BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis terhadap rasio-rasio keuangan yang berbasis pada laporan keuangan perusahaan (Canicio, 2014). Selain itu, untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan perlu dilibatkan dan analisis dampak keuangan kumulatif keputusan ekonomi dan mempertimbangkan menggunakan ukuran komparatif (Porawouw, 2014). Bagi Lembaga Perkreditan Desa (LPD), penilaian kinerja keuangan sangat penting dilakukan untuk menilai keberhasilan pengelolaan keuangan LPD (Rusmala, 2014). Penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan LPD. Pada umumnya laporan keuangan yang disusun oleh suatu LPD meliputi : neraca dan laporan laba rugi. Menurut Wiagustini (2010: 37), neraca adalah suatu ikhtisar yang menggambarkan posisi harta, utang dan modal LPD pada saat terrentu. Laporan laba rugi merupakan ikhtisar yang memuat rincian pendapatan dan biaya dalam rangka perhitungan laba atau rugi untuk suatu periode tertentu. Untuk dapat menggambarkan secara jelas sifat dan perkembangan yang dialami LPD dari waktu ke waktu, setiap LPD 13
menyusun laporan keuangan komparatif setiap tahunnya. Laporan komparatif ini disusun setidaknya untuk dua tahun terakhir. Apabila neraca dapat disusun secara sistematis, maka akan memberikan gambaran mengenai posisi keuangan LPD pada saat tertentu. Menurut Wiagustini (2010: 38), pos-pos neraca dapat dibagi ke dalam tiga (3) bagian, yang terdiri dari : 1. Pos-pos aktiva. 2. Pos-pos utang/kewajiban. 3. Modal. Aktiva neraca menunjukkan alokasi penggunaan dana oleh LPD, sedangkan pasiva pada neraca menunjukkan sumber-sumber dananya. Berdasarkan hal tersebut, maka dari neraca akan diketahui posisi keuangan LPD pada saat tertentu. Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan LPD yang menggambarkan hasil usaha dala suatu periode tertentu. Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 13 Tahun 2013, komponen-komponen laba rugi terdiri dari : 1. Pendapatan Pendapatan adalah aliran penerimaan kas atau harta lain yang diterima dari konsumen sebagai hasil penyajian barang atau pemberian jasa. 2. Biaya Biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan. 14
3. Laba Rugi biaya. Laba rugi adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dengan 2.1.2 Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan LPD Tingkat kesehatan LPD pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif atas 5 (lima) faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan LPD sebagai lembaga keuangan, yaitu permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas. Faktor tersebut memiliki beberapa komponen yang diberikan bobot penentu kesehatan LPD sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 2.1 Formula Penilaian Tingkat Kesehatan LPD No. Faktor Komponen Bobot 1. Permodalan Kecukupan Modal (CAR) 25% 2. Aktiva Produktf 1. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) 25% 2. Cadangan Pinjaman Ragu-Ragu 10% (CPRR) 3. Manajemen Terdiri dari 25 pertanyaan manajemen, masing-masing pertanyaan diberi nilai antara 0 s/d 4. 10% 4. Earning/Rentabilitas 1. ROA 10% 2. BOPO 10% 5. Likuiditas 1. Alat Likuid (LACLR) 5% 2. LDR 5% Total 100% Sumber : Peraturan Gubernur Bali No. 11 Tahun 2013 Disamping kelima faktor di atas, pelampauan terhadap batas minimum pemberian kredit (BMPK) juga diperhitungkan sebagai faktor pengurang terhadap total hasil nilai kesehatan LPD. 15
Adapun tahapan penilaian kesehatan LPD sebagai berikut. (1) Memeriksa kebenaran data laporan keuangan dan informasi manajemen LPD. (2) Menghitung rasio masing-masing faktor atau komponen yang dinilai. (3) Menghitung nilai kredit masing-masing faktor atau komponen berdasarkan kriteria atau indikator penilaian. (4) Menghitung nilai kontribusi masing-masing faktor atau komponen berdasarkan bobot penentu kesehatan. (5) Menghitung nilai kesehatan dengan menjumlahkan nilai kontribusi semua faktor atau komponen penentu kesehatan LPD. Besarnya nilai kesehatan digunakan sebagai penentu kriteria kesehatan LPD. Kriteria kesehatan LPD ditetapkan dengan nilai sebagai berikut. Tabel 2.2 Kriteria Kesehatan LPD Nilai Kredit Kriteria 81-100 Sehat 66 - <81 Cukup Sehat 51 - <66 Kurang Sehat 0 - <51 Tidak Sehat Sumber : Peraturan Gubernur Bali No. 11 Tahun 2013 1. Faktor Permodalan Penilaian terhadap permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal LPD (CAR) yaitu prosentase perbandingan antara modal LPD terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Menurut Mishra dan Aspal (2013), rasio kecukupan modal merupakan salah satu indikator penting dalam penilaian kesehatan LPD. Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) ini mencerminkan kemampuan LPD membayar hutang-hutangnya dengan aktiva yang dimilikinya 16
(Suripto, 2013). Semakin tinggi rasio kecukupan modal (CAR), semakin kuat LPD tersebut guna menutupi kemungkinan kegagalan dalam pemberian kredit kepada nasabahnya. Namun, jika rasio CAR LPD yang sangat tinggi menunjukkan bahwa LPD tersebut konservatif dan belum memanfaatkan potensi penuh dari modal yang dimilikinya (Nazir, 2010). terdiri dari: Ketentuan permodalan LPD berdasarkan Pergub Bali No. 11 Tahun 2013 a. Modal inti yang meliputi : modal disetor, modal donasi, modal cadangan, laba tahun lalu yang belum dibagi, laba tahun berjalan, laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan. b. Modal pelengkap, meliputi: cadangan penyusutan aktiva tetap dan inventaris, CPRR, dan modal titipan Desa Adat/Pekraman. ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) terdiri dari aktiva neraca LPD yang diberikan bobot sesuai dengan kadar risiko yang melekat pada setiap pos aktiva, adapun komponen ATMR untuk LPD terlihat pada Tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3 Formula Perhitungan ATMR untuk LPD No. Jenis Bobot 1 Kas 0% 2 a. Antar Bank Aktiva 20% b. Antar Bank Aktiva Macet 100% 3 Pinjaman yang diberikan 100% 4 Aktiva Tetap & Inventaris 100% 5 Aktiva Lain/Rupa-rupa Aktiva 100% Sumber : Peraturan Gubernur Bali No. 11 Tahun 2013 Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 11 Tahun 2013, rasio permodalan LPD dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 17
Modal LPD CAR = Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) x 100% (1) Sedangkan perhitungan untuk nilai kredit faktor kecukupan modal diatur sebagai berikut : a. Hasil rasio kecukupan modal 12%, diberi nilai 81. b. Hasil rasio 0% atau negatif diberi nilai 0. c. Setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan kecukupan modal 12% nilai ditambah 1 hingga maksimum 100. d. Setiap penurunan 0,1% dari pemenuhan kecukupan modal 12% nilai dikurangi 1 hingga minimum 0. Berdasarkan uraian tersebut, maka nilai kredit faktor kecukupan modal dapat dirumuskan sebagai berikut. Rasio CAR - 12 Nilai CAR = 81 + 0,1 (2) Menurut ketentuan tersebut diatas, maka setiap LPD harus memenuhi kecukupan modal (CAR) minimum 12% (dua belas persen). 2. Faktor Aktiva Produktif Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 11 Tahun 2013, penilaian terhadap aktiva produktif LPD terdiri dari 2 komponen yang dinilai yaitu rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan rasio Cadangan Pinjaman Ragu-Ragu (CPRR). 1) Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Pada LPD, rasio kualitas aktiva produktif (KAP) ini digunakan untuk mengetahui kemampuan LPD dalam menggunakan Aktiva Produktifnya yaitu 18
semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya (Rusmala, 2014). Rasio ini adalah prosentase perbandingan aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap total aktiva produktif, yang dimaksudkan dengan aktiva produktif menurut Pergub Bali No. 11 Tahun 2013 yaitu penanaman dana LPD dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya, yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Aktiva yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menyebabkan kerugian bagi LPD. Kualitas pinjaman yang diberikan LPD terdiri dari lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Untuk menghitung rasio ini dapat digunakan rumus sebagai berikut. Rasio KAP = Aktiva Produktif Yang Diklasifikasi Aktiva Produktif x 100% (3) Nilai kredit faktor atau komponen kualitas aktiva produktif (KAP) adalah. a. Hasil rasio 20% atau lebih diberi nilai nol (0). b. Setiap penurunan 0,15% mulai dari 20% diberi point 1 dengan maksimum 100. Berdasarkan uraian tersebut, maka nilai kredit faktor atau komponen kualitas aktiva produktif (KAP) dapat dirumuskan sebagai berikut. 20 - Rasio KAP Nilai KAP = 0,15 (4) 2) Rasio Cadangan Pinjaman Ragu-Ragu (CPRR) Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 11 Tahun 2013, disebutkan bahwa setiap LPD diwajibkan untuk membentuk Cadangan Pinjaman Ragu-Ragu 19
(CPRR). CPRR tersebut digunakan untuk menanggulangi pinjaman yang diberikan bermasalah. Rasio CPRR merupakan prosentase perbandingan antara CPRR yang dibentuk terhadap CPRR yang wajib dibentuk. CPRR yang dibentuk tersebut diambil dari komponen biaya tahun berjalan, sedangkan CPRR yang wajib dibentuk didasarkan kepada kualitas pinjaman yang diberikan yang besarnya ditetapkan sebagai berikut. a. 0,5% (setengah persen) dari pinjaman yang diberikan yang memiliki kualitas lancar. b. 10% (sepuluh persen) dari pinjaman yang diberikan dengan kualitas kurang lancar. c. 50% (lima puluh persen) dari pinjaman yang diberikan dengan kualitas diragukan. d. 100% (seratus persen) dari pinjaman yang diberikan dengan kualitas macet. Berdasarkan uraian tersebut, rasio cadangan pinjaman ragu-ragu (CPRR) LPD dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: CPRR = CPRR yang dibentuk CPRR yang wajib dibentuk x 100% (5) Nilai kredit faktor atau komponen penyediaan cadangan pinjaman ragu-ragu (CPRR) adalah sebagai berikut : a. Rasio 0 diberi nilai 0. b. Setiap kenaikan 1% dari 0 diberi nilai 1, dengan nilai maksimun 100. Sehingga, nilai kredit faktor atau komponen penyediaan cadangan pinjaman ragu-ragu (CPRR) dapat dirumuskan sebagai berikut : Nilai CPRR = Rasio CPRR x 1 (6) 20
3. Faktor Manajemen Penilaian manajemen LPD berdasarkan atas pertanyaan atau pernyataan yang terkait dengan manajemen umum dan manajemen risiko. Penilaian manajemen umum difokuskan pada komponen antara lain : a. strategi/sasaran, b. struktur organisasi, c. sistem, dan d. kepemimpinan Penilaian manajemen risiko difokuskan pada komponen antara lain : a. risiko likuiditas, b. risiko kredit, c. risiko operasional, d. risiko hukum, dan e. risiko pemilik Penilaian terhadap manajemen terdiri dari 25 pertanyaan, dimana masingmasing pertanyaan diberi nilai antara 0 sampai dengan 4 dengan kriteria yaitu (0) tidak sama sekali/tidak mau dipenuhi; (1) belum ada tetapi sudah ada rencana untuk memenuhi; (2) sudah dipenuhi, sebagian besar kurang; (3) sudah dipenuhi, tetapi beberapa ada yang kurang; (4) sudah dipenuhi, lengkap. Nilai kredit manajemen diperoleh dengan menjumlahkan nilai yang diberikan pada masingmasing pertanyaan/pernyataan manajemen, dengan nilai maksimum 100. Kontribusinya terhadap nilai kesehatan LPD ditetapkan 10% atau nilai x 10%. 21
4. Faktor Rentabilitas/Earning Rasio rentabilitas menunjukkan kemampuan bank untuk mendapatkan hasil usaha dalam kurun waktu tertentu dinyatakan dalam prosentase terhadap assets dan modal. Analisis rasio rentabilitas LPD bertujuan untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh LPD yang bersangkutan (Lestari, 2012). Penilaian terhadap Earning (Rentabilitas) terdiri dari dua komponen yaitu rasio Return On Assets (ROA) dan BOPO. 1) Return On Assets (ROA) Return On Assets (ROA) telah digunakan di sebagian besar penelitian untuk pengukuran profitabilitas/rentabilitas LPD (Gul, 2011). Rasio ini dipergunakan untuk menggambarkan produktivitas LPD atau kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan, dengan membandingkan laba terhadap total aktiva (Suripto, 2013). Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 11 Tahun 2013, Return On Asset (ROA) dimaksudkan untuk menilai kemampuan LPD dalam menghasilkan laba terhadap rata-rata asset yang dimiliki. Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja LPD semakin baik, karena return atau keuntungan yang diperolehnya semakin besar (Gul, 2011). Rasio Return On Asset (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA = Laba tahun berjalan Rata-rata asset x 100% (7) Nilai kredit faktor atau komponen ROA: a. Rasio 0 atau negatif diberi nilai 0. b. Setiap kenaikan 0,025% dari 0 diberi nilai 1 dengan maksimum 100. 22
Sehingga, nilai kredit faktor atau komponen ROA dapat dirumuskan sebagai berikut. Nilai ROA = Rasio ROA 0,025 (8) 2) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 11 Tahun 2013, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi atau menilai kehematan belanja LPD. Rasio BOPO merupakan prosentase perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional LPD. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pihak LPD dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari meliputi: biaya gaji, biaya pemasaran, serta biaya bunga. Sedangkan pendapatan operasional merupakan pendapatan yang diterima oleh pihak LPD yang diperoleh melalui penyaluran kredit dalam bentuk suku bunga. Besar ataupun rendahnya rasio BOPO sangat menentukan profitabilitas/kinerja keuangan dari suatu LPD (Dawood, 2014). Dimana semakin tinggi rasio BOPO maka dapat dikatakan kegiatan operasional yang dilakukan LPD tersebut tidak efisien. Begitu pula sebaliknya semakin rendah rasio BOPO maka kegiatan operasional LPD tersebut akan semakin efisien, karena manajemen bank/pengelola LPD tersebut lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di LPD. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dapat dirumuskan sebagai berikut: BOPO = Biaya Operasional Pendapatan Operasional x 100% (9) 23
Nilai kredit faktor atau komponen BOPO: a. Rasio 100% atau lebih diberi nilai 0. b. Setiap penurunan 0,25% dari 100% diberi nilai kredit 1 dengan maksimum nilai kredit 100. Sehingga, nilai kredit faktor atau komponen BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut. Nilai BOPO = 100 Rasio BOPO 0,25 (10) 5. Faktor Likuiditas Likuiditas diukur terutama untuk menentukan ketahanan LPD terhadap risiko likuiditas, sehingga untuk lindung nilai terhadap risiko likuiditas LPD harus menempatkan fokus pada sumber arus likuiditas dan arus kas masa depan (Canicio, 2014). Rasio likuiditas merupakan rasio yang dipergunakan untuk menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek. Suatu LPD dikatakan likuid apabila LPD yang bersangkutan dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Adapun rasio likuiditas yang dipergunakan untuk menilai tingkat kesehatan LPD berdasarkan ketentuan Peraturan Gubernur Bali No. 11 Tahun 2013 adalah sebagai berikut. 1) Liquid Assets to Current Liabilities Ratio (LACLR) Rasio Liquid Assets to Current Liabilities Ratio (LACLR) ini digunakan untuk menilai kemampuan LPD dalam memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau kemampuan LPD untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Rusmala, 2014). Semakin besar rasio ini semakin baik karena kemampuan LPD dalam membayar kewajiban lancar yang dijamin dengan alat 24
likuid yang dimiliki LPD. Alat likuid yang dimiliki LPD adalah kas dan antar bank aktiva (tabungan dan deposito), sedangkan hutang lancar meliputi kewajiban yang segera harus dibayar, yaitu tabungan dan deposito dari masyarakat. Semakin likuid LPD tersebut kepercayaan masyarakat terhadap LPD akan meningkat, sehingga untuk jangka panjang pertumbuhan LPD tersebut akan meningkat. Liquid Assets to Current Liabilities Ratio (LACLR) dapat dirumuskan sebagai berikut. LACLR = Alat likuid Hutang Lancar Nilai kredit faktor atau komponen LACLR: a. Rasio 0 diberi nilai 0. x 100% (11) b. Setiap kenaikan 0,05% dari 0% diberi nilai ditambah 1 dengan maksimum 100. Sehingga, nilai kredit faktor atau komponen LACLR dapat dirumuskan sebagai berikut. Nilai LACLR = Rasio LACLR 0,05 (12) 2) Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio ini digunakan untuk menilai rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima. Pinjaman yang diberikan LPD bagi nasabahnya yaitu berbentuk kredit dan dana yang diterima meliputi tabungan, deposito, pinjaman dari bank/lembaga keuangan lainnya, modal inti dan modal pinjaman/titipan. Loan to Deposit Ratio (LDR) tersebut menunjukkan tingkat kemampuan suatu LPD dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh LPD yang 25
bersangkutan. Sehingga semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) maka laba LPD semakin meningkat (dengan asumsi LPD tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba LPD, maka kinerja LPD juga akan meningkat. Rasio LDR dapat dirumuskan sebagai berikut. LDR = Jumlah kredit yang diberikan Dana yang diterima x 100% (13) Nilai kredit faktor atau komponen LDR. a. Rasio 115% atau lebih diberi nilai kredit 0. b. Untuk setiap penurunan 1% dari rasio 115% nilai kredit ditambah 4 dengan maksimum 100. Sehingga, nilai kredit faktor atau komponen LDR dapat dirumuskan sebagai berikut. Nilai LDR = (115 - Rasio LDR) (14) 2.2 Hipotesis Penelitian Penilaian tingkat kesehatan LPD (CAMEL) merupakan cerminan dari kondisi keuangan LPD. Menurut Liberty (2013), dengan menggunakan analisis diskriminan diperoleh bahwa rasio-rasio CAMEL dapat membedakan tingkat kesehatan LPD. Hal yang serupa diperoleh Lestari (2012) dalam penelitiannya ditemukan bahwa rasio-rasio CAMEL yang terdiri dari CAR, KAP, ROA, BOPO dan LDR dapat membedakan kelompok tingkat kesehatan perbankan. Hays (2009), Sari (2006), Wahyudi (2004) dan Rahmatina (2012) menyatakan bahwa variabel yang dominan membedakan kinerja perbankan adalah variabel ROA, 26
dimana ROA merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk melihat tingkat profitabilitas LPD. Selain itu, Return On Asset (ROA) mencerminkan seberapa baik manajemen LPD menggunakan sumber daya nyata investasi untuk menghasilkan keuntungan (Syafri, 2012). Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian terdahulu yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 1 : Rasio-rasio keuangan LPD yang terdiri dari CAR, KAP, CPRR, ROA, BOPO, LACLR dan LDR dapat membedakan tingkat kesehatan LPD (dibawah rata-rata dan diatas rata-rata) di Kecamatan Kuta Selatan. H 2 : Diduga rasio ROA merupakan rasio yang dominan membedakan tingkat kesehatan LPD (dibawah rata-rata dan diatas rata-rata) di Kecamatan Kuta Selatan. 27