V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

KERANGKA PEMIKIRAN. teoritis, hipotesis penelitian dan kerangka pemikiran operasional. Konsep yang

I. PENDAHULUAN. Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

KUESIONER. Lampiran 1. Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

1 Halaman 1. Kabupaten Banyuwangi

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

Kata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Abstrak Halaman Persembahan Motto

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah. dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH

jiwa/km2 dan jumlah KK sebanyak KK. Jogjakarta yang memiliki jaringan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN I - 1

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB I PENDAHULUAN Analisis Situasi Mitra

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3).

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun Warga (RW) dan 44 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 7 440 jiwa (1 952 KK). Kamal Muara merupakan wilayah pesisir Jakarta Utara yang dibatasi oleh Pantai Laut Jawa di sebelah Utara, Kali Cengkareng Drain di sebelah Timur, Jalan Kapuk Kamal di sebelah Selatan dan Desa Dadap di sebelah Barat. Luas wilayah Kelurahan Kamal Muara menurut status tanah terdiri dari 506 Ha tanah negara, 507 Ha tanah milik adat, dan 40 Ha tanah wakaf. Sebanyak 26 persen dari total luas wilayah Kelurahan Kamal Muara merupakan kawasan industri dan hanya 16 persen yang merupakan kawasan permukiman. Banyaknya industri di Kamal Muara meningkatkan arus urbanisasi setiap tahunnya. Hal ini terlihat dengan kedatangan masyarakat luar Kamal Muara yang meningkat dari tahun ke tahun seperti tercantum dalam Tabel 2. Tabel 2. Mobilitas Penduduk di Kamal Muara Tahun 2008-2009 No. Tahun Lahir Meninggal Datang Pindah 1 2008 37 21 277 43 2 2009 35 19 323 12 Sumber : Data monografi Kelurahan Kamal Muara tahun 2009 Berdasarkan data monografi Kelurahan Kamal Muara, jumlah penduduk yang mendiami RW 01 sebanyak 4 142 jiwa (53 persen) dan RW 04 sebanyak 1 851 jiwa (23 persen). Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan RW 02 dan RW 03 yang hanya sebanyak 1 098 jiwa (14 persen) dan 786 jiwa (10 persen). Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah RW 02 dan RW 03 merupakan kawasan perindustrian. 39

Masyarakat Kamal Muara sebagian besar berprofesi sebagai buruh pabrik (996 jiwa), pedagang/pengusaha (908 jiwa), dan nelayan (658 jiwa). Rata-rata penghasilan masyarakat Kamal Muara berada pada kelas menengah ke bawah dengan pendapatan per tahun sebesar Rp 1 500 000 per bulan atau sebesar Rp 18 juta per tahun. Data yang diperoleh dari Kelurahan Kamal Muara menunjukkan bahwa masyarakat Kamal Muara pada umumnya mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah 1 640 jiwa yang tidak tamat SD dan 1 588 jiwa yang tamat SD. 5.1. Permasalahan Lingkungan di Lokasi Penelitian Kamal Muara merupakan wilayah yang mengalami kesulitan dalam memperoleh air bersih. Kondisi wilayah yang dekat dengan laut menyebabkan kualitas air tanah di Kamal Muara cenderung payau. Hal ini diperparah dengan tidak terjangkaunya akses pipa PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dalam mendistribusikan air. Pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan dengan cara membuat terminal air, sumur pompa dan sumur bor yang dikelola oleh pihak swasta. Masyarakat terbiasa membeli air untuk memenuhi segala kebutuhan termasuk untuk minum, Mandi Cuci Kakus (MCK), memasak dan lain-lain. Permasalahan lain yang juga terdapat di Kamal Muara yaitu banjir pasang yang terjadi hampir setiap bulan (Lampiran 15). Pemerintah dalam hal ini memberikan bantuan dalam pembangunan tanggul dan peninggian jalan yang bertujuan untuk mengurangi dampak banjir pasang. Pembangunan tanggul ini hanya dapat menghalangi banjir untuk sementara, namun tidak dapat mengatasi banjir pasang yang terjadi. 40

Pemanasan global yang terjadi meningkatkan level muka air laut yang menyebabkan terendamnya wilayah pesisir laut (banjir pasang). Kondisi ini akan menimbulkan genangan terutama ketika permukaan tanah di wilayah yang terkena banjir lebih rendah dari air pasang naik, seperti yang terjadi di Kamal Muara. Selain itu, berkurangnya ekosistem mangrove di wilayah Kamal Muara juga turut memperparah dampak banjir pasang terhadap masyarakat pesisir. 5.2. Karakteristik Rumahtangga Sampel Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah rumahtangga yang bertempat tinggal di RW 01 dan RW 04 di Kamal Muara. Rumahtangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Satu dapur artinya bahwa pembiayaan keperluan dan pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama (BPS, 2000). Karakteristik rumahtangga sampel diperoleh melalui wawancara dengan responden yang dilihat dari beberapa aspek meliputi: pendidikan, lama tinggal, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga, jenis rumah, luas rumah, jumlah anggota keluarga dan lokasi rumah (Lampiran 10). 5.2.1. Pendidikan Tingkat pendidikan yang diamati dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan kepala keluarga dalam suatu rumahtangga. Sebanyak 28 kepala keluarga hanya mengenyam pendidikan sampai tamat SD (42 persen). Sisanya, 18 kepala keluarga menempuh pendidikan sampai tamat SMA (27 persen), 11 kepala keluarga tidak sekolah (17 persen) dan 9 kepala keluarga mengenyam pendidikan sampai tamat SMP (14 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa pada umumnya 41

tingkat pendidikan kepala rumahtangga masih rendah karena sebagian besar mengenyam pendidikan hanya sampai SD. 5.2.2. Lama tinggal Sebanyak 21 (32 persen) kepala keluarga mengaku sebagai penduduk asli yang turun temurun telah mendiami wilayah Kamal Muara. Sementara itu, 45 (68 persen) kepala keluarga merupakan pendatang yang sebagian besar menempati wilayah RW 04. Alasan penduduk pendatang untuk mendiami wilayah Kamal Muara diantaranya yaitu ingin mencari pekerjaan, tidak ada alternatif tempat tinggal lain, dan berbagai alasan lain (Tabel 3) dengan lama tinggal rata-rata adalah 20 tahun. Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa sebagian besar rumahtangga tinggal di Kamal Muara dengan alasan adanya penggusuran yang dilakukan oleh pemerintah. Sebagai gantinya, pemerintah memberikan tempat di pesisir Kamal Muara (RW 04) untuk dijadikan tempat tinggal. Tabel 3. Alasan Rumahtangga untuk Tinggal di Kamal Muara Sampel Rumahtangga No Alasan Tinggal (Jumlah) (%) 1. Tidak memiliki alternatif lain karena kurang modal 2 3 2. Dekat dengan tempat bekerja 17 26 3. Warisan leluhur dan karena lahir di kawasan ini 21 32 4. Alasan lain (digusur) 26 32 Total 66 100 5.2.3. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Rata-rata pendapatan rumahtangga pesisir di Kamal Muara sebesar Rp 42 508 258 per tahun. Jumlah pendapatan terendah sebesar Rp 4 562 500 per tahun sedangkan pendapatan tertinggi sebesar Rp 200 750 000 per tahun. Pendapatan 42

rumahtangga diperoleh dari total pendapatan setiap anggota keluarga yang bekerja. Gambaran mengenai jumlah pendapatan dan pengeluaran rumahtangga pesisir di Kamal Muara tercantum dalam Tabel 4 berikut. Tabel 4. Jumlah Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Pesisir di Kamal Muara Tahun 2007-2009 No. Jumlah Pendapatan dan Pengeluaran Sampel Rumahtangga (Rp/tahun) (Jumlah) (%) 1. Jumlah Pendapatan (Rp/tahun) a. 10 000 000 9 14 b. 10 000 000 < x 50 000 000 41 62 c. 50 000 000 < x 100 000 000 9 14 d. > 100 000 000 7 10 2. Jumlah Pengeluaran (Rp/tahun) 2.1. Konsumsi a. 10 000 000 6 9 b. 10 000 000 < x 25 000 000 35 53 c. 25 000 000 < x 50 000 000 22 33 d. > 50 000 000 3 5 2.2. Investasi a. 0 20 30 b. 1 000 000 3 5 c. 1 000 000 < x 10 000 000 31 47 d. 10 000 000 < x 20 000 000 6 9 e. > 20 000 000 6 9 Pengeluaran rumahtangga terbagi dalam dua kategori yaitu pengeluaran untuk konsumsi dan pengeluaran untuk investasi. Rata-rata pengeluaran untuk konsumsi sebesar Rp 42 202 471 per tahun sedangkan rata-rata pengeluaran untuk investasi sebesar Rp 5 259 576 per tahun. Jumlah pengeluaran minimum untuk konsumsi sebesar Rp 7 005 400 per tahun sedangkan jumlah pengeluaran maksimum untuk konsumsi sebesar Rp 1 203 357 000 per tahun. Jumlah pengeluaran minimum untuk investasi sebesar Rp 0 per tahun sedangkan jumlah pengeluaran maksimum untuk investasi sebesar Rp 51 525 000 per tahun. Secara 43

lebih jelas, gambaran mengenai jumlah pengeluaran untuk konsumsi dan investasi rumahtangga tercantum dalam Lampiran 11. 5.2.4. Jenis Rumah Jenis rumah yang umumnya dimiliki oleh pesisir di Kamal Muara yaitu jenis rumah permanen dan nonpermanen. Rumah permanen adalah rumah yang lantai serta dindingnya dibuat dari campuran pasir, batu-bata dan semen. Rumah nonpermanen adalah rumah yang tidak terbuat dari campuran pasir dan semen maupun campuran batu bata serta potongan besi dan bambu, namun terbuat dari bambu atau jalinan bambu saja serta jenis lainnya (Marfai et al. 2008). Rumahtangga yang memiliki rumah permanen sebanyak 48 (73 persen) rumahtangga sedangkan rumahtangga yang memiliki rumah nonpermanen sebanyak 18 (27 persen) rumahtangga. Hal ini mengindikasikan bahwa rumahtangga yang memiliki rumah permanen lebih banyak dibandingkan rumahtangga yang memiliki rumah nonpermanen. Rumah nonpermanen yang terdapat di lokasi penelitian merupakan jenis rumah panggung yang dibuat hanya dari kayu serta bambu. Sebagian besar rumahtangga yang memiliki rumah nonpermanen berlokasi di RW 04 yang lebih dekat dari pantai. 5.2.5. Luas Rumah Informasi mengenai luas rumah diperoleh dari wawancara dengan responden. Rata-rata luas rumah untuk rumahtangga yang dijadikan sampel adalah 60 m 2. Pembagian kelas rumahtangga berdasarkan luas rumah dibagi menjadi dua kelas sesuai rata-rata luas rumah seluruh rumahtangga yang dijadikan sampel. Dengan demikian diperoleh kelas sampel untuk rata-rata luas rumah yaitu 60 m 2 dan > 60 m 2. Jumlah rumahtangga yang memiliki luas 60 m 2 sebanyak 42 (64 44

persen) rumahtangga. Jumlah rumahtangga yang memiliki luas > 60 m 2 sebanyak 24 (36 persen) rumahtangga. Sebagian besar rumahtangga memiliki rumah yang relatif sempit karena keterbatasan areal permukiman yang ditempati. 5.2.6. Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan data yang diperoleh (Tabel 5), rumahtangga yang memiliki jumlah anggota keluarga lima orang memiliki persentase sebesar 25 persen. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga lima orang merupakan jumlah anggota keluarga yang paling banyak dimiliki oleh rumahtangga pesisir di Kamal Muara. Jumlah anggota keluarga dua orang merupakan jumlah anggota keluarga yang paling sedikit dimiliki oleh rumahtangga pesisir di Kamal Muara. Gambaran mengenai jumlah anggota keluarga yang dimiliki seluruh rumahtangga tercantum dalam Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Anggota Keluarga Rumahtangga Pesisir di Kamal Muara Tahun 2007-2009 No. Sampel Rumahtangga Jumlah Anggota Keluarga (Jumlah) (%) 1. 2 orang 4 6 2. 3 orang 6 9 3. 4 orang 14 21 4. 5 orang 16 25 5. 6 orang 12 18 6. 7 orang 8 12 7. Lebih dari 7 orang 6 9 Total 66 100 5.2.7. Lokasi Rumah Lokasi rumah dibagi dalam dua tempat yaitu lokasi rumah di RW 01 (jauh dari pantai) dan lokasi rumah di RW 04 (dekat dari pantai). Sebanyak 30 (45 persen) rumahtangga tinggal di RW 01 dan sebanyak 36 (55 persen) rumahtangga tinggal di RW 04. Pengambilan sampel lebih banyak dilakukan di RW 04 karena RW 04 lebih sering mengalami banjir dibandingkan dengan RW 01. Lokasi rumah 45

yang paling dekat dari pantai adalah RW 04 sedangkan RW 01 letaknya lebih jauh dari pantai. Gambar 2 adalah peta wilayah Kamal Muara. Sumber : Kelurahan Kamal Muara Gambar 2. Peta Wilayah Kamal Muara Tahun 2009 5.3. Karakteristik Banjir Pasang Menurut Rumahtangga Pesisir di Kamal Muara Letak wilayah Kamal Muara yang berbatasan langsung dengan laut, kali serta muara sungai juga memicu ancaman banjir yang datang. Sehingga apabila periode pasang laut sedang tinggi maka air akan meluap dari muara sungai dan kali. Rumahtangga yang tinggal di Kamal Muara setiap saat mengalami ancaman banjir pasang dengan ketinggian yang bervariasi dan selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh dampak pemanasan global maupun karena faktor lain seperti gejala penurunan tanah dan berkurangnya kawasan mangrove. Rumahtangga yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai karakteristik banjir pasang. Hal ini terlihat dari ketinggian serta lama banjir yang tidak sama menurut setiap rumahtangga 46

(Tabel 6). Perbedaan pendapat mengenai ketinggian serta lama banjir disebabkan oleh perbedaan kemiringan tanah antar masing-masing wilayah, drainase yang kurang baik dan lain-lain. Tabel 6. Karakteristik Banjir Pasang Menurut Rumahtangga Pesisir di Kamal Muara Tahun 2007-2009 No. Karakteristik Banjir Pasang Sampel Rumahtangga (Jumlah) (%) 1. Lama banjir pasang (jam/hari) a. 2 3 5 b. 2 < x 12 55 83 d. > 12 8 12 2. Frekuensi banjir pasang (hari/bulan) a. 7 12 18 b. 7 < x 14 24 36 c. 14 < x 28 30 46 3. Tinggi banjir pasang (cm) a. 15 7 11 b. 15 < x 57 53 80 c. < 57 6 9 Rumahtangga pada umumnya sadar akan resiko tinggal di pesisir pantai terutama di Kamal Muara. Meskipun demikian, karena keterbatasan lahan dan modal, mereka tetap tinggal di kawasan ini. Kondisi lingkungan yang semakin parah (drainase yang tidak baik, sulitnya mendapat air minum, sanitasi yang minim, polusi udara dan lain-lain) masih menjadi hal yang tidak mengganggu rumahtangga untuk tinggal di Kamal Muara. Hal ini terlihat dengan semakin bertambahnya warga pendatang di Kamal Muara (Tabel 2). 5.4. Penyebab Banjir Pasang Menurut Rumahtangga Pesisir di Kamal Muara Sebanyak 41 (62 persen) rumahtangga mengaku bahwa mereka tahu akan penyebab banjir pasang yang terjadi di daerah Kamal Muara. Hal-hal yang dikemukakan oleh rumahtangga sebagai penyebab terjadinya banjir pasang 47

adalah: (1) siklus pasang, (2) buruknya drainase di lingkungan sekitar rumah, (3) reklamasi pantai yang merusak ekosistem mangrove, (4) pembangunan permukiman di sekitar pantai, (5) pendangkalan kali, dan (6) lain-lain. Gambaran mengenai penyebab banjir menurut rumahtangga tercantum dalam Tabel 7. Tabel 7. Penyebab Banjir Pasang Menurut Rumahtangga Pesisir di Kamal Muara Tahun 2007-2009 No. Penyebab Banjir Sampel Rumahtangga (Jumlah) (%) 1. Siklus pasang 15 36 2. Pembangunan permukiman 9 22 3. Buruknya drainase 6 15 4. Reklamasi pantai 4 10 5. Pendangkalan kali 4 10 6. Lain-lain : pengambilan air tanah berlebihan, jebolnya tanggul dan banyaknya sampah 3 7 Subtotal 41 100 Penyebab yang paling banyak menimbulkan banjir menurut rumahtangga adalah siklus pasang. Mereka masih menganggap bahwa banjir pasang hanya bentuk dari kejadian alam yang datang setiap waktu (siklus pasang). Meskipun demikian, tidak sedikit yang telah menyadari bahwa banjir pasang disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Hal ini terlihat dalam Tabel 7, dimana penyebab selain siklus pasang merupakan penyebab banjir yang berasal dari tindakan manusia sendiri (pembangunan permukiman, buruknya drainase dan lain-lain). 48