BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 37 TAHUN 2013

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan nasional yang selama ini diarahkan untuk. manfaat yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Bahkan belum efektif

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

PENDAHULUAN Latar Belakang

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. besar pada sektor infrastruktur. Bagi sebagian pengambil kebijakan, kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kompilasi Data Indikator Statistik Lintas Sektor Kajian Indika Sustainable Development Goals (SDGs), 2014

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

1 BAB I PENDAHULUAN. menghadapi krisis global seperti tahun lalu, ketika penerimaan ekspor turun tajam.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM PEMBANGUNAN YANG BERKEADILAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1 [HDI] Human Development Report Human Development Index (HDI). [Internet]. [dinduh. 4 Ibid.

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta penegasan istilah. Bab ini ini akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

PERANAN PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN. Ir. Suyatno, MKes

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

MAKALAH KONSEP SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

TEKNIK ANALISIS GENDER. Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL. Oleh : Drs. Andang Muryanta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengkait antara satu faktor dengan faktor lainnya. pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan. Sejak tahun 1960-an

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara di dunia yang tercakup dalam Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB. Salah satu program pembangunan yang disepakati oleh 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium Development Goals (MDG s) atau Tujuan Pertumbuhan Milenium sebagai tujuan pertumbuhan global United Nation Development Program (UNDP, 2004). Tujuan utama MDG s berpijak pada perhatian bagi pemenuhan hak-hak dasar manusia dan diupayakan untuk lebih mengakomodasi nilai-nilai lokal sesuai dengan karakteristik masing-masing negara, sehingga lebih mudah untuk diaplikasi. Dalam konteks inilah negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi MDG s sebagai acuan dalam kebijakan pertumbuhan nasional. Disamping tujuan utama, MDG s mempunyai tujuan : 1) Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, 2) Menuntaskan pendidikan dasar, 3) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4) Mengurangi kematian anak, 5) Meningkatkan kualitas kesehatan ibu melahirkan, 6) Mengatasi HIV/AIDS, malaria dan berbagai penyakit lainnya, 7) Menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan 8) Membentuk kemitraan global dalam pelaksanaan pertumbuhan. Sekalipun PBB merupakan lembaga yang aktif terlibat dalam promosi global

untuk merealisasikannya, tetapi MDG bukan tujuan PBB. MDG adalah tujuan dan tanggung jawab dari semua negara yang berpartisipasi dalam KTT Milenium, baik pada rakyatnya maupun secara bersama antar pemerintahan. Dari ke-8 (delapan) tujuan tersebut yang masih menjadi kendala dalam pelaksanaannya di Indonesia adalah pada tujuan ke-3 (tiga) yaitu mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. (Kementrian Pemberdayaaan Perempuan, 2000). Upaya dan program dalam mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia tercantum dalam GBHN 1999 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pertumbuhan Nasional (PROPENAS 2000-2004), yang dipertegas melalui Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pertumbuhan Nasional. Implementasi dari program tersebut kembali dituangkan dalam kebijakan nasional dan ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pertumbuhan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Dalam melaksanakan PUG sebagai salah satu strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender, seluruh departemen maupun lembaga pemerintah non departemen, pemerintah provinsi maupun di kabupaten/ kota, melakukan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan mempertimbangkan permasalahan kebutuhan serta aspirasi perempuan dalam pertumbuhan. Dalam pelaksanaannya, pembangunan yang berbasis kesetaraan gender dimana peran masyarakat baik laki-laki dan perempuan sangat penting dalam keberhasilan pembangunan, sebagai pelaku dan pemanfaat hasil pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya laki-laki, kaum perempuan harus dilihat sebagai subyek,

agen perubahan, pendorong, yang merupakan potensi dan aset yang sangat berharga di dalam mengisi pertumbuhan Pemberdayaan perempuan dan kesetaraan dan keadilan gender merupakan kunci dan alat dalam mencapai berbagai program pertumbuhan yang ada. (Hatta, 2007) World Bank (2000) dalam Todaro (2003) menyebutkan meski berbagai instrumen hukum dan kebijakan yang menjamin kesetaraan dan keadilan bagi perempuan dan laki-laki sudah dimiliki, namun pada kenyataannya diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan di semua bidang masih tetap berlangsung. Diskriminasi itu terjadi di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, seperti bidang ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan dan berbagai sektor publik serta lingkup keluarga. Hal yang paling merugikan dari ketidaksetaraan gender adalah menurunnya kualitas kehidupan. Dengan menahan akumulasi sumber daya manusia di rumah dan di pasar tenaga kerja, serta dengan sistematis mengecualikan perempuan atau laki-laki dari akses ke sumber daya, jasa publik, atau aktifitas produktif, maka diskriminasi gender mengurangi kapasitas suatu perekonomian untuk tumbuh serta mengurangi kapasitas untuk meningkatkan standar kehidupan. Salah satu indikator keberhasilan suatu pembangunan wilayah selalu diukur dengan perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat wilayah atau sering disebut dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mencerminkan bahwa pembangunan di wilayah atau negara tersebut mengalami perkembangan positif dan sebaliknya. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut tidak mencerminkan peran serta antara penduduk laki-laki

dan penduduk perempuan memiliki porsi yang sama dalam pembangunan, bahkan cenderung peran serta penduduk perempuan masih sangat rendah dibandingkan dengan peran serta laki-laki dalam pencapaian tersebut. Berdasarkan data BPS, laju pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara dan beberapa indikator penunjang di sektor pendidikan (ditunjukkan dengan angka penduduk yang memiliki ijajah SMA ketas), sektor kesehatan (ditunjukkan dengan angka harapan hidup) dan sektor ketenagakerjaan (ditunjukkan dengan angka partisipasi angkatan kerja) dalam Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi, Penduduk Yg Berpendidikan SMA Keatas dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) serta Harapan Hidup Sumatera Utara Tahun 2004 2013 Tahun Pertumbuhan Ekonomi (EG) Penduduk Berpendidikan SMA Keatas (PSMA) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (AK) Harapan Hidup (HH) Lk Pr Lk Pr Lk Pr (Persen) (Persen) (Persen) (Tahun) 2004 5,74 34,67 25,70 84,74 15,26 66,30 70,20 2005 5,48 34,56 25,56 85,18 14,82 66,80 70,80 2006 6,20 36,22 29,24 82,13 17,87 67,00 70,90 2007 6,90 36,83 29,95 82,28 17,72 67,20 71,10 2008 6,39 36,74 29,82 82,05 17,95 67,10 71,00 2009 5,07 35,69 29,63 83,36 16,64 67,44 71,36 2010 6,35 37,22 31,90 59,68 40,32 67,25 71,15 2011 6,70 37,26 33,91 59,01 40,99 67,39 71,31 2012 6,22 37,24 33,71 62,51 37,49 67,69 71,62 2013 6,01 37,02 33,51 58,26 41,74 67,78 71,71 Sumber : BPS, Tahun 2014

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa perekonomian di Sumatera Utara yang dilihat dari pertumbuhan ekonomi, dari tahun 2004 hingga tahun 2013 bergerak ke arah positif yang berarti menunjukkan perkembangan yang terus meningkat, meskipun di tahun 2005 dan tahun 2009 serta tahun 2013 menunjukkan penurunan, namun secara rata-rata pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara menunjukkan arah perkembangan yang positif. Di sisi lain pada sektor pendidikan yang diproxi dari angka penduduk usia 10 tahun keatas yang berpendidikan SMA keatas yang dirinci berdasarkan jenis kelamin, di tahun 2004 menunjukkan angka penduduk yang berpendidikan SMA keatas untuk laki-laki sebesar 34,67 persen sedangkan untuk perempuan sebesar 25,70 persen. Hingga akhir tahun 2013 angka penduduk yang berpendidikan SMA keatas laki-laki sebesar 37,02 persen dan perempuan sebesar 33,51 persen. Secara agregat angka penduduk yang berpendidikan SMA keatas yang dirinci berdasarkan jenis kelamin tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, namun demikian angka penduduk yang berpendidikan SMA keatas yang tertinggi masih didominasi oleh laki-laki. Sektor tenaga kerja yang ditunjukkan berdasarkan angka partisipasi angkatan kerja antara laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan, dimana di tahun 2004 angka partisipasi angkatan kerja laki-laki sebesar 84,74 persen sedangkan perempuan sebesar 15,26 persen, hingga tahun 2013 angka partisipasi angkatan kerja laki-laki sebesar 58,26 persen dan perempuan sebesar 41,74 persen. Secara agregat partisipasi angkatan kerja masih didominasi oleh laki-laki secara signifikan.

Sektor kesehatan yang ditunjukkan oleh angka harapan hidup antara lakilaki dan perempuan di tahun 2004 sebesar 66,30 persen laki-laki dan sebesar 70,20 persen perempuan. Sedangkan di tahun 2013 sebesar 67,78 persen laki-laki dan 71,71 persen perempuan. Secara agregat angka harapan hidup perempuan masih lebih tinggi dibanding dengan angka harapan hidup laki-laki. Dari uraian diatas secara umum jika dianalisis pengaruh sektor-sektor dalam pembangunan yang ditunjukkan dari sektor pendidikan, sektor tenaga kerja dan sektor kesehatan yang berbasis gender terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara akan dikaji dan dianalisis dalam penelitian ini. Dimana jika dilihat secara kuantitatif berdasarkan data-data yang ada terlihat bahwa sektor pendidikan didominasi oleh laki-laki, sektor tenaga kerja didominasi oleh laki-laki dan sektor kesehatan didominasi oleh perempuan, sedangkan ketiga sektor tersebut merupakan penyumbang terbesar dalam perekonomian di Sumtera Utara. Atas dasar pemikiran tersebut, penulis merasa terdorong untuk mendalami dan meneliti masalah Analisis Determinant Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Gender di Sumatera Utara 1.2. Rumusan Masalah Pertumbuhan ekonomi berperspektif gender memiliki cakupan yang luas, untuk keperluan penelitian ini, fokus masalah adalah : Bagaimana pengaruh sektor pendidikan, ketenagakerjaan dan kesehatan yang berbasis gender terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sektor pendidikan, ketenagakerjaan dan kesehatan yang berbasis gender terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan yang meliputi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebijakan. 1. Pada aspek pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat berperan dalam menambah khasanah empiris dari teori-teori ekonomi. 2. Pada aspek kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan bagi perencana dan perencanaan pertumbuhan, sehingga tujuan pertumbuhan yakni kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.