PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
POSITRON, Vol. VI, No. 1 (2016), Hal ISSN :

Studi Variabilitas Tinggi dan Periode Gelombang Laut Signifikan di Selat Karimata Mulyadi 1), Muh. Ishak Jumarang 1)*, Apriansyah 2)

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman Online di :

Analisis Karakteristik Fisik Sedimen Pesisir Pantai Sebala Kabupaten Natuna Hendromi 1), Muhammad Ishak Jumarang* 1), Yoga Satria Putra 1)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT BERDASARKA N MUSIM ANGIN DI PERAIRAN PULAU BINTAN ABSTRACT

MODEL PREDIKSI GELOMBANG TERBANGKIT ANGIN DI PERAIRAN SEBELAH BARAT KOTA TARAKAN BERDASARKAN DATA VEKTOR ANGIN. Muhamad Roem, Ibrahim, Nur Alamsyah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH BESAR GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN GARIS PANTAI

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

ANALISIS KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PANTAI NIAMPAK UTARA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB III METODOLOGI. Tabel 3.1 Data dan Sumber No Data Sumber Keterangan. (Lingkungan Dilakukan digitasi sehingga 1 Batimetri

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

KAJIAN PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN PANTAI MATANG DANAU KABUPATEN SAMBAS

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

Perbandingan Peramalan Gelombang dengan Metode Groen Dorrestein dan Shore Protection Manual di Merak-Banten yang di Validasi dengan Data Altimetri

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI MARUNDA, JAKARTA (Puteri Kesuma Dewi. Agus Anugroho D.S. Warsito Atmodjo)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

MEKANISME ABRASI PESISIR DI KAWASAN PANTAI DEPOK, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode Darbyshire dan Smb di Perairan Semarang

DINAMIKA PANTAI (Abrasi dan Sedimentasi) Makalah Gelombang Yudha Arie Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

TRANSPORT SEDIMEN YANG DISEBABKAN OLEH LONGSHORE CURRENT DI PANTAI KECAMATAN TELUK SEGARA KOTA BENGKULU

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 1 9 Online di :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

Analisis Transformasi Gelombang Di Pantai Matani Satu Minahasa Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

ANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN TUBAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

KAJIAN KERUSAKAN PANTAI AKIBAT EROSI MARIN DI WILAYAH PESISIR KELURAHAN KASTELA KECAMATAN PULAU TERNATE

Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III DATA DAN ANALISA

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

STUDI KARAKTERISTIK GELOMBANG PADA DAERAH PANTAI DESA KALINAUNG KAB. MINAHASA UTARA

KAJIAN GELOMBANG RENCANA DI PERAIRAN PANTAI AMPENAN UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI ABSTRAK

Jurnal Gradien Vol.4 No. 2 Juli 2008 :

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

UJI MODEL GEOMETRI KONSTRUKSI PELINDUNG KOLAM PELABUHAN BIRA KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG PADA RENCANA BANGUNAN PELABUHAN DI TANJUNG BONANG, KABUPATENREMBANG Radhina Amalia, Warsito Atmodjo, Purwanto*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II STUDI PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembangkitan Gelombang oleh Angin

POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN PADA KASUS PEMBENTUKAN TANAH TIMBUL PULAU PUTERI KABUPATEN KARAWANG

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai

DINAMIKA TRANSFORMASI GELOMBANG MENGGUNAKAN MODEL CMS-WAVE (COASTAL MODELLING SYSTEM - WAVE) DI PANTAI BOOM TUBAN, JAWA TIMUR

ANALISA PENGARUH PARAMETER OSEANOGRAFI TERHADAP SEBARAN GUMUK PASIR DI PANTAI PARANGTRITIS TAHUN

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB III LANDASAN TEORI

Kondisi Oseanografi Fisika Perairan Utara Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

PREDIKSI PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU GILI KETAPANG PROBOLINGGO DENGAN MENGGUNAKAN ONE-LINE MODEL

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN PULAU KODINGARENG KEKE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SURFACE WATER MODELLING SYSTEM (SMS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI WULAN DEMAK JAWA TENGAH MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL GENESIS (Generalized Model for Simulating Shoreline Change)

BAB IV ANALISIS DATA

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

ANALISIS REFRAKSI GELOMBANG LAUT BERDASARKAN MODEL CMS- Wave DI PANTAI KELING KABUPATEN JEPARA

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

EROSI MARIN SEBAGAI PENYEBAB KERUSAKAN LAHAN KEBUN DI KELURAHAN TAKOFI KOTA TERNATE

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan

JOURNAL OF OCEANOGRAPHY. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Online di :

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

Studi Faktor Penentu Akresi dan Abrasi Pantai Akibat Gelombang Laut di Perairan Pesisir Sungai Duri Ghesta Nuari Wiratama a, Muh. Ishak Jumarang a *, Muliadi a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, FMIPA Universitas Tanjungpura *Email : Ishakjumarang@physics.untan.ac.id Abstrak Telah dilakukan penelitian untuk mengkaji perubahan garis pantai akibat gelombang laut di perairan pesisir Sungai Duri. Parameter yang dihitung adalah tinggi gelombang signifikan, arah datang gelombang dan faktor penentu perubahan garis pantai. Perhitungan yang digunakan adalah metode Wilson untuk menghasilkan tinggi dan periode gelombang sedangkan perhitungan faktor akresi dan abrasi menggunakan perhitungan yang dikemukakan oleh Horikawa. Tinggi gelombang, arah datang gelombang dan nilai faktor akresi dan abrasi tersebut dianalisis rata-rata tahunan setiap musim dari tahun 2003 s.d tahun 2016. Hasil penelitian menunjukan bahwa tinggi gelombang signifikan berkisar antara 0,04 m s.d 0,5 m, tinggi gelombang terendah berada pada tahun 2012 pada musim peraihan II dan tinggi gelombang tertinggi berada pada tahun 2004 pada musim timur. Pada musim barat gelombang dominan datang dari arah timur, pada musim peralihan I gelombang dominan datang dari arah timur laut, pada musim timur gelombang dominan datang dari arah barat daya dan pada musim peralihan II gelombang dominan datang dari arah barat daya. Hasil perhitungan di lokasi yang sama menunjukan bahwa pada tahun 2003 mengalami akresi dan pada tahun 2004 hingga 2016 pantai mengalami keseimbangan perubahan garis pantai karena diakibatkan oleh gelombang laut. Kata Kunci : Tinggi Gelombang, Arah Datang Gelombang, Akresi, Abrasi 1. Latar Belakang Secara geografis kawasan perairan Sungai Duri termasuk ke dalam wilayah desa di kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Berdasarkan pengamatan setidaknya terdapat 193 km daerah di bagian pesisir utara Kalimantan Barat yang terkena dampak perubahan garis pantai [1]. Daerah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat, laut dan udara dimana terjadi interaksi antara air, angin, dan material penyusun yang ada di dalamnya. Hal ini yang dapat menyebabkan daerah pesisir Sungai Duri rentan terhadap perubahan garis pantai, karena diakibatkan oleh gelombang yang dibangkitkan oleh gerakan angin dan gelombang tersebut mengangkut sedimen yang ada di pantai. Penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa material pasir, lanau dan lempung merupakan jenis sedimen yang terkandung di kawasan perairan Sungai Duri [2]. Sementara penelitian yang lain juga telah mengkaji energi gelombang dengan menggunakan metode Wilson untuk melihat aktifasi gelombang yang ada di daerah pesisir Kalimantan Barat [3]. Penelitian ini melanjutkan penelitian sebelumnya untuk mengkaji pengaruh tinggi gelombang laut signifikan terhadap perubahan garis pantai di kawasan pesisir Sungai Duri, Kalimantan Barat. 2. Metodologi 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian [4] Penelitian ini dilakukan di kawasan Perairan Pesisir Sungai Duri, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat dengan koordinat 108 52'00.02"BT s.d 108 55'35.45"BT dan 0 34'58.13"LU s.d 0 36'52.85"LU. Pengambilan data primer dilaksanakan pada tanggal 12 November 2016. 2.2 Data Data yang digunakan adalah data angin selama tiga belas tahun terakhir (2003 s.d 2016) untuk memprediksi tinggi gelombang signifikan dan periode gelombang yang terbentuk untuk menentukan energi gelombang. Data primer berupa data kemiringan pantai dan data 138

sekunder berupa data sedimen dan data tegangan angin. 2.2.1 Data Primer dengan : U = Kecepatan angin (m/s) = Fetch gelombang (m) Hs Ts = Tinggi gelombang signifikan (m) = Periode signifikan gelombang (s) 2.3.2 Gelombang Lo = 1,56 (6) Gambar 2. Pengukuran Kemiringan Pantai [5]. 1 (1) α = Sudut yang dibentuk ( ) Y = Jarak garis tegak lurus horizontal (m) X = Panjang kayu vertikal (m) 2.2.2 Data Sekunder Data sampel sedimen yang digunakan adalah diameter jenis sedimen. Dimana, sampel sedimen ini diambil dari penelitian yang sebelumnya. Berdasarkan penelitian lapangan diperoleh ukuran sedimennya adalah 0,3375 mm dan jenis sedimennya adalah pasir [2]. Penelitian ini juga menggunakan data angin yang diunduh dari website www.apps.ecmwf.int/datasets. Data angin yang digunakan pada penelitian ini yaitu data angin bulanan dengan ketinggian 10 meter di atas permukaan laut dari tahun 2003 s.d 2016. 2.3 Pengolahan Data 2.3.1 Koreksi Data Angin Perhitungan dari data angin akan memperoleh kecepatan angin dan tegangan angin dengan persamaan di bawah ini: UA = tegangan angin (m/s) U = kecepatan angin (m/s) (2) Go= (7) Go = Nilai penentu abrasi, akresi, atau seimbang Hs = Panjang gelombang signifikan (m) Lo = Panjang gelombang (m) = Nilai medium ukuran butiran ke 50 (mm) Tg α= Tangen kemiringan tepi pantai (derajat) Pantai dikategorikan dalam bentuk abrasi, akresi atau mengalami keseimbangan dengan cara memasukkan nilai Go yang telah di dapatkan ke dalam kategori di bawah ini [6] : a. Jika Go < 0,0556 maka pantai di katakan sedang mengalami Abrasi. b. Jika Go > 0,111 maka pantai di katakan sedang mengalami Akresi. c. Jika 0,0556 Go 0,111maka pantai dalam keadaan Seimbang. 2.4 Analisis Data Data kecepatan angin digunakan untuk peramalan tinggi gelombang signifikan, periode laut dan panjang gelombang laut. Kemudian untuk menentukan pantai akresi atau abrasi dihitung dengan Persamaan (7) dimana dalam perhitungan tersebut menggunakan data gelombang, data sedimen dan data kemirinngan pantai. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Tinggi Gelombang Signifikan (3) Fi = panjang fetch ke-i (m) αi = sudut pengukuran fetch ke-i (o) i = nomor pengukuran fetch k = jumlah pengukuran fetch (4) Gambar 3. Histogram Tinggi Gelombang Laut Signifikan (5) 140

Tabel 1. Arah Gelombang Rata-rata Tahunan pada Empat Musim Berbeda Arah Datang Gelombang Tiap Musim Tahun Barat Peralihan 1 Timur Peralihan 2 2003 Timur Laut Timur Laut Barat Daya Barat Daya 2004 Timur Laut Timur Laut Barat Daya Barat Daya 2005 Timur Laut Timur Laut Barat Daya Selatan 2006 Timur Timur Laut Barat Daya Barat Daya 2007 Timur Timur Laut Barat Daya Barat Daya 2008 Timur Timur Laut Barat Daya Barat Daya 2009 Timur Barat Daya Barat Daya Barat Daya 2010 Timur Laut Timur Laut Barat Daya Selatan 2011 Timur Timur Barat Daya Barat Daya 2012 Timur Timur Barat Daya Utara 2013 Timur Timur Laut Barat Daya Barat Daya 2014 Timur Timur Laut Barat Daya Utara 2015 Timur Laut Timur Laut Barat Daya Barat Daya 2016 Timur Laut Timur Laut Barat Daya Barat Daya Dari Gambar 3 dapat dilihat pada musim barat, tinggi gelombang laut signifikan pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan musim lainnya. Hal ini disebabkan oleh rata-rata kecepatan anginnya lebih besar dibandingkan musim lainnya. Musim barat arah datang gelombang dari arah timur atau timur laut dikarenakan arah tiupan angin datang dari arah timur atau timur laut. Tinggi maksimum gelombang laut signifikan pada musim barat ini datang dari arah timur laut dan tinggi minimum gelombang laut signifikannya datang dari arah timur. Tahun 2003 kecepatan angin lebih besar dibandingkan pada tahun yang lainnya dan fetch dari arah timur laut lebih panjang dari arah timur. Tahun 2012 kecepatan anginnya lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan angin lainnya dan fetch dari arah timur lebih pendek dibandingkan dengan dari arah timur laut sehingga mengalami tinggi minimum gelombang laut signifikan. Pada musim peralihan I pada umumnya memiliki arah datang gelombang yang variatif disebabkan oleh peralihan musim hujan ke kemarau, namun arah datang dari timur laut menjadi yang paling dominan. Rata-rata dari tinggi gelombang laut signifikan pada musim perlaihan I lebih rendah dibandingkan dengan musim barat, musim timur dan musim peralihan II. Tinggi maksimum gelombang laut signifikan pada musim peralihan I ini datang dari arah timur laut dan tinggi minimum gelombang laut signifikannya datang dari arah timur. Tahun 2016 memiliki kecepatan angin lebih tinggi dibandingkan pada tahun lainnya dan pada musim peralihan I dan mempunyai fetch yang lebih panjang sehingga tinggi gelombangnya maksimum pada musim peralihan I. Tahun 2011 memiliki kecepatan angin lebih rendah dibandingkan pada tahun lainnya pada musim peralihan I dan mempunyai oleh fetch yang lebih pendek sehingga tinggi gelombangnya minimum pada musim peralihan I. Pada musim timur pada umumnya arah datang gelombang dari arah barat daya dikarenakan angin yang bertiup dari arah barat daya di sebelah utara garis equator [7]. Pada musim ini tinggi gelombang sangat variatif dikarenakan kecepatan angin yang bervariatif. Namun fetch yang digunakan sama panjangnya di setiap tahun sebabkan oleh arah datang gelombangnya hanya satu arah. Tahun 2004 memiliki kecepatan angin yang lebih besar dibandingkan kecepatan angin pada tahun lainnya, sehingga mengalami tinggi gelombang yang maksimum pada musim timur. Tahun 2010 memiliki kecepatan angin yang lebih kecil dibandingkan tahun lainnya, mengalami tinggi gelombang yang minimum pada musim timur. Pada musim peralihan II pada umumnya memiliki arah datang gelombang yang variatif disebabkan oleh peralihan musim kemarau ke hujan dan arah datang gelombang dari arah barat daya menjadi yang dominan. Tinggi maksimum gelombang laut signifikan pada musim peralihan II datang dari arah barat daya dan tinggi minimum gelombang laut signifikannya datang dari arah utara. Tahun 2003 memiliki kecepatan angin lebih tinggi dibandingkan pada tahun lainnya pada musim peralihan II dan fetch yang lebih panjang, sehingga tinggi gelombangnya maksimum pada musim peralihan II. Tahun 2012 memiliki kecepatan angin lebih rendah dibandingkan pada tahun lainnya dan fetch yang lebih pendek dari tahun lainnya, sehingga tinggi gelombangnya menjadi minimum pada musim peralihan II. 141

3.2 Periode Gelombang Laut Berdasarkan ukuran dan penyebabnya, periode gelombang masuk kedalam periode gelombang yang ditimbulkan oleh angin (seas/wind waves) karena periodenya berkisar antara 0,20 s.d 9,00 detik [8]. 3.3 Panjang Gelombang Laut Gambar 4. Histogram Periode Gelombang Dari Gambar 4, pada musim barat periode minimum di musim ini berada pada tahun 2012, hal ini disebabkan oleh panjang fetch yang pendek dan kecepatan angin pada tahun ini lebih rendah Periode maksimum gelombang laut signifikan di musim ini berada pada tahun 2003, hal ini disebabkan oleh panjang fetch yang panjang dan kecepatan angin pada tahun ini lebih tinggi Musim peralihan I periode minimum gelombang laut signifikan di musim ini berada pada tahun 2011, hal ini disebabkan oleh fetch yang pendek dan kecepatan angin pada tahun ini lebih rendah Periode maksimum gelombang laut signifikan di musim ini berada pada tahun 2009, hal ini disebabkan oleh fetch yang panjang dan kecepatan angin pada tahun ini lebih tinggi Musim timur periode minimum gelombang laut signifikan di musim ini berada pada tahun 2010, hal ini disebabkan oleh kecepatan angin pada tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lainnya. Periode maksimum gelombang laut signifikan di musim ini berada pada tahun 2004, hal ini disebabkan oleh dan kecepatan angin pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lainnya. Panjang fetch pada musim timur tidak berpengaruh dalam menentukan periode maksimum dan minimum dikarenakan panjang fetch di semua tahun pada musim timur sama. Musim peralihan II periode minimum gelombang laut signifikan di musim ini berada pada tahun 2012, hal ini disebabkan oleh panjang fetch pada tahun ini lebih pendek. Periode maksimum gelombang laut signifikan pada musim ini berada pada tahun 2003, hal ini disebabkan oleh fetch yang panjang dan kecepatan angin pada tahun ini lebih tinggi Gambar 5. Histogram Panjang Gelombang laut Dari Gambar 5, pada musim barat panjang minimum di musim ini berada pada tahun 2012, hal ini disebabkan periode gelombang pada tahun ini lebih kecil Panjang maksimum gelombang laut di musim ini berada pada tahun 2003, hal ini disebabkan periode gelombang pada tahun ini lebih lama Musim perlihan I panjang Panjang minimum gelombang laut di musim ini berada pada tahun 2011, hal ini disebabkan periode gelombang pada tahun ini lebih kecil Panjang maksimum gelombang laut di musim ini berada pada tahun 2009, hal ini disebabkan periode gelombang pada tahun ini lebih lama dibandingkan tahun lainnya. Musim timur panjang minimum gelombang laut di musim ini berada pada tahun 2010, hal ini disebabkan periode gelombang pada tahun ini lebih kecil Panjang maksimum gelombang laut di musim ini berada pada tahun 2004, hal ini disebabkan periode gelombang pada tahun ini lebih lama Musim peralihan II panjang minimum gelombang laut di musim ini berada pada tahun 2012, hal ini disebabkan periode gelombang pada tahun ini lebih kecil dibandingkan tahun lainnya. Panjang maksimum gelombang laut di musim ini berada pada tahun 2003, hal ini disebabkan periode gelombang pada tahun ini lebih lama Berdasarkan ukuran dan penyebabnya panjang gelombang masuk kedalam panjang gelombang yang ditimbulkan oleh angin 142

(seas/wind waves) karena panjangnya tidak lebih dari 130 m [8]. 3.4 Kemiringan Pantai Sungai Duri Kemiringan pantai di Sungai Duri berkisar antara 5,35 s.d 10,20 dengan rata-rata sudut 6,76. Hal tersebut menunjukan bahwa pantai di Sungai Duri merupakan pantai yang landai, hal ini seseuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa kelerengan pantai normal antara antara 0,01 (0,50 ) hingga 0,2 (110 ) yang termasuk pantai landai, dan 0,5 (260 ) yang termasuk pada pantai curam [9]. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah rata-rata kemiringan pantai sehingga data yang digunakan sudut ratarata sebesar 6,76 dengan nilai sebesar 0,118. 3.5 Faktor Penentu Perubahan Garis Pantai Pada musim barat dapat dilihat bahwa faktor penentu perubahan garis pantai terkecil berada pada tahun 2012 sebesar 0,1194 mengalami proses akresi dan faktor penentu tahun 2003 sebesar 0,2054 dengan mengalami proses akresi. Pada tahun 2003 hingga 2016 megalami proses akresi, hal ini disebabkan oleh faktor tinggi gelombang gelombang laut signifikan dan panjang gelombang laut pada musim ini yang cukup tinggi dan panjang. Musim peralihan I dapat dilihat bahwa faktor penentu perubahan garis pantai terkecil berada pada tahun 2009 sebesar 0,0286 dengan mengalami proses abrasi dan faktor penentu tahun 2016 sebesar 0,1041 keadaan pantai yang seimbang. Pada tahun 2003 hingga 2016 mengalami keseimbangan perubahan. Pada tahun 2007, 2009, 2011 dan 2012 mengalami proses abrasi. Penyebab terjadinya abrasi di musim ini akibat tinggi gelombang laut signifikan pada tahun 2007, 2009, 2011 dan 2012 lebih rendah dibandingkan tahun lainnya, dan pada tahun lainnya tidak mengalami perubahan garis pantai disebabkan oleh tinggi gelombang laut signifikan yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2003 hingga 2016, namun tinggi gelombang laut signifikan tidak cukup tinggi untuk mengalami proses akresi.erupakan yang paling kecil. Musim timur dapat dilihat bahwa faktor penentu perubahan garis pantai terkecil berada pada tahun 2010 sebesar 0,0421 dengan mengalami proses abrasi dan faktor penentu tahun 2004 sebesar 0,1565 dengan mengalami proses akresi. Pada tahun 2003 hingga 2016 tidak mengalami perubahan. Pada tahun 2004, 2006, 2009 dan 2012 mengalami proses akresi. Penyebab terjadinya akresi di musim timur ini akibat tinggi gelombang laut signifikan pada tahun 2004, 2006, 2009 dan 2012 lebih tinggi dibandingkan tahun lainnya, dan pada tahun lainnya mengalami perubahan garis pantai yang seimbang dan ada juga yang mengalami proses abrasi karena disebabkan oleh tinggi gelombang laut signifikan yang tidak lebih tinggi dibandingkan tahun 2004, 2006, 2009 dan 2012. Musim peralihan II dapat dilihat bahwa faktor penentu perubahan garis pantai terkecil berada pada tahun 2012 sebesar 0,0182 dengan mengalami proses abrasi dan faktor penentu tahun 2003 sebesar 0,1017 dengan mengalami proses keadaan pantai yang seimbang. Pada tahun 2003 hingga 2016 mengalami keseimbangan perubahan. Pada tahun 2004, 2010, 2011, 2012, 2014 dan 2015 mengalami proses abrasi. Gambar 6. Grafik Faktor Penentu Perubahan Garis Pantai Perairan Sungai Duri 143

3.6 Faktor Penentu Perubahan Garis Pantai Tahunan Rata-rata Musim Gambar 6. Grafik Faktor Penentu Perubahan Garis Pantai Rata-rata Tahun Rata-rata pertahun dapat dilihat bahwa faktor penentu perubahan garis pantai terkecil berada pada tahun 2012 sebesar 0,080 dengan tidak mengalami perubahan dan faktor penentu perubahan garis pantai terbesar berada di tahun 2003 sebesar 0,0773 dengan mengalami proses akresi. Hanya pada tahun 2003 yang mengalami akresi dan pada tahun lainnya tidak mengalami perubahan garis pantai. Hal ini disebabkan faktor penentu perubahan garis pantai pada tahun 2003 ketika dirata-ratakan dari setiap musim mengalami akresi. Proses terjadinya perubahan garis pantai sangat dipengaruhi pada daerah sekitar pantai [10], dimana pantai selalu beradaptasi dengan berbagai kondisi yang terjadi [11]. Pada umumnya, perubahan garis pantai di Indonesia di pengaruhi perubahan morfologi pantai, yang salah satunya disebabkan oleh dinamika gelombang yang berinteraksi dengan sedimen [12]. 4. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukan bahwa tinggi gelombang signifikan berkisar antara 0,04 m s.d 0,5 m, tinggi gelombang terendah berada pada tahun 2012 musim peraihan II dan tinggi gelombang tertinggi berada pada tahun 2004 musim timur. Arah datang dominan gelombang pada musim barat datang dari timur, arah datang dominan gelombang pada musim peralihan I datang dari timur laut, arah datang dominan gelombang pada musim timur datang dari barat daya dan arah datang dominan gelombang pada musim peralihan II datang dari arah barat daya. Sedangkan hasil perhitungan di lokasi yang sama menunjukan bahwa pada tahun 2003 mengalami akresi dan pada tahun 2004 hingga 2016 pantai mengalami keseimbangan perubahan garis pantai. Daftar Pustaka [1] WWF-Indonesia. World Wide Fund of Nature. [Online].; 2009 [cited 2016 June 20. Available from: http://www.wwf.of.or.id/. [2] Safitri LE, Jumarang MI, Apriansyah. Studi Potensi Energi Listrik Tenaga Gelombang Laut Sistem Oscillating Water Column (OWC) Di Perairan Pesisir Kalimantan Barat. Positron. 2016; VI(1): p. 8-16. [3] Anggraini TZ, Jumarang MI, A. Analisis Material Sedimen Perairan Pesisir Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang. Prisma Fisika. 2016; 4(I); p. 41-44. [4] Google Earth. [Online]. [cited 2016 Juni 20. Available from: https://www.google.co.id/maps/place/du ri+river,+raya+river,+bengkayang+regen cy,+west+kalimantan/. [5] Nugroho. Studi Profil Pantai Di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara. Jurnal Oseanografi. 2014; 3: p. 165. [6] Horikawa K. Nearshore Dynamics and Coastal Processes In Japan: University of Tokyo press; 1988. [7] Benyamen. Dasar-Dasar Klimatologi Jakarta: PT. Raya Grifindo Persada; 2002. [8] Pond S, Pickard GL. Intoductory Dynamical Oceanography: Elsevier ; 2013. [9] Pethick J. An Introduction To Coastal Geomorphology: Dept. of Geography University of Hull; 1984. [10] Triadmojo B. Teknik Pantai Yogyakarta: Beta Offset; 1999. [11] Moller I, Spencer T, French JR, Leggett DJ, Dixon M. Wave Transformation Over Salt Marshes; a Field and Numerical Modelling Study From North Norfolk England: Estuarine Coastal and Shelf Science; 1999. [12] Yuwono N. Teknik Pantai Volume 1 Yogyakarta; 1982. 144