BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian kesehatan umum pada populasi dunia, jauh dari target yang diharapkan di tahun 2020 (Balaban, 2011). Sekitar 300 juta orang di dunia mengalami obese dan angkanya meningkat secara konsisten (Witjaksono, 2010). Obesitas menjadi masalah akibat komplikasi yang ditimbulkannya serta memiliki keterkaitan dengan percepatan aterosklerosis, peningkatan insiden penyakit kandung empedu dan diabetes tipe 2 (Ganong, 2008). Prevalensi obesitas remaja di Indonesia menurut kelompok umur 16-18 tahun yaitu 1,4% dan prevalensi tertinggi berdasarkan provinsi adalah DI.Yogyakarta yaitu 4,1% (Riskesdas, 2010). Pandangan tentang obesitas, saat ini lebih mengarah pada lokasi penimbunan lemak di tubuh, terutama pada daerah abdominal. Keadaan ini disebut dengan obesitas abdominal. Lemak pada abdominal memiliki keterkaitan dengan faktor risiko metabolik seperti tekanan darah tinggi, dislipidemia aterogenik dengan peningkatan kadar serum trigliserida dan penurunan kolesterol HDL, intoleransi glukosa serta sistem koagulasi yang tidak normal (Eyben et al., 2003). Prevalensi obesitas abdominal di Indonesia pada penduduk usia >15 tahun adalah 18,8%. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas abdominal lebih tinggi pada perempuan (29%) dibandingkan laki-laki (7,7%) dan lebih banyak terjadi di daerah perkotaan (23,6%) dibandingkan daerah 1
pedesaan (15,7%) (Riskesdas, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Cavalcanti et al. (2010) menunjukkan bahwa dari 4138 siswa SMA di Pernambuco, Brazil, yang ikut dalam penelitian, 6% diantaranya mengalami obesitas abdominal dan lebih banyak ditemukan pada perempuan (6,7%) dibandingkan laki-laki (4,9%). Era globalisasi dan urbanisasi mengakibatkan pergeseran dari makanan tradisional yang sehat dan mengandung serat tinggi, rendah lemak, rendah kalori serta terdiri dari sayuran dan buah-buahan, menuju makanan yang padat kalori, mengandung lemak jenuh dan gula yang tinggi sehingga meningkatkan kejadian obesitas (WHO, 2011). Berdasarkan data WHO (2011), 5 negara di Asia Tenggara tercatat memiliki prevalensi asupan sayuran dan buah tidak adekuat yang lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Indonesia memiliki persentase yang sama antara lakilaki dan perempuan, yaitu sebesar 94%. Konsumsi sayuran masyarakat Indonesia tahun 2011 yaitu 33,99 kg per kapita per tahun. Namun, nilai tersebut masih berada jauh dari standar yang direkomendasikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu 73 kg per kapita per tahun. Konsumsi buah-buahan yang dianjurkan oleh FAO yaitu 70 kg per kapita per tahun sedangkan rata-rata konsumsi buah-buahan penduduk Indonesia pada tahun 2011 baru mencapai 23,14 kg per kapita per tahun. Rekapitulasi konsumsi sayuran dan buah yaitu 57,13 kg per kapita per tahun (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013). Selain pola makan, kejadian obesitas abdominal juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti perilaku sedentari, rendahnya aktivitas fisik, tingginya konsumsi makanan tinggi kalori serta minuman tinggi gula (Hume et al., 2
2009). Berdasarkan penelitian Ortega et al. (2007) diketahui bahwa anak-anak dan remaja yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat yang rendah lebih berisiko menjadi overweight atau obesitas serta memiliki risiko tinggi terhadap lingkar pinggang yang lebih besar. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan asupan sayuran, buah dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas abdominal pada remaja. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana asupan sayuran, buah dan aktivitas fisik berisiko dengan kejadian obesitas abdominal pada remaja? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan sayuran, buah dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas dengan kejadian obesitas abdominal pada remaja 2. Tujuan Khusus a. Untuk menganalisis asupan sayuran dengan risiko kejadian obesitas abdominal pada remaja b. Untuk menganalisis asupan buah dengan risiko kejadian obesitas abdominal pada remaja c. Untuk menganalisis aktivitas fisik dengan risiko kejadian obesitas abdominal pada remaja 3
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang hubungan asupan sayuran, buah dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas abdominal 2. Bagi Institusi a. Dapat digunakan sebagai bahan referensi serta menambah kepustakaan dalam penelitian di bidang gizi tentang obesitas abdominal bagi Program Studi Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada b. Dapat memberikan gambaran, informasi serta prevalensi obesitas abdominal di sekolah terkait 3. Bagi Masyarakat Menambah informasi tentang hubungan asupan sayuran, buah dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas abdominal pada remaja 4. Bagi Peneliti Lain Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Hubungan Asupan Sayuran, Buah dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Abdominal pada Remaja sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Penelitian sejenis tentang obesitas yang pernah dilakukan antara lain : 1. Ortega et al. (2007) Physical activity, overweight and central adiposity in Swedish children and adolescents: the European Youth Heart Study. 4
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan faktor-faktor predisposisi overweight, dengan overweight dan adiposit sentral pada anak-anak dan remaja. Metode : cross-sectional dengan sampel penelitian 557 anak-anak dan 517 remaja Swedia. Hasil : anakanak dan remaja yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat yang rendah lebih berisiko menjadi overweight/obesitas serta memiliki risiko tinggi terhadap lingkar pinggang yang lebih besar. Persamaan pada variabel bebas (aktivitas fisik) dan variabel terikat (obesitas abdominal). Perbedaan pada variabel bebas (asupan sayuran dan asupan buah) dan desain penelitian (case-control). 2. Ha (2007) Obesity and its association with diets and sedentary life style among school children in Seoul, Korea : Compliance with Dietary References Intakes for Koreans food guides. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan asupan makan kelompok anak obese menggunakan KDRIs food guide pada anak-anak usia 11-12 tahun. Metode : cross-sectional study dengan subjek penelitian anak-anak SD kelas 5 dan 6 di Seoul. Hasil : Anak obese lebih sedikit mengonsumsi sayuran dan lebih banyak mengonsumsi snacks tinggi gula dan tinggi lemak dibandingkan anak normal. Tidak ada perbedaan signifikan dalam porsi makan serealia, daging, kacang-kacangan, buah dan produk olahan susu antara anak obese dengan anak normal. Anak obese memiliki waktu untuk aktivitas fisik yang lebih sedikit dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggunakan komputer dibandingkan anak normal. Anak perempuan memiliki kecenderungan lebih rendah untuk menjadi obese. 5
Persamaan pada variabel bebas (asupan sayuran dan buah). Perbedaan pada variabel terikat (obesitas abdominal), populasi penelitian (remaja usia 16-18 tahun) dan desain penelitian (case-control). 3. Simatupang (2008) Pengaruh pola konsumsi, aktivitas fisik dan keturunan terhadap kejadian obesitas pada siswa sekolah dasar swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola konsumsi, aktivitas fisik, keturunan dan faktor risiko yang dominan terhadap kejadian obesitas pada anak SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan. Metode : case-control dengan sampel penelitian anak sekolah dasar swasta usia 10-12 tahun (kelas IV, V dan VI), dengan pembagian 98 kasus dan 98 kontrol. Hasil : asupan lemak memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kejadian obesitas pada siswa (OR=96), diikuti aktivitas fisik berat (OR=49), frekuensi makanan (OR=32), jenis makanan (OR=27), asupan energi (OR=15) dan aktivitas sedang (OR=12,5). Persamaan pada variabel bebas (aktivitas fisik) dan desain penelitian (case-control). Perbedaan pada variabel bebas (asupan sayuran dan asupan buah) dan populasi penelitian (remaja 16-18 tahun). 4. Cavalcanti et al. (2010) Abdominal obesity in adolescents: prevalence and association with physical activity and eating habits. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prevalensi obesitas abdominal pada remaja dan mengevaluasi apakah indikator aktivitas fisik dan kebiasaan makan berhubungan dengan kejadian obesitas abdominal pada remaja. Metode : cross-sectional dengan sampel penelitian remaja SMA usia 14-19 tahun di Pernambuco, Brazil. Hasil : prevalensi obesitas abdominal 6
pada remaja sebesar 6% dan lebih tinggi pada perempuan (6,7%) dibandingkan laki-laki (4,9%). Aktivitas fisik secara signifikan berhubungan dengan kejadian obesitas abdominal pada remaja. Persamaan pada variabel bebas (aktivitas fisik), variabel terikat (obesitas abdominal) dan populasi penelitian (anak SMA). Perbedaan pada variabel bebas (asupan sayuran dan asupan buah) dan desain penelitian (casecontrol). 7