BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menua pada seseorang bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia hidup sehat, mandiri, dan produktif. Kemandirian dan produktivitas lansia tercermin dari Activities

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

GAMBARAN STATUS MENTAL KOGNITIF PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO pada tahun 1995, penderita non psikotis di Indonesia seperti stres

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi jaringan tubuh. Salah satu teori penuaan menyebutkan bahwa sel sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

Peningkatan Kesehatan Fisik dan Mental Lansia Melalui Aktivitas Senam di Desa Ngesrep, Kec. Ngemplak, Kab. Boyolali Abstrak LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. UU No.13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia menyatakan bahwa lansia adalah seorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun ke atas. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berusia 60 sampai dengan 74 tahun (Marzuki, 2014). Proporsi lansia terbesar saat ini berada di negara berkembang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang menunjukkan bahwa negara maju merupakan negara dengan proporsi lansia terbesar. Proporsi lansia di negara berkembang tahun 2013 berjumlah 554 juta jiwa, sedangkan di negara maju berjumlah 287 juta jiwa (Kemenkes RI, 2014). Proporsi penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 7,6% dan terus meningkat pada tahun 2013 mencapai 8,9% (BPS, 2010; Kemenkes RI, 2014). Proporsi penduduk lansia dari total populasi diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2050 mencapai 21,4% (Kemenkes RI, 2014). Peningkatan jumlah populasi lansia akan menimbulkan masalah-masalah kesehatan pada usia lanjut. Lansia pada umumnya akan mengalami gangguan visual, penurunan pendengaran, masalah kulit, hipertensi, osteoartritis, osteoporosis, katarak senilis, diabetes mellitus tipe dua, dan gangguan mental (Potter & Perry, 2005). Gangguan mental yang sering ditemukan pada lansia adalah depresi dan penurunan fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif merupakan kondisi terjadinya penurunan dalam kemampuan memori, orientasi, perhatian, registrasi, kalkulasi serta bahasa (Tamher & Noorkasiani, 2009). Penelitian-penelitian terkait dengan gambaran fungsi kognitif pada lansia di Indonesia telah banyak dilakukan. Hasil penelitian Maryati, Bhakti dan Dwiningtyas pada tahun 2013 menggambarkan fungsi kognitif lansia di Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto sebanyak 46,7% dari total sampel 1

2 penelitian mengalami kerusakan fungsi kognitif berat, 26,7% ringan, dan 26,7% tidak mengalami kerusakan kognitif. Instrumen pengukuran yang digunakan adalah Mini Mental State Examination (MMSE). Penelitian Ramdian, Maja dan Runtuwene pada tahun 2012 mendapatkan bahwa lansia yang mengalami gangguan kognitif di Manado sebesar 93,6%. Hasil penelitian Sundariyati, Ratep dan Westa pada tahun 2014 mendapatkan 66,7% lansia di wilayah kerja Puskesmas Kubu II mengalami penurunan kognitif. Penurunan fungsi kognitif pada lansia berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup lansia. Penurunan fungsi kognitif lansia menyebabkan lansia mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan sulit dipahami (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, & Batubara, 2008). Lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif, secara psikis akan mengalami frustasi hingga depresi dan tidak jarang membuat keluarga juga ikut depresi (Fadhia, Ulfiana & Ismono, 2012). Lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif juga akan mengalami kesulitan dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar seperti makan, aktivitas, berpakaian, dan mandi (Potter & Perry, 2005). Kemampuan fungsi kognitif yang menurun patut diwaspadai karena erat kaitannya dengan penyakit fisik dan kelainan psikososial seperti demensia (Tamher & Noorkasiani, 2009). Perawat yang merawat lansia dengan kerusakan kognitif dituntut untuk mempertahankan fungsi kognitif lansia. Salah satu upaya yang banyak dilakukan adalah dengan terapi kenangan yang bertujuan untuk menstimulasi memori, meningkatkan identitas dan harga diri, serta keterampilan sosialisasi (Potter & Perry, 2005). Kemampuan kognitif juga dapat dipertahankan dengan melakukan berbagai aktivitas seperti membaca, berolahraga, kegiatan sosial, dan musikal (Agustia, Sabrian, & Woferst, 2012). Maryati, Bhakti, dan Dwiningtyas (2013) menyatakan bahwa kemampuan kognitif lansia dapat ditingkatkan dengan cara mencatat sesuatu pada daftar, kalender maupun buku catatan serta aktivitas musik. Musik dipercaya bermanfaat terhadap peningkatan kualitas hidup lansia, salah satunya dapat meningkatkan fungsi kognitif lansia. Hasil penelitian Nevriana (2012) mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas musikal sepanjang

3 hidup dengan fungsi kognitif lansia. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang (Djohan, 2006). Musik yang diterapkan menjadi sebuah terapi dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual (Nevriana, 2012). Hal ini disebabkan karena musik klasik, tradisional dan musik dengan melodi yang lembut memiliki beberapa kelebihan yaitu bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal (Sulistyorini, 2014). Terapi musik terdiri dari dua metode, yaitu terapi musik aktif dan terapi musik pasif. Metode terapi musik aktif salah satunya adalah dengan bernyanyi (Djohan, 2006). Bernyanyi sering dihubungkan dengan keadaan fisik, emosional, dan spiritual. Penelitian Cortes (2010) mendapatkan bahwa bernyayi selama satu kali seminggu dengan durasi 60 menit mampu menciptakan suasana gembira, mengurangi stres, meningkatkan energi, meningkatkan self-confidence, dan harga diri serta meningkatkan kualitas hidup. Bernyanyi memiliki manfaat positif terhadap fungsi kognitif pada lansia dengan penyakit demensia. Lansia dapat mengasah kosa kata, meningkatkan komunikasi serta meningkatkan ingatan melalui hafalan nyanyian (Ann & Trish, 2010). Aktivitas bernyanyi yang dilakukan oleh lansia di Bali adalah dengan memanfaatkan budaya yang ada yaitu Dharmagita. Dharmagita adalah suatu lagu atau nyayian yang secara khusus dilagukan saat pelaksanaan upacara agama Hindu dan untuk mengiringi upacara ritual yang bisa juga disebut sebagai lagu rohani (Midastra, Maruta, & Ariawan, 2007). Hasil penelitian Mooney (2004) menyatakan bahwa menyanyikan lagu rohani bagi umat Kristian bisa menjadi pilihan untuk perawatan spiritual bagi lansia dengan demensia. Lagu rohani mampu memperkuat identitas diri lansia tersebut sehingga dia mengingat siapa dirinya. Menyanyikan lagu rohani merupakan salah satu teknik dari stimulasi sensori yang penting bagi lansia dengan kerusakan kognitif. Melalui stimulasi sensori ini diharapkan lansia mampu mengenali serta memberi respon terhadap lagu yang dinyanyikan (Buffum, Hutt, Chang, Craine, & Snow, 2007).

4 Dharmagita memiliki irama lagu dan intonasi melodi yang bervariasi dan mampu menciptakan rasa hening dan khidmat. Dharmagita berfungsi sebagai alat pranayama atau teknik pernapasan panjang (Mudra, 2003). Teknik pranayama sering digunakan dalam yoga yang berfungsi untuk menjaga kesehatan fisik dan mental seseorang (Yogapath, 2014). Kajian neurologi menyatakan bahwa bernyanyi teruji mengaktifkan hemisfer kanan yang tidak rusak. Latihan-latihan yang dirancang dengan intonasi melodi yang bervariasi dapat memperbaiki fungsi otak, khususnya pada bagian bahasa yang normal di hemisfer kiri (Djohan, 2006). Denpasar merupakan kabupaten yang dengan lansia terbanyak ketiga setelah Tabanan dan Gianyar (Rimbawan, 2012). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Juli 2015 di Puskesmas I Denpasar Timur didapatkan bahwa jumlah lansia sebanyak 1.928 jiwa yang tersebar di beberapa desa dan beberapa banjar. Hasil wawancara dengan koordinator program lansia menyatakan bahwa lansia di Banjar Abasan sangat aktif dan salah satu Banjar dengan jumlah lansia yang banyak yaitu 32 orang lansia. Kegiatan yang dilakukan untuk menunjang kesehatan lansia di banjar Abasan antara lain penyelenggaraan Posyandu lansia dan senam lansia. Posyandu lansia dilakukan setiap satu bulan sekali setiap minggu kedua. Senam yang sudah dilakukan di Banjar Abasan dilakukan sekali seminggu setiap hari minggu. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di poliklinik lansia Puskesmas I Denpasar Timur didapatkan bahwa tiga dari lima lansia mengalami kerusakan fungsi kognitif yang diukur dengan menggunakan kuesioner MMSE. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh Dharmagita terhadap fungsi kognitif pada lansia. Penelitian terkait dengan manfaat lagu rohani umat Kristiani terhadap lansia yang mengalami demensia sudah banyak dilakukan. Akan tetapi, penelitian mengenai pengaruh Dharmagita terhadap fungsi kognitif di Bali masih belum pernah dilakukan. Peneliti ingin meneliti aspek budaya lansia di Bali khususnya dalam hal bernyanyi menggunakan Dharmagita kaitannya terhadap fungsi kognitif lansia.

5 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh Dharmagita terhadap fungsi kognitif lansia di Banjar Abasan?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Dharmagita terhadap fungsi kognitif lansia di Banjar Abasan. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik lansia (usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan). b. Mengidentifikasi gambaran fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah diberikan Dharmagita. c. Menganalisis perbedaan fungsi kognitif lansia sebelum dan setelah diberikan Dharmagita. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan atau ilmu pengetahuan tentang terapi modalitas yang bermanfaat untuk mempertahankan fungsi kognitif lansia. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi salah satu dasar pengembangan intervensi keperawatan dalam pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada lansia yang berbasis budaya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber atau referensi bagi penelitian selanjutnya terkait dengan pengaruh Dharmagita terhadap fungsi kognitif lansia.

6 1.4.2 Aplikatif Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perawat baik dalam praktik komunitas maupun klinik sebagai sebuah terapi untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia khususnya di Bali. Lansia dapat mengaplikasikan intervensi ini secara rutin dan saat upacara keagamaan untuk mempertahankan fungsi kognitif. 1.4.3 Metodologis Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan cara berpikir ilmiah dalam menyusun suatu laporan penelitian. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan acuan bagi penelitian sejenis selanjutnya sehingga mampu memberikan hasil yang lebih baik. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan pengaruh Dharmagita terhadap hal lain seperti misalnya pada individu yang mengalami stres dan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Terapi untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia juga diharapkan dapat dikembangkan sehingga terapi modalitas keperawatan menjadi lebih beragam.