BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Salah satu penerapan Good Coorporate Governance (GCG) yang konsisten adalah meningkatnya nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan harapan pemangku kepentingan (stakeholder). Penerapan GCG di Indonesia mulai menjadi perhatian pada saat terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997, yang berakibat merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Hal ini dikaitkan dengan buruknya penerapan GCG pada perusahaan di Indonesia. Selain nilai perusahaan, GCG juga berkaitan dengan komposisi dewan (Kusumastuti et al, 2006). Adanya organ organ perusahaan (dewan komisaris dan direksi) merupakan bukti penerapan prinsip GCG. Adanya persebaran dalam anggota dewan (komisaris dan direksi) juga dipercaya dapat mempengaruhi nilai perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Persebaran dalam dewan atau yang lebih dikenal dengan keragaman dewan (board diversity) telah menjadi perhatian pada negara negara maju seperti Amerika, khususnya pada keragaman kewarganegaraan dan gender. Wanita disinyalir tidak mempunyai perbedaan dengan pria dalam hal keefektifan, namun memiliki perbedaan pada perilaku dan kemampuan pada situasi tertentu (Yuki, 2002) dalam Garcia-Meca et al (2015). Peran wanita pada dunia bisnis dan finansial sudah banyak diteliti di negara negara maju di benua Amerika, Asia dan Eropa. Direksi pada sebuah perusahaan memegang peran penting pada pengambilan keputusan dan strategi 1
perusahaan. Keragaman gender pada anggota direksi sebuah perusahaan dapat menghasilkan sudut pandang yang berbeda terhadap suatu permasalahan. Keberadaaan wanita sebagai anggota dewan direksi pada perusahaan perusahaan dikatakan mempunyai pengaruh signifikan pada kinerja perusahaan dengan argumen bahwa direksi dapat meningkatkan keefektifan melalui banyaknya keahlian anggota dewan dan wanita dikorespondensikan pada konsep board independence (Adams dan Ferreira, 2009). Wanita dikatakan mempunyai beberapa sifat yang berbeda dibandingkan dengan pria dalam beberapa hal seperti, pengambilan resiko, keputusan merger dan akuisisi (Nielsen dan Huse, 2010;), hingga tingkat percaya diri (Huang dan Kisgen, 2013). Karakteristik dan latar belakang seorang anggota direksi wanita menambah nilai pada direksi perusahaan dan nilai perusahaan itu sendiri. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan terus meningkat. Nilai perusahaan yang tinggi menggambarkan kesejahteraan pemiliknya. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa presentase keberadaan wanita pada direksi sebuah perusahaan di negara Amerika, Australia, Kanada, dan Eropa adalah sebesar 14,8, 8,7%, 10,6%, dan 8%. Sementara di Jepang di temukan hanya sebesar 0,8% ( Equal Opportunity for Women in the Workplace Agency EOWA, 2006; dan European Professional Women s Network EPWN, 2004; (Catalyst, 2007 dalam Adams dan Ferreira, 2009). Hal ini dapat mengindikasikan bahwa keberadaan wanita di dalam dewan direksi di benua Asia lebih kecil dibandingkan dengan benua Amerika dan Eropa. Latar belakang pendidkan dan pengalaman anggota dewan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki. Terutama latar belakang pendidikan di 2
Indonesia. Meskipun bukan menjadi suatu keharusan bagi seseorang yang akan masuk dunia bisnis untuk berpendidikan bisnis, akan lebih baik jika anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi. Dengan memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi yang ada, setidaknya anggota dewan memiliki kemampuan lebih baik untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada tidak memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi nilai perusahaan. (Kusumastuti, et al, 2007). Tidak hanya latar belakang pendidikan, pengalaman profesional yang pernah dimiliki seorang anggota direksi dan komisaris tentunya menjadi sebuah nilai tambah untuk perusahaan, dimana pengetahuan yang dimiliki oleh seorang anggota direksi dan komisaris dapat menambah sudut pandang dalam pengambilan keputusan di dalam dewan. Pengalaman profesional berkaitan dengan kemampuan dan kecakapan seorang anggota dewan dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya, semakin banyak pengalaman yang dimiliki akan semakin terampil dia dalam menjalankan pekerjaannya. Pengalaman dapat dilihat dari masa kerja karyawan yang telah bekerja atau lamanya bekerja pada suatu instansi atau organisasi. Wanita yang memiliki pengalaman profesional dan latar belakang pendidikan yang tinggi dapat dianggap sebagai sebuah nilai tambah di mata publik, yang dapat berimbas kepada nilai perusahaan dan kinerja perusahaan. Kebanyakan wanita di dalam direksi mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi dan tidak berkaitan dengan bisnis (Hillman et all.,2002 dalam Garcia-Meca et al., 2015). Nielsen dan Huse (2010) menemukan bahwa latar belakang profesional seorang wanita yang memiliki pengalaman profesional memiliki pengaruh negatif terhadap kemampuan mereka untuk mempengaruhi direksi, tetapi dapat 3
menjadikan seorang wanita dipilih untuk menjadi anggota direksi karena relevansi pengalamannya. Indonesia mengadopsi two-tier board structure, dimana perusahaan harus mempunyai dua dewan, yaitu Dewan Komisioner (Board of Commisioner BOC ) dan Dewan Direksi (Board of Managementi/ Board of Directors BOM/BOD ). Anggota BOM dan BOC dipilih oleh pemegang saham (shareholder) pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). BOM dan BOC mempunyai fungsi yang berbeda pada sebuah perusahaan dimana BOC merepresentasikan para pemegang saham sementara BOM bertanggung jawab atas fungsi manajemen dan juga bertanggung jawab terhadap BOC ( Darmadi, 2011). Di negara berkembang seperti Indonesia, penelitian berkaitan dengan board diversity sudah banyak dilakukan dan menunjukan hasil yang berbeda dengan penelitian penelitian yang dilakukan pada negara maju. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi perekonomian, peraturan, lingkungan serta budaya yang berbeda dibandingkan dengan negara maju. Darmadi (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa keberadaan wanita di dalam dewan (direksi dan komisaris) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan yang diproksikan dengan ROA (Return on Assets) dan Tobin s Q. Pengatruh latar belakang yang dimiliki oleh anggota dewan direksi dan komisaris perusahaan di Indonesia masih belum banyak di teliti, sehingga penulis sangat tertarik untuk meneliti latar belakang yang dimilki oleh anggota direksi, khusunya pada anggota direksi wanita pada direksi perusahaan sektor manufaktur, sektor keuangan dan sektor properti dan real estate di Indonesia 4
yang terdaftar pada BEI pada tahun 2010 2014. Pada penelitian ini, penulis ingin menguji apakah tingkat pendidikan dan pengalaman profesional yang dimiliki seorang wanita akan mendukung pada hubungan antara presentase jumlah wanita di dalam BoD dan BoC terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Penulis menggunakan proksi presentase jumlah wanita didalam dewan direktur dan komisaris sebagai variabel independen, variabel dependen berupa nilai perusahaan yang akan diproksikan dengan Tobin s Q ratio dan ROA, variabel kontrol berupa ukuran perusahaan dan ukuran direksi, serta variabel moderasi yang berupa tingkat pendidikan seorang wanita dan pengalaman profesional seorang wanita dengan judul Wanita dalam Dewan, Pendidkan, Pengalaman Profesional, dan Kinerja Perusahaan. 1.2 Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang yang dikemukakan, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah keberadaan wanita di dalam dewan direksi dan komisaris perusahaan memengaruhi kinerja dan nilai perusahaan? 2. Apakah pengaruh keberadaan wanita di dalam dewan direksi dan komisaris perusahaan terhadap kinerja perusahaan diperkuat oleh tingkat pendidikan? 3. Apakah pengaruh keberadaan wanita di dalam dewan direksi dan komisaris perusahaan terhadap nilai perusahaan diperkuat oleh pengalaman profesional? 5
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji apakah keberadaan wanita di dalam dewan direksi dan komisaris perusahaan memberikan pengaruh terhadap kinerja dan nilai perusahaan. 2. Untuk menguji apakah pengaruh keberadaan wanita di dalam dewan direksi dan komisaris perusahaan diperkuat oleh tingkat pendidikan. 3. Untuk mengetahui apakah pengaruh keberadaan wanita di dalam dewan direksi dan komisaris perusahaan diperkuat oleh pengalaman profesional. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Untuk praktisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana tentang pengaruh keberadaan wanita di dalam sebuah dewan direksi dan komisaris perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan nilai perusahaan. 2. Untuk akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan input terhadap penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini. 6