ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (STUDI KASUS PADA PT. ANGGADA KARSA UTAMA) PERIODE TAHUN 2014 s/d 2015 E-Jurnal Dibuat Oleh: Muhamad Idrus 022112269 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR JULI 2017
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILA (STUDI KASUS PADA PT. ANGGADA KARSA UTAMA) PERIODE TAHUN 2014 s/d 2015 Muhamad Idrus, Dr. Arief Tri Hardiyanto, Ellyn Octavianty, SE., MM Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan ABSTRAK Pajak merupakan sektor yang sangat penting bagi sumber penerimaan negara, dalam pos penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sumbangan pajak memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan sumber penerimaan lain (non pajak). Penerimaan pajak yang kurang maksimal dikhawatirkan menyebabkan pemerintahan mengalami kesulitan untuk membiayai seluruh pengeluaran negara, pengeluaran negara yang dibiayai dari pajak yakni berhubungan dengan pembangunan atau penyediaan fasilitas-fasilitas umum berupa jalan, jembatan, rumah sakit dan lain sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis perhitungan dan pelaporan pajak pertambahan nilai (PPN) pada PT. Anggada Karsa Utama periode Tahun 2014 s/d 2015. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data laporan pajak yang dimiliki oleh perusahaan yaitu laporan perhitungan dan pelaporan pajak tahun 2014 s/d 2015. Kata Kunci : Analisis Perthitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sektor yang sangat penting bagi sumber penerimaan negara, dalam pos penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sumbangan pajak memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan sumber penerimaan lain (non pajak). Penerimaan pajak yang kurang maksimal dikhawatirkan menyebabkan pemerintahan mengalami kesulitan untuk membiayai seluruh pengeluaran negara, pengeluaran negara yang dibiayai dari pajak yakni berhubungan dengan pembangunan atau penyediaan fasilitas- fasilitas umum berupa jalan, jembatan, rumah sakit dan lain sebagainya. Salah satu jenis pajak yang merupakan sumber penerimaan negara yakni berasal dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang menggantikan Pajak Penjualan (PPn) sejak 1 April 1985 yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Sistem pemungutan pajak yang bersifat withholding system yang diterapkan pada sistem PPN yang dianut di Indonesia yaitu sistem yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Pajak masukan merupakan PPN yang seharusnya sudah dibayar Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah perdagangan (pabean) atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak JKP) dari luar negeri pabean. Pajak keluaran adalah PPN yang terutang yang wajib dipungut oleh Pengusahan Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) atau ekspor barang kena jasa. Pengenaan PPN dilaksanakan berdasarkan sistem faktur, sehingga atas penyerahan barang atau penyerahan jasa wajib dibuat faktur pajak sebagai bukti transaksi penyerahan barang/jasa. Hal ini ini merupakan ciri khas dari PPN karena faktur pajak merupakan pungutan pajak bagi pengusaha yang dipungut pajak dapat dikreditkan dengan jumlah pajak yang terutang. Berikut data pajak pertambahan nilai PT. Anggada Karsa Utama selama 5 tahun terakhir dapat dilihat tabel 1. Tabel 1. Daftar Pajak Pertambahan Nilai Selama 5 Tahun Terakhir Sumber : PT. Anggada Karsa Utama Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat Dasar Pengenaan Pajak pada tahun 2011 sebesar Rp. 2.472.170.000,- dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp. 247.217.000,- kemudian pada tahun 2012. Dasar Pengenaan Pajaknya sebesar Rp. 6.625.479.200,- dan Pajak Pertambahan Nilainya sebesar Rp. 602.316.29, - mengalami peningkatan sebesar 60%. Pada tahun 2013 Dasar Pengenaan Pajaknya sebesar Rp. 4.033.311.936,- dan Pajak Pertambahan Nilainya sebesar Rp. 403.331.194,- menagalami penurunan sebesar 40% dan di tahun 2014 Dasar Pengenaan Pajaknya sebesar Rp. 2.560.339.598,- dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp. 256.033.960,- mengalami penurunan sebesar 26% dan pada tahun 2015 Dasar Pengenaan Pajaknya sebesar Rp. 3.169.849.892,- dan Pajak Pertambahan Nilainya sebesar Rp. 316.987.989,- mengalami peningkatan 32%. Permasalahan yang peneliti temukan di lapangan melalui wawancara pada PT. Anggada Karsa Utama dari bagian pajak yakni terjadinya kesalahan dalam menentukan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dibayar. Pada saat terjadinya transaksi bersama pemberi kerja dari perusahaan maka perusahaan telah melakukan pencatatan pada kas dan kredit penjualan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) keluaran,
perusahaan telah memungut pajak keluaran yakni untuk disetorkan ke kas negara, dan pemberi pekerjaan telah mendapatkan faktur pajak dari perusahaan PT. Anggada Karsa Utama sebagai bukti dari telah dipungutnya PPN, akan tetapi pada akhir bulan yang sama setelah disetorkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) oleh perusahaan pemberi pekerjaan memutuskan untuk membatalkan pekerjaan yang diakibatkan karena tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jadi perusahaan mengembalikan uang kepada pemberi pekerjaan dan menerbitkan retur pajak. Sehingga dari transkasi pembatalan diatas perusahaan mengalami kerugiaan pada saat membayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang disebabkan oleh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) keluaran lebih besar dari pada Pajak Pertambahan Nilai (PPN) masukan selisih dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut mengakibatkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) kurang bayar yang harus disetorkan ke kas negara oleh perusahaan. Kejadian tersebut terjadi pada tahun 2015 dan masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN), sehingga menyebabkan perusahaan menjadi rugi pada saat pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN), hal ini dikarenakan perusahaan harus mengeluarkan kembali biaya pajak sebesar Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhutang (kurang bayar) tersebut. Sebagai acuan dari penelitian yang akan dilakukan, mengacu pada penelitian sebelumnya antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Arismawaty Fransiska Simarmata, (2010) dengan judul Analisis Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Masaji Tatanan Container. Berdasarkan ketentuan tersebut, Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa PT. Masaji Tatanan Container telah melaksanakan kewajibannya dalam hal perhitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai selama satu tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Ayuningtyas Tria Hapsari, (2010) dengan judul Anlisis Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) Terhadap Daya Beli Konsumen Pada Barang Elektronika. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa, hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel PPN berpengaruh positif signifikan terhadap daya beli. Penelitian yang dilakukan oleh Christina (2009) dengan judul Penerapan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Neraca Pada CV. Kamdatu Palembang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa CV. Kamdatu belum menerapkan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, hal ini bisa dilihat dari tidak adanya penjurnalan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dalam setiap transaksi keuangan perusahaan yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai, sehingga tidak muncul akun Pajak Masukan dan Pajak Keluaran, perusahaan hanya mencatat secara sederhana dengan merekap setiap faktur pajak baik faktur pajak masukan yang diterima saat pembelian Barang Kena Pajak, maupun faktur pajak keluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan saat penjualan Barang Kena Pajak. Berdasarkan pertimbangan dan uraian diatas, maka peneliti mencoba membahas lebih lanjut mengenai perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) keluaran yang dilakukan oleh wajib pajak. Mengingat pentingnya pembiayaan pembangunan dengan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), maka dalam penyusunan penelitian penulis mengambil judul Analisis Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (Studi kasus pada PT. Anggada Karsa Utama Periode Tahun 2014 s/d 2015). Identifikasi dan Perumusan Masalah Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalahmasalah yang dapat diidentifikasikan yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana Analisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada PT. Anggada Karsa Utama periode Tahun 2014 s/d 2015?
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan masalah apakah perhitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada PT. Anggada Karsa Utama telah sesuai dengan UU No.42 tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian Adapun yang menjadi maksud untuk melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman perhitungan dan pelaporan pajak terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada PT. Anggada Karsa Utama periode Tahun 2014 s/d 2015. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan yang dilaksanakan tentu mempunyai tujuan tertentu, dimana tujuan tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan sehingga menuju sasaran yang diinginkan. Secara umum tujuan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Analisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada PT. Anggada Karsa Utama periode Tahun 2014 s/d 2015? Kegunaan Penelitian Kegunaan, yang ingin diperoleh dari penelitian ini ditujukan bagi : 1. Penulis a. Secara akademik untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai kelulusan Program Studi Akuntansi S1 pada Fakutas Ekonomi Universitas Pakuan b. Melalui penelitian ini diharapakan dapat menambah pengalaman dan menambah wawasan mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN). c. Sebagai sarana untuk memperdalam kreativitas dan keterampilan mahasiswa berkaitan dengan mata kuliah perpajakan. 2. Bagi perusahaan PT. Anggada Karsa Utama Sebagai bahan pertimbangan atau masukan atas praktek yang telah dilaksanakan selama ini dengan teoriteori dan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada khususnya mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 3. Pengelola Lembaga Pendidikan Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di perguruan tinggi, terutama yang berkaitan dengan perpajakan. TINJAUAN PUSTAKA Pajak Berbagai definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli, semuanya mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak agar mudah dipahami. Dibawah ini akan diuraikan definisi-definisi tersebut: Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintah. (Waluyo, 2013:2) Menurut Mardiasmo, dalam bukunya yang berjudul Perpajakan menyatakan bahwa: Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi
tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. (2011:1) Dari beberapa pendapat menurut para ahli diatas, maka pengertian pajak menurut penulis adalah kontribusi wajib pajak baik orang pribadi maupun badan kepada negara yang bersifat memaksa dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk kemakmuran masyarakat. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan tiga sistem pemungutan pajak untuk menentukan siapa yang mengitung dan menetapkan jumlah pajak yang terutang oleh seseorang menurut Waluyo (2011:16), ketiga sistem pemungutan pajak tersebut yaitu : 1. Official Assesment System Official Assesment Sistem yaitu sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh aparat pajak atau fiskus. Dalam sistem ini utang pajak timbul bila telah ada ketetapan pajak dari fiskus (sesuai dengan ajaran formil tentang timbulnya utang pajak). Jadi dalam hal ini wajib pajak bersifat positif. 2. Self Assesment System Self Assesment System yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang menghitung besarnya pajak terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh fiskus kepada wajib pajak yang bersangkutan, menghitung, menyetor dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sedangkan fiskus bertugas memberikan penerangan dan pengawasan. 3. With Holding Sytem With Holding Sytem yaitu sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang dihitung oleh pihak ketiga (yang bukan wajib pajak dan juga aparat pajak/fiskus) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Definisi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Di Indonesia baru mengadopsi PPN pada tanggal 1 April 1985 menggantikan Pajak Penjualan (PPn) yang sudah berlaku tahun 1951. PPN menggantikan peranan PPn di Indonsesia, karena PPN memiliki beberapa karakter positif yang tidak dimiliki oleh PPn. Menurut UU No. 42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa, didalam daerah pabean yang dikenakan bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Subjek Pajak Pertambahan Nilai Menurut hukum pajak, subjek pajak pertambahan nilai merupakan pajak tidak langsung, artinya pajak yang ada akhirnya dapat dilimpahkan atau dialihkan kepada pihak ketiga atau pihak lain. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatannya usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Objek Pajak Pertambahan Nilai Pada dasarnya semua barang dan jasa adalah objek PPN. Tetapi oleh karena itu adanya pertimbangan ekonomi, sosial dan budaya, maka diatur sendiri oleh Undang- Undang PPN bahwa ada barang dan jasa tertentu yang tidak dipungut serta dikecualikan dari pengenaan PPN dan dibebaskan dari pungutan PPN. Pajak Masukan dan Pajak keluaran Dalam pengenaan pajak terhadap subjek pajak tersebut, terdapat dua kategori, yaitu pajak masukan dan pajak keluaran. Pajak masukan adalah pajak yang dikenakan ketika pengusaha kena pajak melakukan pembelian
terhadap barang kena pajak atau jasa kena pajak, sedangkan pajak keluaran adalah pajak yang dikenakan ketika subjek pajak melakukan penjualan terhadap barang kena pajak dan atau jasa kena pajak yang tergolong dalam barang mewah. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, diperlukan adanya Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak` Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang terutang, berupa jumlah harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk pajak pertambahan nilai yaitu sebesar 10% (sepuluh persen). Dasar hukum utama yang digunakan untuk menetapkan pajak pertambahan nilai di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1993 berikut perubahannya, yaitu Undang-undang No. 11 Tahun 1994, Undang-Undang No 42 tahun 2009. Kerangka Pemikiran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan kepada setiap perusahaan yang telah terdaftar menjadi Pengusaha kena pajak (PKP). Dari PPN sendiri akan dipungut melalui pajak masukan dan pajak keluaran. Pajak masukan merupakan pajak yang dipungut saat PKP melakukan pembelian Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak (BKP/JKP) dari pihak lain. Dan saat PKP menjual kembali BKP/JKP yang sudah dibeli ke pihak yang lain, maka PKP tersebut juga akan dipungut PPNnya atau disebut dengan pajak keluaran. Pemungutan PPN tersebut dapat dilakukan baik dengan memungut sendiri ataupun dipungut langsung dari pihak yang membeli. Dari uraian diatas, maka dapat diuraikan dalam suatu kerangka pemikiran teoritis yang menggambarkan variabelvariabel yang telah dijelaskan sebelumnya. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya dengan melihat hasil analisis penelitian. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Hipotesis 1 : Analisis Perhitungan berpengaruh positif terhadap Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai` METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif mengenai Analisis Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN) (Studi Kasus Pada PT. Anggada Periode Tahun 2014 s/d 2015). Penelitian kuantitaf adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuanpenemuan yang dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur lain dari kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang mempunyai karakteristik tertentu didalam kehidupan manusia yang dinamakannya sebagai variabel. Objek, Unit Analisis dan Lokasi Penelitian Definisi objek penelitian menurut Sugiyono (2013:38) Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak sebagai variabel independen
dan Pajak Pertambahan Nilai sebagai variabel dependen. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi dimana sumber data yang unit analisisnya bersumber dari Laporan Perpajakan Pertambahan Nilai (PPN) periode Tahun 2014 s/d 2015 yang diperoleh langsung dari Kantor PT. Anggada Karsa Utama. Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah di Kantor PT. Anggada Karsa Utama yang beralamat Jl. Bima V No. 11 Indraprasta I Kota Bogor. Jenis dan Sumber Data Penelitian Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, data kuatitatif adalah data yang berupa angka. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis. Operasionalisasi Variabel Variabel Independen (X) Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang menjadi sebab atau merubah/mempengaruhi variabel lain (varibel dependen). Juga sering disebut dengan variabel bebas, predictor, stimulus, eksogen. Dan variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel lain (variabel bebas). Variabel ini juga sering disebut variabel terikat dan respon (siregar 2013:10). Variabel independen (bebas) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Perhitungan. Variabel Dependen (Y) Variabel Dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel lain (variabel bebas). Variabel ini juga sering disebut variabel terikat, variabel respon (siregar 2013:10). Variabel Dependen (terikat) adalah Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Secara lengkap operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2. BAB IV HASIL PENELITIAN Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang Analisis Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai maka dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut : Analisis Perhitungan Terhadap Pajak Pertambahan Nilai Menurut UU No. 42 Tahun 2009, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa, didalam daerah pabean yang dikenakan bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusinya. Pajak Pertambahan nilai (PPN) pada dasarnya merupakan pajak penjualan yang dipungut atas dasar nilai tambah yang timbul pada semua jalur produksi dan distribusi. Nilai tambah semua faktor produksi yang timbul di setiap jalur peredaran suatu barang seperti bunga, sewa, upah kerja, termasuk semua biaya untuk mendapatkan laba. Pada setiap tahap produksi, nilai produk, dan harga jual, antara lain yang utama karena setiap penjualan menginginkan adanya keuntungan sehingga dalam menentukan harga jual, harga perolehan ditambah dengan laba bruto. Interprestasi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis perhitungan terhadap Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh PT. Anggada Karsa Utama harus lebih teliti dalam melakukan kegiatan transaksi penjualan dan pembelian. Transaksi yang dilakukan pada tahun 2014 selama 1tahun lebih banyak melakukan pembelian sebesar Rp. 2.06.063.500,- dibandingkan dengan penjualan sebesar Rp. 1.992.361.471,- sehingga perusahaan mengalami kurang bayar menyebabkan perusahaan merugi. Jika dibandingkan pada tahun 2015 analisis perhitungan terhadap Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh PT. Anggada Karsa Utama, lebih banyak melakukan transaksi penjualan sebesar Rp. 4.325.934.443,- dibandingkan dengan penjualan sebesar Rp.4.186.388.170,- sehingga perusahaan mengalami lebih bayar. Dapat disimpulkan bahwa hasil analisis perhitungan pajak tidak berpengaruh
signifikan terhadap pajak pertambahan nilai karena PPN masukan lebih besar dari PPN keluaran. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah mempelajari, menganalisis, dan membahas tentang Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dan pelaporannya di dalam PT. Anggada Karsa Utama banyak hal yang dapat disimpulkan. Hal tersebut mungkin merupakan kelebihan yang dapat menambah wawasan, maupun hal-hal yang harus lebih diperhatikan untuk penerapan yang lebih baik maupun hal-hal yang memerlukan perbaikan dalam penerapannya yang berupa suatu kekurangan. Dalam menghitung Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PT. Anggada Karsa Utama menggunakan metode tidak langsung yaitu pajak keluaran dikurangi pajak masukan hasil yang diperoleh adalah merupakan pajak yang harus disetor ke kas Negara. Dalam mencatat Pajak Pertambahan Nilai untuk keperluan pembuatan laporan perpajakan dibutuhkan informasi yang jelas tentang transaksitransaksi yang berkaitan dengan Pajak Pertambahan Nilai yaitu transaksi pendapatan dan penjualannya. Berdasarkan atas pembahasan dan hasil analisis atas penerapan PPN pada PT. Anggada Karsa Utama dapat disimpulkan sebagai berikut : Pengkreditan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran yang dilakukan PT. Anggada Karsa Utama, berdasarkan Faktur Pajak Masukan yang diperoleh dari sub-kontraktor atau penerima kerja yang sama dengan PT. Anggada Karsa Utama dan Faktur Pajak Keluaran yang diperoleh dari penjualan. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dilakukan PT. Anggada Karsa Utama telah benar, yaitu 10% (sepuluh persen) dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atas Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. Perusahaan selalu melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) secara periodik ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Saran PT. Anggada Karsa Utama melakukan perhitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dengan cermat, benar, tepat. Hal ini dikarenakan cukup besarnya sanksi denda yang harus dibayarkan, yang dikarenakan keterlambatan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). DAFTAR PUSTAKA Erly Suandy. 2011.Perencanaan Pajak, Edisi 5. Salemba Empat Jakarta Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 17 / PJ/2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak. Mardiasmo, 2011, Perpajakan Edisi Revisi 2011, Penerbit ANDI Yogyakarta. Sri, Valentina dan Aji Suryo, 2006, Perpajakan Indonesia, Jakarta : Salemba Empat Sugeng Wahono. 2012, Mengurus Pajak Itu Mudah. PT. Elex Media. Jakarta. Sukardji, Untung. 2012. Pajak Pertambahan Nilai Indonesia Edisi Revisi 2012. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sujareni, Wiratna, 2014. SPSS untuk penelitian. Pustaka Baru Press, Yoyakarta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta. Siregar, Ir. Syofian, M.M. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Sri, Valentina dan Aji Suryo, 2006, Perpajakan Indonesia, Jakarta : Salemba Empat Undang-Undang No. 42 tahun 2009 sebagaimana perubahan UU No. 8 Tahun 1983, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah, Harvarindo, Jakarta. Waluyo. 2011, Perpajakan Indonesia buku 1 edisi 10, Salemba Empat, Jakarta. Waluyo. 2011, Perpajakan Indonesia buku 2 edisi 10, Salemba Empat, Jakarta. Wahono, Sugeng 2012. Teori dan Aplikasi Mengurus Pajak itu Mudah. Elex Media Komputin, Jakarta http://www.wibowopajak.com/2014/08/per- 08pj2013-tanggal-27-maret-2013.html (Diakses Tanggal 05 Oktober 2016). https://arinisucit.wordpress.com/2014/04/05/ dasar-hukum-subyek-obyek-tariffaktur-pajak-dan-dpp-pajakpertambahan-nilai/ (Diaskses Tanggal 10 Oktober 2016).