BAB II LANDASAN TEORI. keberadaan agama dunia dan juga agama lokal yang menghiasi keragaman agama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

BAB XIII GEREJA DI ANTARA PLURALITAS

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERJADINYA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA. A. Pemahaman Masyarakat Tentang Kerukunan

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB V PENUTUP. keseluruhan penulisan skripsi ini yang mengangkat bahasan tentang Pendidikan

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

ISLAM INDONESIA-NUSANTARA Dialektika, Pluralitas Budaya dan Pergumulan Menemukan Jati Diri. Budhy Munawar-Rachman

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

Pentingnya Toleransi Beragama dalam Menjaga Ketahanan dan Persatuan Bangsa 1. Prof. Dr. Musdah Mulia 2

Oleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen Fak. Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau/Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kota Pekanbaru.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Arti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB I PENDAHULUAN. sulit diterima bahkan mustahil diamalkan (resistensi) 4. Dan yang lebih parah,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

Щ6

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

I. PENDAHULUAN. mayoritas dengan penganut minoritas. Penganut atau golongan agama saling

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kemajemukan

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN LATIHAN 5

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

ISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL

Kata Kunci: Pendidikan multikultural, keberagamaan inklusif, dan materi PAI

BAB I PENDAHULUAN. multicultural yang di dalamnya terdapat keberagaman baik dari segi budaya,

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

BAB I PENDAHULUAN. Pera Deniawati, 2014

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERJADINYA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA. A. Pemahaman Masyarakat Tentang Kerukunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA. maka dalam bab ini peneliti kemukakan secara garis besar mengenai

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Agama adalah sarana manusia untuk dekat dengan Tuhan-Nya, Agama. adalah sarana manusia untuk bertutur dengan Tuhan-Nya, Agama pasti

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah

BAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak

MASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

DAFTAR PUSTAKA. Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua;

BAB I PENDAHULUAN. Paham pluralisme agama menjadi salah satu tantangan serius. bagi pemikiran Islam kontemporer. Paham ini pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN. a. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS. A. Penanaman Nilai-nilai Multikultural pada Masyarakat Dusun. masyarakatnya. Masyarakat dusun Mojokerep yang ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

PENERIMAAN PASANGAN BERPACARAN TERHADAP PLURALISME AGAMA DALAM FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

DAFTAR PUSTAKA., Social Movements and Organization Theory. Cambridge University

PERAN GURU PAI DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI SMA NEGERI 1 LANGSA. Skripsi. Diajukan Oleh : SUGIARTI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h

MEMBANGUN RASA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA MELALUI STUDY EXCURSIE

[ Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi] 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan

Ia menilai, pluralisme adalah faham pencampuradukan beberapa ajaran agama sehingga sangat berbahaya terhadap kehidupan beragama di Indonesia.

BAB IV ANALISIS DATA

Transkripsi:

14 BAB II LANDASAN TEORI Indonesia merupakan sebuah negara dengan berbagai macam keragamannya bukan hanya dalam hal budaya namun juga agama sepertihalnya keberadaan agama dunia dan juga agama lokal yang menghiasi keragaman agama di Indonesia. Keberadaan agama-agama tersebut mewarnai keanekaragaman kehidupan berkeyakinan di indonesia. Keanekaragaman ini yang menjadi ciri dari pluralitas bangsa indonesia. Tumbuh suburnya pluralisme di indonesia menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah sebuah ancaman namun lebih dari itu merupakan kekayaan dan juga keindahan. Dalam konteks keindonesiaan diskusi tentang pluralisme menjadi cukup menarik untuk diperdebatkan. Kemajemukan budaya, suku, ras dan agama kerapkali menjadi pemicu perpecahan. Karena ancaman disintegrasi inilah, sikap toleran dan inklusif sangat diperlukan agar antar golongan saling belajar dan memahami bahwa kebenaran bukanlah superioritas dari satu kelompok agama, budaya atau masyarakat tertentu 1. Menurut pengertiannya, kata Pluralisme berasal dari kata plural yang artinya jamak, lebih dari satu (more than one) 2. Dari berbagai kamus, istilah pluralisme dapat disederhanakan ke dalam dua pengertian: Pertama, pengakuan terhadap keragaman kelompok, baik yang bercorak ras, agama, suku, aliran, 1 M. Yunus Nasuha, Pendorong Perdamaian Ataukah Kerusuhan?, dalam Toleransi,Jurnal Dialog Lintas Agama, Vol. 1, N0. 2 (Juli, 2000), 46. 2 A.S Hornby, Oxford Advanced Leaner s Dictionary of Corrent English, (London: Oxford University Press, 1983, Cet. XI), 889.

15 maupun partai dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik di antara kelompok-kelompok tersebut. Kedua, doktrin yang memandang bahwa tidak ada pendapat yang benar atau semua pendapat adalah sama benarnya 3. Dari penjabaran makna ini, pluralisme dalam pengertian awal dapat diartikan sebagai toleransi, dan yang kedua diartikan sebagai relativitas kebenaran yang memandang bahwa tidak ada kebenaran atau semua agama sama benarnya 4. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa inti dari pluralisme adalah semua agama sama. Jika melihat pengertian pluralisme dalam konteks ke-indonesian yang mana terdapat beanekaragam suku dan agama, nilai-nilai pluralitas menjadi tonggak utama dalam menggambarkan kondisi keberagamaan di indonesia. Pluralisme di Indonesia tidak bisa dlepaskan dari tokoh cendekiawan Jaringan Islam Liberal Indonesia, seperti Nurcholis Madjid, yaitu dengan meluncurkan gagasan sekularisme dan ide-ide teologi inklusif-pluralis kemudian disebarkan melalui media seperti Kompas, Koran Tempo, Republika, dan majalah majalah lainnya 5. Salah satu cendekiawan Muslim, seperti Ulil Absar Abdallah juga mengekpresikan hal yang sama seperti Nurcholish Madjid dengan pemikiran 3 The New International Webster s Comprehensive Dictionary of The English Language, (Chicago: Trident Press International, 1996), (pluralism), 972. 4 Khaerurrozikin Ahmad. Problem Sosiologis Pluralisme Agama di Indonesia, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, (Jurnal Kalimah, Vol. 13, No. 1, Maret 2015), 85-102. Islam Liberal Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya. (Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I, Juni, 2002), 4. 5 Adian Husaini, Islam Liberal Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya, (Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I, Juni, 2002), 4.

16 bahwa semua agama sama, semuanya menuju jalan kebenaran, jadi, Islam bukan yang paling benar 6. Budy Munawar Rahman juga menegaskan bahwa pluralisme agama sebagai paham yang menyatakan semua agama mempunyai peluang untuk memperoleh keselamatan pada hari akhirat, dengan kata lain, pluralisme agama mengindikasikan bahwa selain agama Islam, yaitu pemeluk agama lain mempunyai peluang untuk memperoleh keselamatan 7. Perihal gagasan inti terkait dengan pluralisme di indonesia, Abdul Munir Mulkhan juga menambahkan bahwa Jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhan yang satu itu sendiri yang terdiri banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap agama memasuki kamar surganya. Syarat memasuki surga ialah keikhlasan pembebasan manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan, dan ketakutan, tanpa melihat agamanya, inilah jalan universal surga bagi semua agama 8. Dari pemaparan singkat tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa ide tentang pluralisme menjadi sangat krusial dalam menyikapi perbedaan yang ada. Oleh karena itu, kesadaran untuk bisa menghargai perbedaan dinilai menjadi kunci keberhasilan untuk menggambarkan sikap pluralitas pada satu golongan tertentu. 6 Wawancara di Majalah GATRA, 21 april 2016. 7 Budhy Munawar Rachman, Reorientasi Pembaruan Islam: Sekulerisme, Liberalisme dan Pluralisme, Paradigma Baru Islam Indonesia, (Jakarta: LSAF dan Paramadina, Cet. I, 2010), 553. 8 Abdul Munir Mulkhan, Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002), 44.

17 Menyikapi perihal tersebut, penelitian ini memanfaatkan sebuah teori yang digagas oleh salah satu tokoh barat yaitu Diana L. Eck terkait dengan isu-isu pluralisme. Kampanye pluralisme yang digagas oleh Harvard Pluralisme Project pada tahun 2006 ini kemudian memunculkan konsep pluralisme aktif 9. Pluralisme aktif yang dimaksud disini tidak hanya mau menerima perbedaan yang muncul di masyarakat, tetapi juga mendorong semua orang untuk mau merangkul perbedaan yang ada. Untuk lebih memahami apa pemahaman pluralisme aktif, Diana L. Eck menjelaskan lima poin tentang hal tersebut. Pertama, pluralisme bukan hanya sekedar mengakui adanya keragaman dan kemajemukan akan tetapi pluralisme terlibat secara aktif dalam keragaman yang ada 10. Aktif yang dimaksud di sini adalah bahwa tiap pemeluk agama dituntut bukan hanya untuk mengakui keberadaan hak agama lain, tetapi juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan itu. Sehingga terciptanya masyarakat yang rukun dalam kebhinekaan dapat terwujud 11. Meskipun terkadang keragaman dan pluralisme ini diartikan sama, akan tetapi di antara keduanya memiliki perbedaan. Keragaman adalah sebuah fakta bahwa kita mengetahui adanya beragam budaya, agama dan lain sebagainya di dunia ini. Sedangkan pluralisme, mendorong seseorang untuk ikut serta dalam keragaman itu sendiri 12. 9 Bhiku Parekh, http://www.uvh.nl/kosmopolisinstitute/pluralism/what-is-pluralism/ What is Pluralism? 10 Diana L. Eck, Is Our God Listening?, Exclusivism, Inclusivism and Pluralism (Burlington: Ashgate Publishing Company, 2005), 41. 11 Ali Usman, Menegakkan Pluralisme: Fundamentalisme-Konservatif di Tubuh Muhammadiyah (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 57-58. 12 Ibid, 58.

18 Kedua, pluralisme bukan sekedar toleransi 13. Pluralisme lebih dari sekedar toleransi dengan usaha aktif untuk memahami orang lain 14. Toleransi terlalu rapuh untuk dunia yang memiliki berbagai macam perbedaan agama didalamnya 15. Meskipun toleransi merupakan sebuah langkah yang lebih baik ke depan dari pada intoleransi, toleransi dapat menciptakan benteng untuk menahan diri, tetapi tidak untuk memahami. Dan toleransi tidak mengharuskan kita untuk mengetahui segala hal tentang orang lain. Diana L. Eck menganalogikan seperti ketika kita memiliki tetangga yang beragama Kristen. Maka kita hanya bisa menoleransi mereka, dan kita tidak perlu mengetahui apa yang mereka katakan ketika saat di Gereja, harapan, dan doa-doa mereka, apa makna dari sebuah nyanyian-nyanyian yang setiap minggu terdengar dari Gereja dan lain sebagainya. Untuk sebuah masyarakat mayoritas toleransi hanya ungkapan lain dari hak istimewa 16. Ketiga, pluralisme bukan sekedar relativisme yang sederhana melainkan mengharapkan komitmen yang nyata 17. Meskipun memiliki konsep yang hampir sama dengan relativisme, pluralisme mempunyai cakupan yang lebih luas. Diana L.Eck menjelaskan bahwa, relatitivisme mengakui kebenaran semua agama (keterbukaan) tanpa adanya komitmen dan tindakan yang nyata. Sedangkan, pluralisme memberi keterbukaan dan memiliki komitmen yang nyata 18. 13 Diana L. Eck, Is Our God Listening?, Exclusivism, Inclusivism and Pluralism (Burlington: Ashgate Publishing Company, 2005), 42. 14 Diana L. Eck, Frontiers of Faith: Religious Pluralism and Our Common Future Stendahl Memorial Lecture, (Stockholm, 2012), 16. 15 Ibid. 16 Diana L. Eck, Is Our God Listening?, Exclusivism, Inclusivism and Pluralism, 42. 17 Diana L. Eck, http:// pluralisme.org/ 2006 The Pluralism Project (Rabu, 20 april 2016). 18 Diana L. Eck, Is Our God Listening?, Exclusivism, Inclusivism and Pluralism (Burlington: Ashgate Publishing Company, 2005), 43-44.

19 Komitmen ditunjukkan dengan suatu reaksi dari pengakuan atas keterbukaan, berupa aksi nyata di masyarakat seperti advokasi, dialog agama dan sebagainya. Keempat, pluralisme bukan sinkretisme, tetapi pluralisme merupakan penghormatan terhadap perbedaan 19. Sinkretisme sendiri adalah pencampuran antara dua agama ataupun budaya sehingga menjadikan atau menciptakan agama yang baru. Sedangkan pluralisme sendiri bukan bertujuan menyatukan beberapa agama untuk menciptakan agama baru. Tetapi pluralisme mengajarkan bahwa setiap agama memiliki tujuan yang sama, karena hakikat setiap agama memiliki tujuan yang sama. Meskipun pluralisme mengakui akan adanya kesamaan dalam tujuan setiap agama, bukan berarti pluralisme ingin menciptakan suatu agama baru yang dimana semua agama akan menjadi satu didalamnya. Diana L. Eck berpendapat bahwa pluralisme mengikat realitas perbedaan sebagai titik awal. Ia tidak bermaksud untuk melenyapkan atau menghapus perbedaan, karena tantangan dari pluralisme bukan untuk itu. Melainkan pluralisme untuk menemukan bagaimana cara-cara untuk hidup dengan rukun dan damai dalam banyaknya perdebatan dan perbedaan yang ada 20. Jadi sekali lagi, pluralisme bukan untuk menyatukan perbedaan agar menjadi suatu yang baru, dan juga bukan untuk menghapus perbedaan yang ada. Dikutip dari Ali Usman, Diana L. Eck mengatakan bahwa hidup bersama dalam sebuah masyarakat yang penuh semangat, bukan hanya sekedar hidup 19 Ibid., 45. 20 Diana L. Eck, Prospect for Pluralism: Voice and Vision in the Study of Religion, Journal of the American Academy of Religion, (2006), 3.

20 berdampingan tanpa memedulikan yang lain. Karenanya, pluralisme menuntut adanya ikatan, kerja sama, dan kerja yang nyata. Ikatan komitmen yang paling dalam, perbedaan yang paling mendasar dalam menciptakan masyarakat secara bersama-sama menjadi unsur utama dari pluralisme 21. Karena itulah, pluralisme sebagai desain Tuhan (God Design) yang harus diamalkan berupa sikap dan tindakan yang menjunjung tinggi pluralisme. Kelima, pluralisme didasarkan pada dialog antar agama 22. Pluralisme adalah dialog dan pertemuan, member serta menerima kritik dan saran yang ada 23. Dialog yang dimaksud di sini adalah, bukan dalam ranah dialog yang memaksakan kebenaran bersama. Dialog di sini bukan menekankan untuk menghasilkan kesepakatan akan tetapi untuk menghasilkan sebuah hubungan yang nyata dan bahkan sebuah ikatan persahabatan yang didasarkan pada saling pengertian dan bukan kesepakatan 24. Dialog bukan hanya sekedar pertemuan antara beberapa pihak kemudian melakukan percakapan ataupun diskusi, akan tetapi sebuah interaksi. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pluralisme adalah ibarat sebuah satu kesatuan, seperti sebuah keluarga, dimana ada ayah, ibu, anak (adik dan kakak). Di dalam keluarga ada anggota yang berbeda-beda akan tetapi mereka 21 Ali Usman, Menegakkan Pluralisme: Fundamentalisme-Konservatif di Tubuh Muhammadiyah ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 58-59. 22 Diana L. Eck, Is Our God Listening?, Exclusivism, Inclusivism and Pluralism (Burlington: Ashgate Publishing Company, 2005), 46. 23 Diana L. Eck, Frontiers of Faith: Religious Pluralism and Our Common Future Stendhal Memorial Lecture, (Stockholm: 2012), 16. 24 Diana L. Eck, Is Our God Listening?, Exclusivism, Inclusivism and Pluralism (Burlington: Ashgate Publishing Company, 2005), 46.

21 dituntut untuk tidak hanya menyadari perbedaan itu, akan tetapi mereka harus mengerti dan memahami secara aktif bagaimana peran seorang ayah dan bagaimana peran seorang ibu, sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman ataupun konflik dalam keluarga. Hubungan tersebut disempurnakan dengan sebuah dialog yang semakin mempererat hubungan kekeluargaan. Itulah pluralisme menurut Diana L. Eck yakni satu kesatuan yang di antara kelima poin yang sudah disebutkan di atas tidak bisa dipisahkan karena dalam penjelasan Diana L. Eck pluralisme tidak bisa langsung didefinisikan, melainkan pluralisme menurut Diana L. Eck adalah lebih dari segalanya. Penelitian ini menggunakan lima poin penting dari teori Diana L. Eck di atas untuk mengukur suatu lembaga bisa dikatakan memiliki sikap pluralisme ataupun tidak. Selain itu, teori tersebut bermanfaat untuk mengetahui bagaimana implementasi pluralisme dalam kehidupan sehari-hari. Realita dari sebuah pengakuan kemajemukan merupakan pengertian dari pluralisme. Pluralisme menciptakan atmosfir untuk membuka kesadaran akan realitas yang ada dalam hal pengenalan keragaman dalam segala aspek kehidupan sepertihalnya agama, sosial, budaya, sistem politik, etnisitas, tradisi lokal dan lain sebagainya. Pluralisme dimaksudkan untuk mencipatakan kesepahaman dan juga toleransi dengan tujuan membentuk masyarakat plural yang produktif dimana ada kenyamanan, ketentraman, keadilan dan kemerdekaan yang setara. Pada akhirnya proses pengaplikasian pluralisme memberikan dampak yang secara tidak langsung menciptakan suatu tatanan masyarakat yang kokoh dalam kerukunan.