BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahan yang kuat dalam kondisi krisis. Dengan keunggulan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pesatnya kemajuan didunia perbankan membuat

BAB V SIMPULAN. penerapan Service Level Agreement (SLA) proses kredit ritel komersial di BRI. tersebut disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Pada akhir tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak dimana 99,7% atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil. pembangunan yang telah dicapai. Di sektor-sektor penting dalam

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada umumnya dan pertumbuhan ekonomi pada. masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN , , ,35 Menengah B. Usaha Besar

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk usaha agar usaha tersebut berjalan lancar. Sektor perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti memiliki peran dan

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

BAB I PENDAHULUAN. individu berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bank-bank yang ada

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya

I. PENDAHULUAN. makmur yang merata materil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Banyaknya jumlah bank yang ada di Indonesia membuat masyarakat

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, masyarakat perlu melakukan usaha untuk memenuhi. kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Tetapi tidak semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN ATAS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MIKRO UTAMA PADA BANK BJB KANTOR CABANG CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB I PENDAHULUAN. di bedakan dalam beberapa jenis kredit. Pembedaan jenis-jenis kredit sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan saat ini mengalami pertumbuhan kredit secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sampai saat ini, sektor perbankan masih memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan yang diberikan oleh pihak customer service. Di Bank

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit.

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk mengetahui, meniru dan menyusun cara-cara untuk mematahkan. terhadap produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Bank dalam mendukung kegiatan dunia usaha kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyalurkan kredit ke masyarakat mulai berubah tidak lama sejak

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah besar. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. membuka unit usaha syariah yang pada akhirnya melakukan spin off (pemisahan).

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah bank menjadikan masyarakat semakin leluasa di dalam

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka kesimpulan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BJB yaitu Kredit

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bank pemerintah terbesar di Indonesia. Sejak tahun 2005, Bank

BAB I PENDAHULUAN. masalah ekonomi tersebut, dengan membuat usaha kecil-kecilan atau usaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan pasar yang tidak menentu dan tingkat persaingan antar bank yang

BAB I PENDAHULUAN. (lack of fund) menjadi pilar penting untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya. Untuk meningkatkan perekonomian, fokus pemerintah. Indonesia salah satunya pada sektor keuangan dan sektor riil.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Maraknya bisnis di Indonesia akhir-akhir ini via Internet diyakini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dibuka tetapi dapat dilihat dari munculnya produk-produk baru dengan segala

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan ekonomi nasional yang mengandung berbagai kelemahan struktural yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan pelaku usaha industri UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Indonesia termasuk paling banyak di antara negara lainnya. Saat ini populasi penduduk dengan usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini memicu khususnya para pemuda Indonesia untuk menciptakan peluang usahanya sendiri dengan membuka bisnis. Pada tahun 2014, Abdul Kadir Damanik selaku Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM mengungkapkan di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin bertambah setiap tahunnya. Selama ini UMKM memberikan kontribusi pada PDB (Produk Domestik Bruto) sebanyak 58,92 persen dan penyerapan tenaga kerja sebesar 97,30 persen. UMKM menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia pada khususnya. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan kreativitas masyarakat, hal ini menuntut para pelaku UMKM untuk bertahan dengan meningkatkan daya saing, bahkan pada awal tahun 2016 ini telah diberlakukan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang tentu akan menimbulkan semakin tinggi tingkat persaingan antara pelaku UMKM di Indonesia dengan para pengusaha dari Negara ASEAN lainnya. 1

Perkembangan potensi UMKM di Indonesia tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam hal penyaluran kredit kepada para pelaku UMKM. Menurut data bank BI, setiap tahunnya kredit kepada UMKM mengalami pertumbuhan. Jumlah kredit yang diberikan perbankan dalam tahun 2012 sebesar 507,8 triliun meningkat 16,9% dari tahun 2011 sebesar Rp 434,3 triliun. Pertumbuhan kredit di Indonesia relatif cukup besar dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Dengan semakin marak dan bertumbuhnya UMKM di Indonesia maka menjadi pangsa pasar yang sangat potensial untuk dibidik bagi dunia perbankan dalam menjalankan fungsi dan peran sebagai penyalur dana. Bilamana penyaluran dana dalam bentuk kredit tersebut memenuhi persyaratan dan mengacu pada prinsip kehati-hatian, maka pendapatan bunga yang diterima oleh bank akan lebih optimal. Bank BRI merupakan salah satu bank pemerintah yang memiliki jaringan tersebar hingga tingkat kecamatan di seluruh nusantara. Bank BRI dikenal memiliki akar atau permodalan yang cukup kuat karena mayoritas nasabah yang dimiliki adalah berasal dari masyarakat kelas mikro. Namun demikian Bank BRI tidak membatasi segmen yang dibidik, jaringan layanan dan sejumlah dukungan terus diperluas dan ditingkatkan hingga ke segmen UKM bahkan korporasi, terutama melalui bantuan tambahan modal. Bank BRI sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa harus selalu mengutamakan pelayanan yang prima kepada para nasabahnya, tidak hanya memberikan pelayanan dalam kemudahan transaksi finansial namun juga pelayanan dalam menindaklanjuti permohonan pembiayaan pada usaha nasabah. Pelayanan prima dalam bidang jasa cenderung 2

dianalogikan dengan kecepatan respon, ketepatan waktu pemberian, dan ketepatan tujuan/permintaan. Pelayanan yang berkualitas akan berdampak pada kepuasan dan ketidakpuasan nasabah dan selanjutnya berpengaruh pada tingkat loyalitas nasabah. Proses cepat dan mudah, selalu menjadi kalimat yang digunakan dalam memasarkan produk pembiayaan di suatu bank atau lembaga pembiayaan, selain menawarkan suku bunga yang kompetitif dan biaya yang murah, dengan tujuan saling berkompetisi untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya. Proses dalam menindaklanjuti permohonan kredit nasabah tersebut bermuara pada kepastian apakah permohonan yang diajukan disetujui atau tidak, dan dapat juga permohonan calon debitur disetujui namun dengan kondisi tertentu sesuai hasil analisa bank. Pemberian kepastian tersebut harus sesuai dengan Service Level Agreement (SLA) yang berlaku atau bahkan kurang dari SLA, sehingga pemohon pinjaman dapat mengambil langkah untuk melanjutkan proses permohonan kreditnya atau segera mencari alternative lain. Proses kredit merupakan proses yang dinamis dan dilakukan secara end to end. Proses kredit secara umum terdiri dari tahapan inisiasi kredit, verifikasi, analisis, dokumentasi, monitoring dan penyelesaian kredit. Dalam pelaksanaannya harus memperhatikan prinsip kehati-hatian dan karakteristik masing-masing segmen kredit. (sumber : Buku Mengelola Kredit Secara Sehat, Modul Sertifikasi Bidang Kredit Tingkat I untuk Credit Officer, Ikatan Bankir Indonesia, Edisi ke-1 September 2014, hal. 70). Setiap tahap dalam pemrosesan kredit tersebut memerlukan durasi dalam setiap dokumen yang diterima dari calon debitur. Dengan demikian diperlukan 3

adanya standar layanan kepada calon debitur dengan berdasar pada Service Level Agreement (SLA), yakni bagian dari perjanjian layanan secara keseluruhan antara 2 pihak dalam hal ini pihak bank (bagian kredit) dengan calon debitur. Agar kualitas pelayanan prima kepada nasabah kredit dapat teraplikasikan dengan baik, maka perlu dikaji apakah Service Level Agreement (SLA) dalam penerapannya sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 1.2 RUMUSAN MASALAH Pemberian kredit kepada calon debitur idealnya berpedoman pada Service Level Agreement (SLA) dengan harapan pelayanan prima yang berkualitas dapat terwujud. Seringkali pihak bank memberikan penawaran dalam pemberian kredit selama 14 hari kerja cair, namun pada kenyataannya komitmen tersebut acapkali tidak terealisasi dengan baik, sehingga mengakibatkan pemohon kredit menunggu kepastian dengan jangka waktu yang tidak dapat ditentukan dan berdampak negatif pada kelangsungan bisnis pemohon kredit. Rumusan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain : 1. Mengevaluasi tentang kebijakan Service Level Agreement (SLA) dalam proses pemberian kredit yang diaplikasikan sudah sesuai atau belum dengan standar pelayanan yang ditetapkan. 2. Menganalisa efektivitas proses pemberian kredit dengan mengacu pada alur proses analisa kredit yang telah ditetapkan. 4

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN 1. Bagaimanakah kebijakan Service Level Agreement (SLA) yang diterapkan dalam proses pemberian kredit telah memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan? 2. Apakah proses pemberian kredit dengan mengacu pada ketetapan alur berlangsung dengan efektif? Langkah perbaikan apakah yang perlu dilakukan? 1.4 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengkaji sejauh mana Service Level Agreement (SLA) yang diimplementasikan terlaksana sesuai dengan standar yang ditetapkan. 2. Untuk mengidentifikasi kendala dalam penerapan Service Level Agreement (SLA) selama proses kredit ritel komersial. 3. Untuk memformulasikan langkah perbaikan terhadap kendala-kendala dalam proses kredit ritel komersial sehingga Service Level Agreement (SLA) terlaksana sesuai ketentuan. 1.5 MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Menjadi bahan masukan bagi perusahaan, agar pencapaian Service Level Agreement (SLA) dalam proses kredit dapat memenuhi target yang ditetapkan. Selain memberikan pelayanan prima kepada nasabah juga memberikan dampak 5

pada pendapatan bunga bank lebih meningkat serta menjaga loyalitas dari nasabah. 2. Bagi perusahaan dalam peningkatan performa karyawannya khususnya bidang kredit, menjadikan Service Level Agreement (SLA) sebagai tolok ukur dalam proses kredit sehingga produktivitas dan kinerja karyawan lebih terarah dan meningkat. 1.6 LINGKUP PENELITIAN Penelitian dan pembahasan tentang evaluasi dan analisis kebijakan Service Level Agreement (SLA) ini dibatasi hanya pada BRI Kantor Cabang Solo Slamet Riyadi khususnya unit kerja Kredit. Penelitian dilakukan terbatas pada proses Kredit Ritel Komersial. 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan tesis ini terbagi dalam lima bab yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Bab I yang berisi Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan, tujuan, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. 2) Bab II yang berisi Landasan Teori yang membahas tentang Service Level Agreement (SLA), proses kredit perbankan. 6

3) Bab III yang berisi Metoda Penelitian yang membahas metodologi penelitian, langkah-langkah yang dilakukan penulis serta instrumen penelitian yang digunakan. 4) Bab IV yang berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan yang menguraikan tentang hasil analisa data yang didapat dari perusahaan. Hasil ini kemudian dianalisa secara kualitatif dalam rangka menyusun perbaikan Service Level Agreement (SLA) yang telah dijalankan. 5) Bab V berisi Simpulan, pada bab ini merupakan bagian akhir sekaligus penutup dari penelitian ini. Dalam bab ini akan disampaikan kesimpulan dan saran terkait hasil pembahasan dan analisis. 7