BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah epidemi (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune. Deficiency Syndrome) HIV/AIDS dan penyebarannya yang sangat cepat

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), penduduk usia15-24 tahun karena HIV (Human Immunodeficiency Virus)

BAB I PENDAHULUAN. data WHO (World Health Organization) tahun 2012, penemuan kasus. HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJASEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA TENTANGPENCEGAHAN HIV DAN AIDSDENGAN MENGGUNAKAN VIDEO DAN LEAFLETDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 : PENDAHULUAN. terdapat orang terinfeksi HIV baru dan orang meninggal akibat AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA N 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

MELALUI HIV-AIDS DI SMA. Disusun oleh : AGUNG TRIANTO J PROGRAM FAKULTAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA BINAAN KASUS NARKOBA DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Penyuluhan/pendidikan kesehatan adalah penambahan pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan dari program SDGs ( Sustainable Development Goals) salah

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deviciency Syndrome, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

1 Universitas Kristen Maranatha

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SISWA DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency Sindrome (AIDS) merupakan berbagai gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV yang merusak sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan kematian. Menurut United Nations Programme on HIV dan AIDS (UNAIDS) tahun 2012, terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia, diantaranya 2,1 juta orang berusia kurang dari 15 tahun. Pada tahun 2010 di regional Asia Tenggara, jumlah anak berusia kurang dari 15 tahun yang terinfeksi HIV sebanyak 87.000 orang dengan kasus baru sebanyak 48.000 orang. Data UNAIDS (2009), menunjukkan sebanyak 22.000 anak terinfeksi HIV di wilayah Asia-Pasifik (Kemenkes, 2013). Menurut data WHO (World Health Organization) (2014), tahun 2013 sebanyak 37,2 juta orang menderita HIV, diperkirakan 0,8% dari kelompok umur 15-49 tahun di seluruh dunia hidup dengan HIV. Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Republik Indonesia (PP dan PL Kemenkes RI) tahun 2011, kasus baru HIV dan AIDS menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya. Pada

tahun 2009 ditemukan kasus baru HIV dan AIDS sebanyak 3.863 kasus, kemudian pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan sebanyak 4.917 dan sebanyak 1.805 kasus. Dilihat dari data umur kasus HIV dan AIDS terbanyak terjadi pada umur 25-29 tahun sebesar 45,9%, menunjukkan bahwa kelompok usia 25-29 tahun merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap penularan HIV dan AIDS. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 menempati urutan ke-6 terbanyak di Indonesia untuk kasus HIV dan AIDS (Dirjen PP dan PL Kemenkes, 2011). Kemudian pada tahun 2014, jumlah kasus HIV dan AIDS semakin meningkat dan menempatkan Jawa Tengah pada urutan ke-4 di Indonesia dengan kasus HIV dan AIDS terbanyak, dengan jumlah kasus HIV dan AIDS sebanyak 2.498 kasus. Kota Surakarta menempati peringkat kedua kasus HIV dan AIDS terbanyak di Jawa Tengah dengan jumlah sebesar 679 kasus setelah Semarang, dengan rincian terinfeksi HIV sebanyak 432 kasus dan AIDS sebanyak 247 kasus. Jumlah kasus HIV dan AIDS di Kota Surakarta berdasarkan jenis kelaminnya, pada laki-laki mencapai 61,48% dan perempuan sebesar 38,52%. Dilihat dari distribusi kasus AIDS menurut umur, usia 25-29 tahun merupakan jumlah terbanyak dengan positif AIDS sebesar 20,5%, mungkin penderita tertular HIV pada usia ±15 tahun. Berdasarkan faktor risiko penularan AIDS, Heteroseksual menempati urutan pertama untuk risiko penularan AIDS sebesar 84,4% (KPAN, 2014). 2

Kasus HIV dan AIDS di daerah Surakarta dan sekitarnya berjumlah sekitar 1632 orang dari tahun 2005 sampai Bulan Mei 2015, ditemukan sebanyak 469 orang meninggal dunia akibat AIDS, dengan angka CFR (Case Fatality Rate) sebesar 28,7%. Sedangkan untuk wilayah Surakarta sendiri jumlah kasus HIV dan AIDS ditemukan sekitar 340 orang (20,8%) dimana 93 orang diantaranya meninggal dunia, angka CFR sebesar 27,3%. Berdasarkan data KPA Kota Surakarta menurut jenis kelamin, dari 822 Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) jumlah kasus laki-laki dengan HIV sebanyak 279 (50,3%) dan AIDS sebesar 745 (69,2%), sedangkan perempuan jumlah kasus HIV sebanyak 276 (49,7%) dan AIDS sebesar 332 (30,8%). Sedangkan berdasarkan faktor risiko HIV dan AIDS tertinggi yaitu heteroseksual sebesar 75,2%. (KPA Surakarta, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS), Departemen Sosial Republik Indonesia (Depsos RI, 2008) menyatakan bahwa jumlah remaja yang memiliki masalah kehamilan tidak diinginkan (KTD) tiap tahunnya mengalami peningkatan. Berdasarkan tingkat pendidikan, dari tahun 2002-2005, remaja yang mengalami KTD terbanyak adalah yang memiliki pendidikan perguruan tinggi yakni Mahasiswi (59,22%), remaja yang berpendidikan Sekolah Menengah UMUM (SMU) sebesar 17,70% dan yang paling kecil Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 1,63%. 3

Salah satu upaya untuk menekan laju penyebaran HIV dan AIDS yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan HIV dan AIDS sejak dini pada remaja. Metode pendidikan yang dapat diberikan yaitu dengan menggunakan media leaflet, stiker, flip chart (lembar balik), kaos, spanduk, baliho, dll. Mediamedia tersebut dapat digunakan untuk melakukan promosi kesehatan pada masyarakat baik untuk kelompok berisiko tinggi maupun masyarakat secara umum. Menurut Irla (2014), metode yang digunakan untuk pencegahan HIV dan AIDS menggunakan media leaflet dan poster sama-sama dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap, tetapi jika dilihat dari hasil rata-rata pengetahuan dan sikap tentang HIV dan AIDS pada media leaflet lebih besar dibandingkan dengan menggunakan media poster. Hasil penelitian Vita (2008), menyimpulkan pendidikan kesehatan tentang pencegahan HIV dan AIDS melalui metode ceramah lebih efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap mengenai seks bebas dibandingkan dengan menggunakan media leaflet. Hasil penelitian Sawitri dkk (2012), menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan siswa/i tentang pencegahan dan penularan HIV dan AIDS sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan di SMP Kertha Wisata. Keberhasilan penyuluhan dapat dilihat dari hasil pre-test sebesar 64,08% dan post-test meningkat menjadi 87,07%. Sedangkan hasil penelitian Purnomo dkk (2013), menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap HIV dan AIDS dengan menggunakan metode ceramah dan 4

pendidikan sebaya. Kelompok dengan menggunakan metode pendidikan sebaya mendapatkan hasil lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah, hal ini dikarenakan mahasiswa lebih fokus dan dapat menerima saran yang langsung diberikan oleh teman sebayanya dengan cara berinteraksi langsung secara empat mata. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DISPORA) Kota Surakarta, diketahui bahwa terdapat lima Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Terakreditas C di Kota Surakarta. Hal yang mendasari peneliti mengambil penelitian di SLTP terakreditasi C dikarenakan tingkat pendidikan pada sekolah terakreditasi C dapat dinilai lebih rendah di bandingkan sekolah terakreditasi A dan B baik dari pengetahuan, sikap, prilaku, maupun mengenai pengetahuan tentang HIV dan AIDS. Pada kelima SLTP tersebut pendidikan kesehatan yang sering diberikan selama ini yaitu Kesehatan Reproduksi (KesPro) dengan menggunakan metode ceramah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan media video dan leaflet untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa terhadap pencegahan HIV dan AIDS. Metode ceramah yaitu penuturan secara lisan oleh guru untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada siswa. Metode ceramah dianggap sebagai metode yang terbaik bagi guru untuk melakukan proses pembelajaran. Namun tidak pernah ada pembahasan mengenai efektifitas penggunaan metode ceramah terhadap minat dan motivasi siswa dalam memperoleh informasi yang disampaikan oleh guru, bahkan akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa. 5

Kelemahan metode ceramah yaitu akan membuat bosan jika sering digunakan dalam penyampaian informasi, keberhasilan metode ceramah sangat bergantung pada cara penyampaian dan penyajian yang dilakukan, dan cenderung membuat pasif pada pendengar. Sedangkan kelebihan dari metode ceramah yaitu guru mudah menguasai kelas, dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar, dapat menerangkan pelajaran dengan baik, ekonomis dalam hal waktu, dan dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain (Djamarah dan Zain, 2000). Adapun kelemahan dan kelebihan dari video dan leaflet. Media pembelajaran video memiliki keunggulan tersendiri yaitu mampu untuk menampilkan gambar yang bergerak, memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki media pembelajaran lainnya, konsep cerita dikemas melalui pembelajaran video juga menjadi pokok utama dalam pembelajaran dan materi yang panjang dan sulit disampaikan secara lisan dapat disajikan dalam bentuk film dan video yang mudah untuk dimengerti siswa. Dibalik kelebihan yang dimiliki video, terdapat pula kelemahan dari video tersebut, yaitu memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak, gambar-gambar tersebut selalu bergerak sehingga tidak semua siswa mampu menangkap informasi pada video tersebut dan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dalam mengajar (Arsyad, 2013). Leaflet adalah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk lembaran yang dilipat, yang berisi informasi dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi (Notoatmodjo, 2003). Kelemahan dan kelebihan dari leaflet menurut 6

Notoatmodjo (2005), kelebihan leaflet adalah tahan lama, mencakup orang banyak, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, mempermudah pemahaman dan, meningkatkan gairah belajar. Sedangkan kelemahan leaflet hanya untuk dibagikan, tidak bisa dipajang atau ditempel, dibutuhkan kemampuan membaca dan perhatian, karena tidak bersifat auditifvisual. Terdapat 5 SLTP yang terakreditasi C di Surakarta, dimana survei pendahuluan dilakukan pada 4 SLTP terakreditasi C dan 1 sekolah merupakan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang tidak masuk kriteria pengambilan sampel, survey pendahuluan dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner terhadap 48 siswa ditemukan sebesar 52% memiliki pengetahuan kurang tentang AIDS, jarang mendapatkan pendidikan tentang AIDS sebesar 48% dan sebesar 46,% belum pernah mendapatkan pendidikan tentang AIDS. Rendahnya pengetahuan tentang HIS dan AIDS menyebabkan siswa tidak mengetahui cara pencegahan HIV dan AIDS secara benar. Penelitian ini dilakukan di MTs Al-Kahfi dan MTs NDM. Hal ini dikarenakan SMP Dharma Pancasila digunakan untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas data penelitian, sedangkan SMP Widya Bhakti tidak masuk dalam kriteria penelitian karena jumlah siswanya hanya 10 siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang perbedaan pengetahuan dan sikap remaja yang diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media video dan leaflet dalam upaya pencegahan HIV dan AIDS di SLTP Surakarta untuk melakukan pencegahan HIV dan AIDS 7

sedini mungkin, sebab jumlah kasus AIDS terbanyak berdasarkan umur di Jawa Tengah yaitu 25-29 tahun, kemungkinan tertular HIV berumur sekitar 15 tahun. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan peneliti sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan pengetahuan dan sikap siswa SLTP tentang HIV dan AIDS sebelum dan sesudah diberikan video dan leaflet? 2. Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV dan AIDS melalui video terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan HIV dan AIDS di SLTP? 3. Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang HIV dan AIDS melalui leaflet terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan HIV dan AIDS di SLTP? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap remaja dengan menggunakan media video dan leaflet dalam pencegahan HIV dan AIDS di SLTP Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengukur skor pengetahuan siswa tentang HIV dan AIDS sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan menggunakan video. 8

b. Mengukur skor pengetahuan siswa tentang HIV dan AIDS sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan menggunakan leaflet. c. Mengukur skor sikap siswa tentang HIV dan AIDS sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan menggunakan video. d. Mengukur skor sikap siswa tentang HIV dan AIDS sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan menggunakan leaflet. e. Menganalisis perbedaan antara pengetahuan siswa tentang HIV dan AIDS menggunakan video dan leaflet. f. Menganalisis perbedaan antara sikap siswa tentang HIV dan AIDS menggunakan video dan leaflet. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan evaluasi kepada Dinas Kesehatan terhadap upaya promotif dan preventif dengan memberikan pendidikan kesehatan pada remaja dalam pencegahan HIV dan AIDS secara dini. 2. Bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga untuk lebih memperhatikan pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan HIV dan AIDS secara dini. 9

3. Bagi Kementrian Agama Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Kementrian Agama untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan HIV dan AIDS secara dini. 4. Bagi Sekolah Dapat memberikan informasi dan masukan pada pihak sekolah untuk memberikan pendidikan kesehatan yang efektif dalam upaya pencegahan HIV dan AIDS. 5. Bagi Siswa Dapat menambah pengetahuan dan kesadaran siswa dalam menyikapi HIV dan AIDS, agar dapat melakukan pencegahan HIV dan AIDS sedini mungkin. 6. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitan ini bisa digunakan sebagai referensi bagi penelitian yang sejenis dimasa mendatang. 10