BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan yang bersifat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan masalah global yang sering dihadapi di dunia baik di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan dorongan atau motivasi kepada pasien untuk menjalin ikatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan bermutu serta berorientasi pada kepuasan pasien. (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, yang mampu mewujudkan kesehatan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis (UU No. 36 Tahun 2009). Maka kesehatan merupakan kebutuhan dasar. manusia untuk dapat hidup layak dan produktif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang diukur berdasarkan persyaratan-persyaratan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam prakteknya rumah sakit digunakan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia kesehatan. Sumber daya manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fasilitas kesehatan telah mengalami pergeseran paradigma, dari

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan unit organisasi fungsional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat.penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk masyarakat ditingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Pemerintah melalui Jaminan Kesehatan Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB I PENDAHULUAN. bidang termasuk bidang Kesehatan yang semakin ketat. Untuk. mempertahankan eksistensinya, setiap organisasi pelayanan Kesehatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Peran utama pemerintah terhadap rakyat adalah memberikan. pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah kondisi yang terus

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang didukung kemampuan dan mental yang sehat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, dan harapannya dapat dipenuhi melalui jasa atau produk yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi jaminan kesehatan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Baros Kota Sukabumi. Rosliana Dewi

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang sering terlupakan namun sebenarnya sangatlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkena dampak produk atau proses, berupa barang ataupun. dipuaskan. Jenis-jenis pelanggan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produktivitas perusahaan. Dengan memberikan pelayanan kesehatan sebaik mungkin

BAB I PENDAHULUAN. internasional memasuki pasar pelayanan medis di Indonesia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan sebenarnya telah dirintis sejak lama. Hal ini dapat dilihat

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Trisno (2008) dengan judul pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 78-83

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari (Noor, 2001). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan kesehatan di Indonesia, bertanggung jawab untuk

MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK RACHMAT HIDAYAT, MPA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNIVERSITAS JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PENGUKURAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN PUSKESMAS DENGAN METODE SERVQUAL (STUDI KASUS: PUSKESMAS NGAGEL REJO SURABAYA)

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kebutuhan primer saja yang meliputi sandang, pangan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup semua aspek promotif,

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan gigi dan mulut di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan yang bersifat pemeliharaan, peningkatan, dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut masih kurang (Kemenkes RI, 2012). Riskesdas tahun 2013 menyatakan sebanyak 25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut. Effective Medical Demand (EMD) di Indonesia adalah 8,1%. EMD tersebut menggambarkan keterjangkauan atau kemampuan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mulut dan gigi (Kemenkes RI, 2013). Provinsi Sumatera Barat sendiri memiliki EMD 7,8%. Salah satu resolusi yang dikemukakan dalam The Sixteth World Health Assembly (WHA-60) tahun 2007 adalah mengupayakan agar kesehatan gigi dan mulut terintegrasi kedalam kerangka Primary Health Care (Kemenkes RI, 2012). Dalam sistem pelayanan kesehatan nasional pemerintah telah mengadopsi pendekatan Pelayanan Kesehatan Dasar ( Primary Health Care/PHC) di Puskesmas (Kemenkes RI, 2012). Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kemenkes RI, 2004). Sebagai salah satu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Puskesmas merupakan gerbang utama dalam mengakses pelayanan kesehatan. Dalam implementasinya terdapat empat pilar pelayanan yang difokuskan yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Prinsip 1

2 pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada Puskesmas meliputi kontak pertama, layanan yang bersifat pribadi ( personal care), pelayanan paripurna (comprehensive), paradigma sehat, pelayanan yang berkesinambungan (continous care), koordinasi dan kolaborasi, serta family and community oriented (BPJS Kesehatan, 2014). Puskesmas dalam rangka mendukung terwujudnya Kecamatan Sehat bertugas melaksanakan kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu misi puskesmas adalah memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat (Kemenkes RI, 2004). Carman tahun 2000 mengemukakan bahwa mutu pelayanan kesehatan terdiri dari kualitas teknis dan kualitas fungsional. Kualitas teknis diukur dari ketepatan diagnosis dan prosedur medis. Kualitas fungsional dilihat dari pelayanan yang diberikan kepada pasien. Kualitas tersebut diukur berdasarkan persepsi pasien ketika menerima pelayanan. Hamidi (1998) menyatakan untuk meyakinkan bahwa suatu pelayanan kesehatan telah efektif pengukuran tidak hanya dilihat dari sudut pandang ahli, namun dari sudut pandang pasien juga perlu dipertimbangkan (Nekoei dan Amieresmaili, 2011). Sikap masyarakat yang semakin kritis dan jeli terhadap pelayanan kesehatan juga menuntut

3 penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan sehingga bisa meningkatkan kepuasan pasien (Priyoto, 2014). Kepuasan pasien merupakan perbedaan antara harapan pasien dengan dengan kenyataan yang diterima oleh pasien ketika mendapatkan pelayanan kesehatan (Priyoto, 2014). Kepuasan tersebut dapat diukur dengan membandingkan harapan dan persepsi terhadap pelayanan (Nekoei dan Amiresmaili, 2011). Kotler menyatakan bahwa kepuasan akan muncul jika kesan terhadap kinerja pelayanan memenuhi atau melebihi harapan pelanggan (Kotler dan Lane, 2008). Menurut Pohan (2006) kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari mutu pelayanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Pasien yang merasa puas akan pelayanan yang didapatkan akan memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut kembali (Ellya dan Dian, 2008). Penelitian Sembel dkk di Poli Gigi Puskesmas Bahu Manado tahun 2014 menyatakan 85,32% pasien sangat puas terhadap pelayanan yang diberikan. Kepuasan paling tinggi adalah unsur profesionalisme dari dokter gigi saat memberikan pelayanan (Sembel dkk, 2014). Sodik dan Dewanto dalam penelitiannya di Poli Gigi Puskesmas Umbulharjo II menunjukkan 82% pasien BPJS dan 78% pasien non BPJS menyatakan puas terhadap pelayanan yang diberikan di poli gigi puskesmas tersebut (Sodik dan Dewanto, 2016). Penelitian pada Puskesmas Paniki Bawah di Manado tahun 2015 pasien pengguna BPJS yang memiliki persepsi baik terdapat 51,3% yang mau memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Akses layanan dan persepsi terhadap tindakan petugas

4 berpengaruh terhadap minat pasien untuk memanfaatkan pelayanan (Rumengan dkk, 2015). Parasuraman, Zeithaml, dan Berry tahun 1988 menyebutkan kualitas jasa pelayanan dapat diukur melalui metode SERVQUAL. Metode ini menggunakan salah satu model kuesioner yang paling baik dan paling banyak digunakan. Untuk mengukur kualitas jasa, metode SERVQUAL memiliki lima dimensi utama yaitu tangibles (bukti fisik), reliability (kehandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), dan emphaty (empati) (Aghamolaei dkk, 2014). Pengukuran kualitas jasa didasarkan pada skala multi-item untuk mengukur persepsi dan harapan pengguna jasa serta gap antara keduanya (Tjiptono dan Chandra, 2005). Nekoei dan Amiresmaili dalam penelitiannya tahun 2008 menggunakan motode SERVQUAL terhadap tiga Rumah Sakit Pendidikan di Iran yaitu Rumah Sakit Shahid Bahonar, Shafa, dan Afzalipoor. Hasil penelitian menunjukkan pelayanan yang didapat belum memenuhi harapan pasien. Perbedaan tertinggi terdapat pada dimensi bukti fisik (Nekoei dan Amiresmaili, 2011). Papanikolaou dan Zygiaris melakukan penelitian di Primary Health Care Centre of IKA yang terletak di area urban yang padat di Attica pada tahun 2009. Hasil penelitian menggunakan metode SERVQUAL menyatakan harapan pasien lebih tinggi dibanding persepsi terhadap pelayanan yang diterima. Perbedaan tertinggi terdapat pada dimensi empati, hal ini disebabkan oleh petugas kesehatan memiliki waktu yang sempit untuk menunjukkan perhatian dan simpati kepada pasien (Papanikolaou dan Zygiaris, 2011).

5 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan mutu pelayanan dengan kepuasan pasien poli gigi puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi. Guguk Panjang merupakan kecamatan dengan penduduk terpadat yang terletak di Kota Bukittinggi (Dinkes Kota Bukittinggi, 2015). Terdapat dua puskesmas di kecamatan ini yaitu Puskesmas Rasimah Ahmad dan Puskesmas Guguk Panjang. Jumlah kunjungan ke poli gigi Puskesmas Rasimah Ahmad mengalami penurunan dari 2.221 kunjungan pada tahun 2015 menjadi 1.802 pada tahun 2016, dan jumlah kunjungan ke poli gigi Puskesmas Guguk Panjang mengalami kenaikan dari 2.122 pada tahun 2015 menjadi 2.223 kunjungan pada tahun 2016. Wawancara dan pengamatan dilakukan oleh peneliti Februari 2017 pada 10 pasien yang pernah berkunjung ke poli gigi Puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dimensi kehandalan dan empati lebih penting dari dimensi fisik bagi pasien. Sebanyak 3 dari 5 pasien yang pernah berkunjung ke Puskesmas Rasimah Ahmad mengeluhkan pelayanan kurang memuaskan. Pasien memilih untuk berobat ke praktek dokter gigi karena perawatan yang dirasakan tidak mengatasi keluhan. Sebanyak 3 dari 5 pasien yang berkunjung ke Puskesmas Guguk Panjang juga menyatakan kurang puas terhadap pelayanan. Pasien mengeluhkan jadwal tutup loket, ruang tunggu yang kurang memadai disaat pasien ramai, keramahan petugas administrasi, dan alat tambal yang rusak sehingga harus di rujuk ke rumah sakit.

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah yaitu adakah hubungan dimensi mutu pelayanan dengan kepuasan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui hubungan dimensi mutu pelayanan dengan kepuasan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui tingkat kepuasan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang. 2. Mengetahui hubungan dimensi bukti fisik (tangibles) dengan kepuasan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang. 3. Mengetahui hubungan dimensi keandalan (reliability) dengan kepuasan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang. 4. Mengetahui hubungan dimensi daya tanggap (responsiveness) dengan kepuasan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang. 5. Mengetahui hubungan dimensi jaminan (assurance) dengan kepuasan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang. 6. Mengetahui hubungan dimensi empati (emphaty) dengan kepuasan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang.

7 7. Mengetahui hubungan dimensi mutu pelayanan dengan kepuasan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan dengan kepuasan pasien Poli Gigi Puskesmas. 2. Bagi Puskesmas, penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan serta masukan dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan gigi dan mulut di poli gigi. 3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan untuk pertimbangan penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah hubungan dimensi mutu pelayanan dengan kepuasan pasien poli gigi Puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang. Variabel independen adalah dimensi mutu pelayanan kesehatan yaitu bukti fisik, kehandalan, ketanggapan, jaminan, dan empati. Variabel dependen adalah kepuasan pasien poli gigi puskesmas di Kecamatan Guguk Panjang.