BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah. Titik tolak kemunculan akuntansi syariah di Indonesia adalah kemunculan Bank Muamalat pada tahun 1990-an. Hal ini mengakibatkan Indonesia menganut dual banking sistem, yakni sistem perbankan ganda yang terdiri dari sistem konvensional dan sistem syariah. Sistem konvensional sudah berjalan sejak lama di Indonesia, sedangkan sistem perbankan syariah dapat dikatakan baru saja tumbuh. Terdapat fenomena bahwa Perbankan syariah senantiasa mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dari berbagai aspek. Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa sampai dengan akhir tahun 2013, pertumbuhan aset Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) mencapai 31.8 persen dengan pangsa pasar (market share) yang terus mengalami penigkatan hingga mencapai 4.8 persen. Hal ini di dorong oleh permintaan masyarakat Indonesia akan Islamic product sebagai alternatif dalam menggunakan jasa perbankan yang semakin meningkat. 1
2 Perbankan dalam hal ini dituntut untuk dapat meningkatkan profitabilitasnya karena profitabilitas merupakan salah satu indikator untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja manajemen bank serta produktivitasnya dalam mengelola aset-aset perbankan secara keseluruhan, sehingga dengan profitabilitas yang tinggi bank diharapkan dapat terus menjalankan usaha serta meningkatkan kinerjanya sehingga kebutuhan masyarakat akan terpenuhi. Adapun data mengenai rasio keuangan perbankan syariah periode 2011-2015 dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1.1 Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Periode 2011-2015 Rasio Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 ROA 26,09% 17,58% 15.73% 24,48% 21,36% CAR 10,77% 16,25% 16,63% 14,14% 12,23% FDR 89,70% 89,67% 88,94% 120,65% 121,46% BOPO 84,39% 80,54% 78,41% 76,35% 83,98% NPF 4,01% 3,02% 2,52% 2,26% 2,96% Sumber : www.bi.go.id Tingkat kesehatan bank dilihat dalam RGEC, yaitu: Kriteria Peringkat Nilai CAR 12% 1 Sangat memadai 9% CAR < 12% 2 Memadai 8% CAR < 9% 3 Cukup memadai 6% < CAR < 8% 4 Kurang memadai CAR 6% 5 Tidak memadai Sumber : www.bi.go.id GCG : Sangat Baik > 85 Cukup Baik 60-75 Baik 75-85 Kurang Baik 50-60 Tidak Baik 50
3 Berdasarkan tabel 1.1, dapat terlihat bahwa terjadi fluktuasi pada rasiorasio keuangan serta penyimpangan dengan teori yang menyatakan hubungan CAR, BOPO, NPF, dan FDR terhadap ROA. Pada tahun 2014 ketika ROA naik menjadi 24,48%, CAR justru mengalami penurunan menjadi 14,14%. Sebaliknya, ketika ROA mengalami penurunan pada tahun 2012 dan 2013 masing-masing sebesar 17,58% dan 15,73%, CAR justru mengalami peningkatan menjadi 16,25% dan 16,63%. Hal ini bersimpangan dengan teori yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA. Sementara itu, pada tahun 2015 ketika FDR naik menjadi 121,46%, ROA mengalami penurunan sebesar 3,115% menjadi 21,365%. Hal ini memberi kesan bahwa FDR berpengaruh negatif terhadap ROA. Padahal sebelumnya dikatakan bahwa FDR berpengaruh positif terhadap ROA. Pada tahun 2012 dan 2013, ketika rasio NPF mengalami penurunan menjadi 3,02% dan 2,52%, ROA ikut mengalami penurunan, masing-masing menjadi 17,58% dan 15,73%. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh positif terhadap ROA. Hal yang sama juga terjadi pada BOPO, dimana pada tahun 2012 dan 2013 terjadi penurunan pada BOPO menjadi 80,54% dan 78,41%. Namun ROA justru ikut mengalami penurunan masing-masing menjadi 17,58% dan 15,73%, sehingga ada kesan bahwa BOPO berpengaruh positif terhadap ROA. Jadi dalam penelitian ini profitabilitas akan diproksikan dengan ROA sebagai ukuran kinerja bank. Alasan menggunakan ROA dalam mengukur profitabilitas karena dipandang sebagai alat ukur yang berguna untuk mengindikasikan seberapa baik pihak manajemen memanfaatkan sumber daya
4 total yang dimiliki oleh perusahaan untuk menghasilkan profit. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aktiva. Profitabilitas pada dasarnya adalah laba (rupiah) yang dinyatakan dalam persentase profit ( Hasibuan, 2002, p. 100). Adapun rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi naik turunnya ROA diantaranya seperti CAR, BOPO, NPF, FDR, dan Inflasi. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, mengindikasikan adanya research gap dari keenam variabel independen yang mempengaruhi ROA perusahaan. Variabel pertama yang mempengaruhi ROA tersebut adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan rasio kecukupan modal dimana modal sendiri yang diperlukan untuk menutupi risiko kerugian. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Tingginya modal yang dimiliki oleh bank akan berdampak meningkatkan kepercayaan masyarakat yang akhirnya dapat meningkatkan ROA. Bank Indonesia telah menetapkan tingkat nilai CAR yaitu sebesar 8%. Menurut Barus dan Sulistyo (2011) serta Zulifiah dan Susilowibowo (2014) menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan. Lain halnya dengan Primadita (2012),
5 Fahmy (2013), Wibowo dan Syaichu (2013) yang menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA. Adanya reaserch gap pada penelitianpenelitian sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh CAR kepada ROA. Variabel kedua yang mempengaruhi ROA adalah Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin besar BOPO pada suatu perusahaan atau bank maka tingkat ROA pada bank itupun menjadi kecil, hal ini dikarenakan bank tidak dapat menekan biaya operasional sehingga mengakibatkan laba yang diperoleh bank menjadi kecil. Pada penelitian Nusantara (2009) menyatakan bahwa BOPO secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, namun pada penelitian Wibowo dan Syaichu menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Adanya reaserch gap pada penelitian-penelitian sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh BOPO kepada ROA. Variabel ketiga yang mempengaruhi ROA adalah Non Performing Financing (NPF). NPF merupakan pembiayaan yang bermasalah dan kemungkinan sulit untuk ditagih. Apabila NPF menunjukkan nilai yang rendah maka di harapakan pendapatan pendapatan akan meningkat namun sebaliknya jika nilai NPF meningkat maka pendapatan akan menurun sehingga laba yang diterima bank akan menurun. Pada penelitian yang dilakukan Fahmy (2013) menyatakan bahwa NPF tidak berpengaruh
6 signifikan terhadap ROA. Namun lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Zulifiah dan Susilowibowo (2014) menyatakan bahwa NPF berpengaruh positif dan signifikan. Adanya reaserch gap pada penelitianpenelitian sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh NPF kepada ROA. Variabel keempat yang mempengaruhi ROA di Bank Umum Syariah yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR). FDR atau LDR (Loan to Deposit Ratio) yang dikenal pada bank konvensional adalah rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit/pembiayaan yang diberikan sebagai likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan menjadi semakin besar. Pada penelitian yang dilakukan Primadita (2012) menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Namun lain halnya dengan penelitian Fahmy (2013) yang menyatakan FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Adanya reaserch gap pada penelitian-penelitian sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh FDR kepada ROA. Variabel terakhir yang diangkat pada penelitian ini yaitu pengaruh inflasi terhadap ROA. Sebagai lembaga intermediasi, bank sangat rentan terhadap risiko inflasi terkait dengan mobilitas dananya. Menurut Swandayani (2012) Apabila suatu negara mengalami inflasi yang tinggi maka akan
7 menyebabkan naiknya konsumsi, sehingga akan memepengaruhi pola savung dan pembiayaan pada masyarakat. Perubahan tersebut berdampak pada kegiatan operasional bank syariah, jumlah dana dari masyarakat yang dihimpun akan semakin berkurang, sehingga nantinya akan mempengaruhi kinerja bank syariah dalam memperoleh pendapatan dan mengasilkan profit. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sahara (2013) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif dang signifikan terhadap ROA. Namun lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulifiah dan Wibowo yang menyatakan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Adanya reaserch gap pada penelitian-penelitian sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh inflasi kepada ROA. Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk melihat tingkat kinerja bank syariah melalui profitabilitas. Dalam mengukur tingkat profitabiltas tersebut penulis ingin meneliti dari segi internal dan eksternal. Peneliti ingin menganalisis kinerja bank syariah dari segi internal dengan menggunkan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), dan Financing to Deposit Ratio). Serta dari segi eksternal yaitu dengan menggunakan rasio pada inflasi pada tahun 2012-2015. Dengan pertimbangan tersebut di atas penelitian ini mengambil judul Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPF, FDR, dan Inflasi Terhadap Profitabilitas (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah Periode 2012-2015)".
8 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah CAR berpengaruh terhadap Profitabilitas? 2. Apakah BOPO berpengaruh terhadap Profitabilitas? 3. Apakah NPF berpengaruh terhadap Profitabilitas? 4. Apakah FDR berpengaruh terhadap Profitabilitas? 5. Apakah Inflasi berpengaruh terhadap Profitabilitas? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang di atas adalah untuk menguji dan menganalisis: 1. Pengaruh CAR terhadap Profitabilitas. 2. Pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas. 3. Pengaruh NPF terhadap Profitabilitas. 4. Pengaruh FDR terhadap Profitabilitas. 5. Pengaruh Inflasi terhadap Profitabilitas. 2. Kontribusi Penelitian Sementara itu, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak diantaranya: 1. Kontribusi praktik, Bagi Bank Umum Syariah (BUS)
9 Menjadi bahan masukan dan informasi bagi Bank Umum Syariah (BUS) dalam pengambilan keputusan dalam bidang keuangan dalam rangka memaksimalkan kinerja perusahaan. 2. Kontribusi akademik, 1. Manfaat Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah kepustakaan dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Bagi Peneliti Sebagai perbandingan antara teori-teori yang diperoleh sesuai dengan mata kuliah dengan aktivitas perusahaan khususnya dalam usaha peningkatan kinerja keuangan perusahaan melalui pengoptimalan efisiensi perbankan syariah. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.