang harus terpenuhi pada simbol/tanda sehingga dapat memiliki makna (Umar, 2009: 11). Pada definisi yang terakhir menitik-beratkan pembahasan ilmu semantik pada peran simbol dan tanda. Tanda atau simbol ini bisa saja berupa rambu atau

10 petunjuk yang terdapat di jalan-jalan, atau bisa juga berupa isyarat tangan atau mimik muka, dan bisa juga berupa kata ataupun kalimat. Dengan kata lain, tanda atau simbol yang bukan bahasa sekalipun bisa jadi memiliki makna, sebagaimana tanda atau simbol bahasa. Contoh dari tanda yang memiliki makna tersebut adalah wajah kemerah-merahan menunjukkan rasa malu, bertepuk tangan sebagai tanda menganggap baik, tanda-tanda dalam penulisan, gambar siluet seorang wanita yang memegang timbangan sebagai simbol keadilan, meletakkan garpu dan pisau yang disilangkan di kereta menunjukkan adanya restoran di dalamnya, dan lain sebagainya. Para linguis modern berbeda pendapat dalam hal definisi wachdah dilâliyyah (semantic unit) dan istilah ilmiah yang dipakai padanya. Sebagian menyebutnya dengan istilah semantic unit, sebagian lainnya menyebutnya dengan sememe, yaitu istilah yang pertama kali diperkenalkan dalam ilmu linguistik tahun 1908 oleh Adolf Noreen dan juga Bloomfield tahun 1926 (Umar, 2009: 21). Pandangan-pandangan para linguis tentang unit semantik berbeda-beda, ada yang mengatakan sebagai unit terkecil pada makna, ada yang mengatakan sebagai penggabungan dari pandangan-pandangan sekilas yang spesifik, dan ada yang mengatakan sebagai pengembangan dari perkataan yang berlawanan dan kontradiktif secara makna (Umar, 2009: 21). 1.8 Metode Penelitian Setiap penelitian biasanya berpedoman pada metode-metode tertentu agar dapat memperoleh bahan masukan yang terdapat dalam permasalahan yang dibahas. Karena didalam penelitian yang baik seharusnya menggunakan metode penelitian yang sesuai kemana arah yang akan dimaksud. Adapun yang perlu

11 diperhatikan dalam penelitian ini adalah, adakah atau tidak bahan yang akan digarap, yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas? Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikannya, menganalisis dan menginterpretasikannya. Bahan-bahan masukan atau data diambil dari kitab-kitab yang berkaitan dengan bahasa Arab, terutama kitab-kitab nachwu dan semantik Arab. Setelah datadata dikumpulkan dan diseleksi, baru kemudian dianalisis. Hasil dari analisis tersebut kemudian akan dituangkan dalam bentuk karya tulis. Bahan-bahan yang dijadikan acuan dalam penulisan tesis ini di antaranya diambil dari beberapa kitab berikut: 1. An-Nachwul Wâfî karya Abbas Hasan 2. Jâmi ud-durûsil- Arabiyyah karya Musthafa Al-Ghalâyaini 3. Syarhu Ibnu Aqîl alâ Alfiyyati Ibnu Mâlik karya Ibn Aqîl 4. Al-Wâdhiẖ fî ilmish-sharfi karya Nûri Ali Syarînah 5. Ilmud-Dilâlah karya Achmad Mukhtar Umar 6. Kamus Al-Af âlul-muttashilah Bicharfin karya Syamsul Hadi dan Sayyid Abid 7. Buku-buku dan kamus-kamus lainnya 1.9 Sistematika Penyajian Penulisan hasil penelitian ini dibagi menjadi empat bab yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan kesempurnaan dalam merepresentasikan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Setiap bab dalam penelitian ini dikembangkan ke dalam beberapa sub-bab yang disesuaikan dengan luasnya tema

12 pada setiap pokok bahasan. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab kedua tentang bersambungnya fi il dengan charf jarr. Dalam bab ini membahas tentang jumlah (kalimat) dalam bahasa Arab dan penyusunannya, charf dan pembagiannya, dan tersambungnya fi il dengan charf. Bab ketiga tentang charf jarr dan makna-maknanya. Dalam bab ini membahas tentang penamaan dan fungsi charf jarr, kemudian menjelaskan maknamaknanya, dan mengklasifikasikan makna yang sama pada beberapa charf jar. Bab keempat tentang al- af âl ma al-charf dan makna barunya. Bab ini membahas tentang tanâwub churûf, tarâduf, tadhâd, ta diyah, dan penggunaan lebih dari dua charf, yang meliputi pengertian-pengertiannya, pandangan para nuchât tentangnya, dan makna-makna fi il yang tersambung dengan charf jarr. Bab kelima sebagai penutup yang mengemukakan kesimpulan dari penelitian ini serta tindaklanjut untuk penelitian selanjutnya dalam bentuk saran.