BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

K a b u p a t e n S o r o n g S e l a t a n

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya pengentasan kemiskinan dalam masyarakat. kesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. (Pemekaran setelah Undang-Undang Otonomi Khusus) yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di


BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar di Indonesia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV terdapat salah satu tujuan negara

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan tidak dapat ditakar hanya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. sentralistik sebagaimana yang tersirat dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDHAULUAN. dari masyarakat penerima program maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada hakekatnya bertujuan membangun kemandirian,

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

Kemiskinan sangat identik dengan beberapa variabel berikut ini:

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. di bawah garis kemiskinan yang ditandai dengan kerentanan, ketidakmampuan,

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan


I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kecamatan Ranomeeto terbentuk Pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu tantangan dalam pembangunan, terencana dengan mengintegrasikan seluruh stakeholder yang terlibat di

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

LAMPIRAN. Panduan Pertanyaan dalam Wawancara Mendalam. Nama :... Peran di PNPM-MPd :...

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. adalah penanggulangan kemiskinan yang harus tetap dilaksanakan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran (BPS, 2015). Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan di wilayah tersebut. Keberhasilan dan kegagalan pembangunan sering diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan (Suryahadi dan Sumarto, 2001). Menurut Arsyad (2015: 299) masalah kemiskinan itu sangatlah kompleks dan pemecahannya pun tidak mudah. Bagi yang memperhatikan konsep masalahmasalah kebijakan sosial secara lebih luas biasanya lebih memperhatikan konsep tingkatan dan ukuran hidup, yaitu tidak hanya menekankan pada tingkat pendapatan saja, namun juga masalah pendidikan, perumahan, kesehatan, dan kondisi-kondisi sosial lainnya dari suatu masyarakat. Selanjutnya permasalahan standar hidup yang rendah berkaitan pula dengan jumlah pendapatan yang sedikit, perumahan yang kurang layak, kesehatan yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah hingga berakibat pada rendahnya sumber daya manusia. Menurut Widodo (2006: 7), pola kemiskinan yang terjadi adalah (1). Kemiskinan pada umumnya terjadi di daerah setingkat perdesaan dengan mata pencaharian utama berhubungan dengan sektor ekonomi tradisional dikarenakan 1

kurangnya perhatian pemerintah di bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, dan pelayanan masyarakat sehingga kurang memadai dan daerah perdesaan kesulitan untuk melepaskan diri dari jurang kemiskinan. (2) Kemiskinan pada umumnya dialami oleh kaum wanita dikarenakan kurangnya pendidikan dan kurangnya gizi yang diterima. (3) Penderita kemiskinan pada umumnya adalah penduduk pribumi di suatu negara. Keberhasilan pembangunan dalam jangka panjang, diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga dapat mengurangi kemiskinan. Menurut Todaro dan Smith (2006: 26), yang menyebutkan bahwa tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi setinggitingginya dan mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran. Berbagai strategi penanggulangan kemiskinan sudah dilakukan oleh pemerintah melalui beberapa departemen terkait. Salah satu strategi penanggulangan kemiskinan adalah menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat, seperti yang telah dilakukan antara lain program IDT (Inpres Desa Tertinggal) yang dimulai pada tahun 1993/1994. Program ini merupakan perwujudan dari Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Program IDT dilaksanakan dengan memberikan bantuan modal usaha berupa dana bergulir. Namun karena program kemiskinan pada saat itu bersifat top down dengan keterlibatan minimal pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya sehingga program tersebut gagal dalam 2

merefleksikan perbedaan antardaerah yang kadang-kadang menjadi sangat signifikan, yang berakibat dihentikannya program tersebut (Kuncoro, 2004: 171). Kemudian diluncurkan program baru yang tujuannya untuk penguatan sarana dan prasarana desa dengan program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT). Program tersebut untuk pembangunan infrastruktur perdesaan yang dapat dikerjakan oleh masyarakat perdesaan, namun program P3DT belum dapat menunjukkan adanya proses pemberdayaan dan peran masyarakat. Tahun 1997 diluncurkan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dengan menggunakan pendekatan partisipasi masyarakat melalui musyawarah di tingkat kecamatan sebagai pengambil keputusan tertinggi serta tahun 2007 pemerintah meluncurkan suatu program yang disebut dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dengan mengadopsi mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK), program tersebut diharapkan dapat mampu mengurangi masyarakat miskin. Tahun 2012 melalui dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) telah ditetapkan instrumen upaya penanggulangan kemiskinan yang dibagi berdasarkan empat klaster. Klaster 1, program Bantuan Sosial dan Jaminan Sosial. Klaster 2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat/PNPM. Klaster 3 Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah/UMKM. Klaster 4 Program Pro Rakyat. (Bappenas, 2012) 3

PNPM Mandiri merupakan klaster kedua dari empat klaster program pro rakyat sebagai strategi penanggulangan kemiskinan pada era SBY, yang menggulirkan program dan anggaran berbasis masyarakat (Kuncoro, 2013: 209). Klaster 2, kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah tahap lanjut dalam proses penanggulangan kemiskinan. Tahap ini masyarakat miskin mulai menyadari kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk keluar dari kemiskinan, pendekatan pemberdayaan sebagai instrumen dari program ini dimaksudkan tidak hanya melakukan penyadaran terhadap masyarakat miskin tentang potensi dan sumberdaya yang dimiliki, tetapi juga mendorong masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam skala yang lebih luas terutama dalam proses pembangunan di daerah. Pemerintah Negara Republik Indonesia memberlakukan kebijakan desentralisasi atau yang dikenal dengan otonomi daerah. Salah satu ciri utama otonomi daerah yang tersirat dalam UU Nomor 25 tahun 1999 adalah Daerah Otonomi memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola, dan menggunakannya sendiri untuk pembiayaan pembangunan daerah (Daryanto dan Hafizrianda, 2010: 4). Wilayah Kabupaten Sorong Selatan terbentuk pada tahun 2003, memiliki luas wilayah secara keseluruhan adalah 7.789,911 km² dengan jumlah penduduk 41.085 jiwa terdiri dari 13 distrik, 2 kelurahan dan 121 kampung. Secara geografis Kabupaten Sorong Selatan memiliki batas-batas wilayah yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Maybrat, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Teluk Bintuni dan Laut Seram, sebelah timur berbatasan dengan 4

Kabupaten Maybrat dan Kabupaten Teluk Bintuni, sebelah barat berbatasan dengan Laut Seram dan Kabupaten Sorong (Permendagri, 2013: 18). Jumlah penduduk miskin Kabupaten Sorong Selatan pada tahun 2013 sebesar 5.024 jiwa dari jumlah penduduk 41.085 jiwa (Dinas Sosial 2013) Distrik Teminabuan yang merupakan pusat ibukota Kabupaten Sorong Selatan sudah menjalankan pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP). Sebagian besar penduduk masyarakat di Kabupaten Sorong Selatan mempunyai mata pencaharian yaitu petani dan nelayan, sehingga dana bantuan melalui PNPM Mandiri Perdesaan digunakan untuk menunjang peningkatan kegiatan ekonomi salah satunya dengan membuka usaha. Pemberian kredit yang dikelola oleh UPK (Unit Pengelola Kegiatan) PNPM Mandiri Perdesaan adalah dana bergulir yang ditujukan bagi perempuan dengan nama Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP). Selain untuk mengakomodir usulan kegiatan ekonomi, juga menjadi salah satu katalisator bagi peningkatan perekonomian rumah tangga di lokasi program yaitu Distrik Teminabuan. Tabel 1.1 Jumlah Rumah Tangga Miskin Menurut Distrik di Kabupaten Sorong Selatan, 2013 No. Distrik Rumah Tangga Jumlah Penduduk Persentase Miskin Distrik (%) 1. Teminabuan 865 12.506 6,92 2. Wayer 292 1.572 18,58 3. Seremuk 192 1.233 15,57 4. Sawiat 329 1.948 16,89 5. Saifi 194 1.852 10,48 6. Moswaren 328 2.301 14,25 7. Matemani 423 2.329 18,16 8. Konda 133 2.006 6,63 9. Kokoda 1.033 6.465 15,98 10. Kokoda Utara 187 1.833 10,20 11. Kais 556 3.129 17,77 12. Inanwatan 349 3.103 11,25 13. Fokour 143 808 17,69 Jumlah 5.024 41.085 180,37 Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Sorong Selatan Tahun 2014 5

Berdasarkan hasil kegiatan survey Dinas Sosial diperoleh tahun 2013 jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Sorong Selatan sebanyak 5.024, dan jumlah penduduk per distrik sebanyak 41.085 atau 180,73 persen dari 5.024 dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Sorong Selatan. 1.2 Keaslian Penelitian Evaluasi terhadap dampak pemberian kredit menjadi studi yang penting, karena pemberian kredit diasumsikan sebagai suatu intervensi yang diharapkan mengubah perilaku penerima kredit agar meningkatkan kesejahteraan dan keluar dari kemiskinan. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan berbagai program pengentasan kemiskinan telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain tersirat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu No Peneliti Metode/Alat Analisis Hasil Penelitian 1. Teng, Prien, Analisis Kualitatif Mengevaluasi pengaruh kredit mikro Mao dan (observasi) dan berdampak positif dan cukup dalam Leng (2011) Statistis Diskriptif. menjalakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat menambah pendapatan rumah tangga, 2. Setyari (2012) 3. Thuita, Mwadime dan Wang ombe (2013) 4. Lestari (2013) Menggunakan data panel IFLS3 dan IFLS4 dan metode fixed effect Menggunakan analisis statistik kualitatif. Menggunakan uji beda dua rata-rata untuk membandingkan pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan konsumsi dan pendidikan anak-anak. Mengevaluasi pemberian kredit mikro berdampak positif terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga di Indonesia dilihat dari peningkatan permintaan tenaga kerja dari rumah tangga penerima program, namun pada level pendidikan anak menunjukan dampak yang tidak signifikan. mengevaluasi dampak akses terhadap kredit lembaga keuangan mikro yang difokuskan kepada perempuan, dalam pengelolaannya berpengaruh terhadap pendapatan dan konsumsi rumah tangga. Pemberian kredit mikro apabila dilakukan dengan syarat yang mudah dan adanya kerjasama yang baik antara pengelola SPP PNPM Mandiri Perdesaan bersama masyarakat penerima kredit dapat mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. 6

Lanjutan Tabel 1.2 No Peneliti Metode/Alat Analisis Hasil Penelitian 5. Musrizal Menggunakan Data Pengembalian dana pinjaman progran dan Muttaqim (2014) Envelopmenent Analisis (DEA) simpan pinjam perempuan (SPP) jika tingkat pengembaliannya dilakukan secara baik maka akan menunjang kelancaran dan efisensi yang tepat sasaran dalam penambahan modal usaha sehingga usaha yang dijalankan dapat berlanjut dalam meningkatkan pendapatan kaum perempuan. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan. Penelitian ini mempunyai kesamaan pada alat analisis yang digunakan yaitu uji statistik beda dua rata-rata, analisis regresi linier, dan variabel penelitian. Perbedaannya adalah topik, periode penelitian dan lokasi penelitian di Kabupaten Sorong Selatan dengan menggunakan data pelaksanaan PNMP Mandiri Perdesaan tahun 2013. 1.3 Rumusan Masalah Pelaksanaan kegiatan simpan pinjam bagi perempuan (SPP) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Distrik Teminabuan yang dilakukan tahun 2013 diharapkan dapat membantu menurunkan tingkat kemiskinan. Namun demikian, Dalam penelitian ini akan dianalisis tentang rumah tangga miskin di Distrik Teminabuan pada tahun 2013 masih tinggi. Penelitian untuk melihat dampak Program PNPM Mandiri Perdesaan terhadap kesejahteraan masyarakat Distrik Teminabuan penting untuk dilakukan. 7

1.4 Pertanyaan Penelitian Terkait program kredit simpan pinjam bagi perempuan (SPP) maka pertanyaan penelitian berdasarkan permasalahan penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimana pelaksanaan program kredit simpan pinjam PNMP Mandiri Perdesaan? 2. Bagaimana dampak pemberian kredit SPP di Distrik Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemberian kredit SPP di Distrik Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan, yaitu sebagai berikut. 1. Mendiskripsikan pelaksanaan program kredit simpan pinjam PNPM Mandiri Perdesaan. 2. Menganalisis dampak pemberian kredit SPP terhadap pendapatan keluarga miskin menerima kredit SPP di Distrik Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah Sorong Selatan dalam pengambilan keputusan untuk pengentasan kemiskinan; 8

2. sebagai acuan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait SPP PNPM Mandiri Perdesaan. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang akan dibuat adalah: Bab I Pendahuluan, yang memuat tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka berisi teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, dan formulasi hipotesis. Bab III Metode Penelitian meliputi desain penelitian, langkah penelitian, metode pengumpulan data, metode penyampelan, definisi operasional, instrumen penelitian, dan metoda analisis data. Bab IV Analisis meliputi deskripsi data, uji hipotesis, dan pembahasan. Bab V Simpulan, Keterbatasan, dan Saran. 9