TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedelai adalah tanaman tahunan yang termasuk dalam famili leguminosae. Kedelai memiliki tinggi yang bervariasi mulai dari 30-150 cm (1-5 kaki). Sistem perakaran kedelai dapat menembus tanah pada kedalaman 150 cm (5 kaki), terutama pada tanah yang subur. Perakaran tanaman kedelai mempunyai kemampuan membentuk bintil-bintil (nodula-nodula) akar. Bintil akar ini biasanya akan terbentuk 15-20 hari setelah tanam (Hartman et al., 1981). Tanaman kedelai termasuk berbatang semak yang dapat mencapai ketinggian antara 30-100 cm. Batang ini beruas-ruas dan memiliki percabangan antara 3-6 cabang. Jumlah cabang tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah biji yang diproduksi. Artinya, walaupun jumlah cabang banyak, belum tentu produksi kedelai juga banyak (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Daunnya berselang-seling, beranak daun tiga, licin atau berbulu; tangkai daun panjang, terutama untuk daun-daun yang berada di bagian bawah; anak daun bundar telur sampai bentuk lanset, (3-10) cm x (2-6) cm, pinggirannya rata, pangkalnya membulat, ujungnya lancip sampai tumpul (Purseglove, 1982). Perbungaannya berbentuk tandan-aksilar atau terminal, berisi 3-30 kuntum bunga; bunganya kecil, berbentuk kupu-kupu, lembayung atau putih; daun kelopaknya berbentuk tabung, dengan dua cuping atas dan tiga cuping bawah yang berlainan, tidak rontok; lunasnya lebih pendek daripada sayapnya, tidak menyatu di sepanjang kampuh (sutur)-nya; benang sarinya 10 helai, dua tukal; tangkai putiknya melengkung, berisi kepala putik yang berbentuk bonggol (Van der Maesen and Somaatmadja, 1993).
Polongnya agak bengkok dan biasanya pipih, (3-15) cm x 1 cm, mudah pecah, lazimnya berisi (2-3) tetapi dapat (1-5) butir biji; bijinya umumnya bundar. Menurut Splittstoesser (1984) menyatakan sebagian besar biji kedelai berwarna kuning, hijau, coklat atau hitam, atau berbintik (blotched) dan lurik (mottled), dengan kombinasi warna-warna tersebut di atas; hilumnya kecil; kotiledon berwarna kuning atau hijau, biasanya dahulu, ukurannya sangat bervariasi. Berat 100 biji berkisar antara 5-40 g, tetapi sebagian besar berat bijinya 10-20 gr (Purseglove, 1982). Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20-25 0 C. Suhu 12 20 0 C adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30 0 C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 0 C, akan tetapi suhu optimum bagi
pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 0 C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 0 C (Prihatman, 2000). Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi kedelai. Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai. Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup (Prihatman, 2000). Tanaman ini pada umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik. Tanaman ini peka terhadap kondisi salin Toleransi ph yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8 7, namun pada tanah dengan ph 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Dengan menambah kapur 2 4 ton per ha, pada umumnya hasil panen dapat di tingkatkan (Rukmana dan Yuniarsih, 2002). Ultisol adalah tanah yang berwarna kuning dengan reaksi yang agak masam sampai masam, ph dibawah 6, memiliki kandungan liat yang agak tinggi. Karena bersifat asam, tanah ultisol memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Selain itu tanah ultisol juga memiliki tingkat stabilitas agregat yang rendah
sehingga sensitif terhadap erosi. Meskipun demikian tanah ultisol dapat menjadi produktif apa bila ditambah kapur, bahan organik, pemupukan dan pengolahan tertentu (Hanafiah, 2005). Kompos Azolla Telah disadari bahwa usaha pertanian intensif pada suatu lahan menguras persediaan unsur hara dalam tanah baik makro maupun mikro. Kehilangan ini disebabkan oleh meningkatnya dekomposisi bahan organik dalam tanah dan terangkutnya unsur-unsur tersebut dalam hasil panen, sementara itu tidak ada masukan-masukan bahan organik baru. Masukan bahan organik kedalam tanah (pupuk organik) selain memasok berbagai macam hara tanah juga berdaya membenahi sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Kadar dan kualitas bahan organik didalam tanah sangat menentukan kecocokan alami untuk pertanaman, sehingga harkatnya perlu dipertahankam pada kisaran tertentu dengan pasokan bahan organik (Ngadiman, dkk, 1992). Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit (Isroi, 2007).
Pupuk organik merupakan pupuk yang dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengn jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dalam pemberian pupuk untuk tanaman beberapa hal yang harus diingat, yaitu ada tidaknya pengaruh terhadap perkembengan sifat fisik tanah (sifat fisik, kimia, maupun biologi) yang merugikan serta tidak adanya gangguan keseimbangan unsur hara dalam tanah yang berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara tertentu oleh tanaman. Secara kualitatif, kandungan unsur hara dalam pupuk anorganik tidak dapat lebih unggul dari pada pupuk organik. Namun penggunaan pupuk organik secara terus menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas tanah menjadi lebih baik, dibandingkan denagn pupuk anorganik (Musnamar, 2007). Pengomposan dimaksudkan untuk menurunkan kadar karbon terhadap nitrogen atau sering disebut C/N ratio. Kompos yang bahan dasarnya masih mentah atau kadar C/N-nya masih tinggi tidak baik bagi tanaman dan tanah. Sisa tanaman atau sisa rumah tangga yang belum dikomposkan bila diberikan langsung ke dalam tanah akan terjadi proses pengomposan dalam tanah (Marsono dan Sigit, 2001). Azolla adalah jenis tumbuhan paku air yang mengapung banyak terdapat di perairan yang tergenang terutama di sawah-sawah dan di kolam, mempunyai permukaan daun yang lunak mudah berkembang dengan cepat dan hidup bersimbosis dengan Anabaena azollae yang dapat memfiksasi Nitrogen (N 2 ) dari udara. Hasil penelitian Setyono menunjukkan bahwa peningkatan jumlah azolla, P dan Mo mengakibatkan peningkatan pertumbuhan tanaman dan bobot kering padi (Tyasmoro, 2006).
Azolla sangat berguna sebagai pupuk organik dalam produksi tanaman, khususnya pada tanaman padi di daerah tropis dataran rendah Asia Tenggara. Azolla bersimbiosis dengan anabaena azollae. Simbiosis ini menyebabkan azolla dapat menambat nitrogen dari atmosfer. Dan selanjutkan dapat digunakan sebagai pupuk organik (kompos) (http//www.kehati.or.id, 2009). Hal itu dimungkinkan, karena pada penebaran pertama 1/4 bagian unsur yang dikandung azolla langsung dimanfaatkan oleh tanah. Seperempat bagian ini, setara dengan 65 Kg pupuk Urea. Pada musim tanam ke-2 dan ke-3, azolla mensubstitusikan 1/4-1/3 dosis pemupukan.dibanding pupuk buatan, azolla memang lebih ramah lingkungan (http//1bp.blogspot.com, 2008) Waktu Aplikasi Kompos Azolla Kebutuhan tanaman akan bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan dan perkembangannya (terutama dalam hal penyerapan) adalah tidak sama, membutuhkan waktu yang berbeda dan tidak sama banyaknya. Selama pertumbuhan dan perkembangannya (sejak kecambah hingga mati tanaman tersebut) terdapat berbagai proses pertumbuhan yang intensitasnya berbeda. Sesuai dengan dengan kegiatan kepentingan berbagai proses fisiologis tumbuhan, tanaman memerlukan unsur hara yang cukup. Berdasarkan kegiatan tanaman tersebut perlu dilakukan pemupukan (pemberian unsur hara) yang saesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian pemupukan tak boleh dilakukan sembarang waktu, harus diperhatikan waktu yang dibituhkan (Sutedjo, 2002). Pada masa pertumbuhannya, tanaman muda memerlukan nutrisi yang tepat untuk mendukung pertumbuhan vegetatifnya, baik batang, cabang, maupun daun. Pada masa tersebut, tanaman sedang membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman
yang kuat dan sehat. Salah satu yang dibutuhkan oleh tanaman untuk membangun tubuhnya adalah protein. Mengingat protein dibentuk dari unsur Nitrogen, maka tanaman pun banyak memerlukan unsur Nitrogen pada masa vegetatifnya. Itulah sebabnya tanaman membutuhkan pupuk Nitrogen atau pupuk yang berkadar N yang tinggi (Redaksi Agromedia, 2007) Kandungan hara yang menonjol dalam azolla adalah Nitrogen (3-5%). Mineralisasi hara Nitrogen sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan vegetatif. Hara Nitrogen sangat diperlukan tanaman untuk mensitesis asam amino dan asam nukleat sebagai senyawa essensial untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Ngadiman dkk, 1992). Hasil penelitian oleh IRRI yaitu dengan menggunakan Azolla sebagai pupuk hijau pada tanaman padi, pembenaman selama 7-15 hari sebelum tanam menghasilkan Nitrogen yang segera tersedia sehingga mempercepat pertumbuhan bibit padi, setelah 2 minggu, kurang lebih 40% Nitrogen tersedia dalam tanah. Diperlukan waktu hampir 8 minggu untuk melepaskan sebanyak 75% Nitrogen (Sutanto, 2002)