BENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN

dokumen-dokumen yang mirip
DINAMIKA KONSEP DIRI PADA NARAPIDANA MENJELANG BEBAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertentangan dengan hukum dan undang-undang. Tingkat krminalitas di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana di Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Kriminalitas adalah sebuah permasalahan yang sering disajikan di berbagai

GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS

2005). Hasil 62 survei di 12 negara dan mencakup narapidana menemukan tiap 6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasyarakatan mengalami keadaan yang jauh berbeda dibandingkan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

menempati posisi paling tinggi dalam kehidupan seorang narapidana (Tanti, 2007). Lapas lebih dikenal sebagai penjara. Istilah tersebut sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak termasuk golongan dewasa dan juga bukan golongan anak-anak, tetapi remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ribu orang di seluruh Indonesia, hingga Oktober 2015 jumlah narapidana

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum, sehingga setiap

PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. elektronik setiap tahunnya. Sepanjang tahun 2012 terjadi kejahatan setiap 91

Bab I Pendahuluan. Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (iptek), perilaku

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tak terkecuali pelaku pembunuhan. Berdasarkan undang-undang Republik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kalangan pakar pakar ilmu pengetahuan, ilmu hukum, dan juga ilmu

BAB I PENDAHULUAN. melanggar rumusan kaidah hukum pidana, dalam arti memenuhi unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan. Ini berarti, bahwa pembinaan dan bimbingan yang. diberikan mencakup bidang mental dan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. massa baik elektronik maupun non-elektronik yang sepertinya setiap hari tak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar ke-4 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

PENGARUH HARAPAN TERHADAP KECENDERUNGAN RESIDIVIS PADA NARAPIDANA DI LAPAS KLAS I MALANG

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

2016 POLA ADAPTASI MANTAN NARAPIDANA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan narapidana. Didalam UU No 12/1995 (kitab undang -undang hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Wakil Kepala Badan Reserse.Kriminal Polri Jendral Polisi Saud Usman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar hukum dari Pembebasan bersyarat adalah pasal 15 KUHP yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terjadi membawa perubahan yang signifikan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak-anak yang menginjak usia remaja banyak yang melakukan perbuatan

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Penyesuaian..., Nice Fajriani, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Psikologi dan ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan satu sama

KONSTRUKSI SOSIAL ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Kajian Psikologi Kejahatan Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Sragen)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana atau perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, definisi terminologi, cakupan dan batasan yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tahun ini. Masalah ini tidak lain yaitu masalah anak yang berhadapan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan perkembangan teknologi dan komunikasi, telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan memberikan banyak pembelajaran bagi manusia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia secara individu. Apabila cukup menegangkan maka akan membawa

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang yang melakukan kejahatan atau dapat juga disebut sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitar kita. Termaksud kerabat. Mereka itu yang disebut significant others.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

DINAMIKA PSIKOLOGIS PERILAKU MEMBUNUH (Study Kasus pada Seorang Pelaku Pembunuhan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan tingkah laku dikenal dengan istilah-istilah lain seperti Conduct

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN PSIKOLOGI DIBIDANG KRIMINAL

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

BAB III METODE PENELITIAN

RESILIENSI NARAPIDANA DEWASA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SRAGEN NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan karunia Tuhan yang senantiasa membawa perubahan dan

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melanggar peraturan hukum dan perundangan berdasarkan perspektif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian

Transkripsi:

BENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN Skripsi Guna memenuhi sebagian dari syarat-syarat memperoleh derajat sarjana S-1 OLEH : ANISA PRAMUDYAWATI F 100 050 046 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriminalitas merupakan suatu fenomena yang komplek dan menarik perhatian banyak kalangan, karena kriminalitas merupakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan undang-undang. Tingkat krminalitas di Indonesia meningkat tahun ke tahun dan menjadi perhatian khusus dari pihak hukum untuk selalu waspada terhadap tindak kriminalitas. Berdasarkan pengamatan PAB-Indonesia di jajaran kepolisian mencatat, selama semester I tahun 2008 kejahatan konvensional meningkat 1,3%. Data menunjukkan kasus konvensional seperti pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan penganiayaan meningkat dari 153.392 kasus hingga menjadi 155.413 kasus di tahun 2008 (www.pab-indonesia.com). Meningkatnya kriminalitas tahun 2004-2007 membuat jumlah penghuni Lembaga Pemasyarakatan terus meningkat. Berkaitan dengan eksistensi orang dewasa pria dan wanita yang menjadi tahanan dan narapidana, dapat dicermati hasil pencatatan atau data statistik dari Departemen Hukum dan HAM menunjukkan rekapitulasi penghuni Lembaga Pemasyarakatan seluruh Indonesia tahun 2004 sampai dengan 2007, seperti pada diagram di bawah ini.

Gambar 1 Gambar 2 Keterangan : Gambar 1 : Diagram rekapitulasi tahanan Pada Lapas Seluruh Indonesia tahun 2004-2007 Gambar 2 : Diagram rekapitulasi narapidana Pada Lapas Seluruh Indonesia tahun 2004-2007 Berdasarkan data Departemen Hukum dan HAM tahun 2004-2007, dari seluruh tahanan dan narapidana yang berjumlah 400.809, prosentase tahanan dan narapidana wanita dari total keseluruhan memang sangat kecil bila dibandingkan prosentase tahanan dan narapidana pria, yaitu sebesar 5 %. Dengan perbandingan tahanan dan narapidana antara pria dan wanita sebanyak 381.520 dibanding 19.291 maka, dapat diketahui bahwa pria lebih dominan melakukan tindak pidana dibanding wanita. Para pelaku kriminalitas yang sangat meresahkan masyarakat, ditakutkan akan semakin merajalela melakukan kriminalitas lainnya, sehingga dalam hal ini tindakan hukum adalah tindakan yang seharusnya diberikan kepada mereka. Bonger (dalam Hidayat, 2006) menyatakan bahwa kriminalitas adalah perbuatan yang sangat antisosial yang memperoleh tentangan dengan sadar dari negara berupa pemberian hukuman dan tindakan. Selanjutnya pelaku tindak kriminalitas akan diproses secara

hukum oleh pengadilan, setelah terbukti bersalah menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, maka pengadilan akan mengirimkan ke Lembaga Pemasyarakatan (Poernomo, 1986). Kondisi di dalam Lembaga Pemasyarakatan tentulah berbeda dengan kondisi kehidupan yang ada di lingkungan masyarakat, dimana narapidana tidak bisa bebas melakukan aktivitas yang disukainya. Hidayati (2007) menyatakan aktivitas narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sragen dalam unsur afeksi belum tersentuh secara optimal, karena tidak adanya psikolog dan kegiatan yang berhubungan dengan psikologis seperti kegiatan yang bisa meluapkan rasa sedih, cemas, dan perasaan kangen terhadap anggota keluarganya. Kondisi yang demikian, memungkinkan seorang narapidana merasa tertekan, mengembangkan perasaan negatif dan cara berfikir yang negatif pula. Semakin lama mereka mengalami kondisi demikian, maka dalam kondisi akut dapat menjadikan mereka depresi. Menurut Beck (1985) depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang dapat disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktifitas fisik maupun mental dan kesukaran dalam berpikir. Selain itu seseorang yang depresi juga mengadopsi suatu gaya berfikir yang negatif. Purwandari (2007) melakukan penelitian dengan menggunakan tes BDI (Beck Depresion Inventory) untuk mengungkap tingkat depresi pada tahanan dan narapidana di LAPAS Kelas II A Sragen, didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 1 Data Presentase Tingkat Depresi Tahanan dan Narapiadana di Lapas IIA Sragen Tahun 2006 No Tingkat Depresi Narapidana Presentase (%) 1 Berat 72% 2 Sedang 23% 3 Ringan 5% (Hertinjung & Purwandari, 2007) Dari tabel data presentase kecenderungan depresi dari 74 tahanan dan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Sragen tahun 2006 menunjukkan bahwa 100% narapidana yang mengalami depresi, dan narapidana yang mengalami depresi degan tingkat berat menduduki prosentase tertinggi yaitu 72 %. Fenomena depresi di Lembaga Pemasyarakatan menarik untuk diteliti, khususnya depresi pada narapidana wanita. Mengapa wanita, karena wanita memiliki kecenderungan hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan pria terhadap munculnya depresi dengan perbandingan prevalensi depresi 39% pada pria dan 61% pada wanita. Dimana wanita dalam menghadapi masalah-masalah hidupnya lebih cenderung menggunakan perasaannya, selain itu karena wanita lebih peka dengan emosi dan perasaan-perasaan cemasnya (Blazer, 2002). Sebagai contoh, kasus percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh narapidana wanita bernama P.A (24 tahun) karena mengalami depresi berat sejak menghuni ruang tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Malang. Pelaku tidak betah dengan kondisi di penjara dan terus meratapi nasibnya (ungkap saksi mata yang juga teman satu ruang tahanan).

Pelaku melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum 4 sacet shampo (www.moderatofrm.com). Narapidana wanita rentan terkena depresi karena ditinjau dari segi internal, wanita lebih mudah merasa sedih, cemas dan putus asa dengan kondisinya. Beck (1987) menyatakan orang yang mengalami depresi telah mengalami kesalahan dalam berpikir (distorsi kognitif) yaitu adanya pikiran-pikiran negatif terhadap dirinya sendiri, lingkungan dan masa depan. Sebagai contoh, kasus percobaan bunuh diri di dalam Lapas yang dilakukan seorang narapidana berinisial KS (41 tahun) yang mengalami depresi. Dia merasa sudah tidak ada harapan lagi untuk melanjutkan hidupnya dan tidak akan diterima oleh masyarakat (www.indosiar.com). Dalam hal ini, Glara, dkk (1993) menyatakan bahwa orang yang mengalami depresi cenderung memegang pandangan yang lebih pesimistis akan masa depan serta lebih kritis terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Faktor lain yang bisa dilihat adalah faktor eksternal, seperti hubungan dengan narapidana lain, hubungan dengan petugas Lapas dan stigma masyarakat terhadap dirinya. Narapidana wanita diberi stigma yang lebih buruk daripada narapidana pria, karena wanita sebagai pelaku minoritas kejahatan dianggap telah melanggar norma ganda oleh masyarakat, yaitu norma hukum dan norma konvensional tentang bagaimana seharusnya wanita berperilaku dan bersikap (Victoria, 2007). Kasus yang terjadi pada narapidana wanita di atas, menunjukkan bahwa mereka dalam kondisi depresi dikarenakan merasa tertekan dan adanya pikiranpikiran negatif tentang dirinya dan lingkungan sekitarnya. Sehingga dengan kondisi yang demikian, menjadikan keberadaan narapidana di Lapas tidak lagi sebagaimana

mestinya. Dimana seharusnya selama di Lembaga Pemasyarakatan mereka dapat menerima kenyataan, memperbaiki kesalahan dan membenahi hidupnya, sehingga dapat menjadi manusia yang lebih baik dan diterima di masyarakat kembali. Bertitik tolak dari kasus depresi yang dialami oleh PA (24 tahun) dan KS (41 tahun) bahwa terdapat pikiran-pikiran negatif yang menguasai mereka sehingga dalam keadaan depresi mereka melakukan percobaan bunuh diri. Oleh karena itu ingin diketahui tingkat depresi dan bentuk-bentuk distorsi kognitif narapidana wanita yang mengalami depresi di Lapas Sragen. Maka penelitian ini dapat merumuskan masalah tingkat depresi dan bentuk-bentuk distorsi kognitif narapidana wanita yang mengalami depresi di Lapas Sragen?. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian Bentuk-bentuk distorsi kognitif narapidana wanita yang mengalami depesi di Lapas Sragen B. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui tingkat depresi dan bentuk-bentuk distorsi kognitif narapidana wanita yang mengalami depresi di Lapas Sragen. 1. Manfaat teoritis C. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang positif bagi perkembangan khasanah ilmu pengetahuan di bidang ilmu psikologi khususnya psikologi klinis dan psikologi sosial.

2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut: 1. Bagi narapidana wanita, dapat memberikan gambaran sebagai motivasi dalam rangka pembentukan insani yang sehat dan memasyarakat, serta dukungan terhadap pembentukan makna hidup narapidana wanita. 2. Bagi praktisi hukum dan aparatur Lembaga Pemasarakatan, dapat memberikan gambaran terhadap peran pembentukan dan pembinaan yang sesuai dan menyasar terhadap pembentukan mental yang positif dan memasyarakat. 3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai perbandingan dalam melakukan penelitian dengan tema yang sama.