BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI PELANGGARAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN OLEH SISWA DI KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamat di Jalan Wates-Yogya KM 02, Kecamatan Pengasih,

HAMBATAN POLISI DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN SYARAT TEKNIS DAN LAIK JALAN OLEH PENGEMUDI SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO

BAB III PENUTUP. permasalahan dalam penulisan hukum ini sebagai berikut: menggunakan telepon seluler pada saat berkendara adalah langsung

BAB I PENDAHULUAN. dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TAHUN 2016 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis di dalam bab 2 maka dapat

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan upaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB II KAJIAN TEORI. keamanan, memberikan perlindungan, dan menciptakan ketertiban. dsb.), dan 2) anggota dari badan pemerintahan (pegawai negara yang

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor di

BAB I PENDAHULUAN. keamanan bertransportasi, salah satu contoh yang sering terjadi dalam

LEMBAR WAWANCARA. 1. Kasus-kasus apa saja yang meresahkan dan mengganggu ketertiban

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Kepolisian Resor Kulon Progo

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

BAB III PENUTUP. Yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut : Pemasangan kamera CCTV di berbagai tempat.

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

BAB III PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

PERAN IKOSA (IKATAN KLUB OTOMOTIF SURAKARTA) DALAM MENDUKUNG SATLANTAS POLTABES SURAKARTA GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum. 1 Artinya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. wilayah Kulon Progo dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: Pidana Pencabulan Anak di Wilayah Kulon Progo

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

diuraikan di atas, maka dapat simpulkan sebagai berikut: a. Tindakan Kepolisian Terhadap Pelaku Pelanggaran Pasal 134 Huruf g adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

SKRIPSI Diajukan Guna memenuhi salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Hukum. Disusun Oleh :

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas adalah salah satu permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di

PEDOMAN WAWANCARA. 1. Bagaimana deskripsi atau gambaran tentang Kepolisian Resor Kulon Progo? 2. Bagaimana struktur organisasi Polres Kulon Progo?

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tata cara kita berperilaku atau

Bab III. Penutup. dalam penulisan hukum/skripsi ini sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

PENULISAN HUKUM. Oleh : EMILLIA CITRA LESTARI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

BAB III PRAKTIK MASYARAKAT KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN MEMILIKI MODA ANGKUTAN DAN KETAATAN TERHADAP LALU LINTAS

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan dalam berlalu lintas menjadi hal yang karena menyangkut

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

MENYOROTI MARAKNYA PENGENDARA MOTOR DIBAWAH UMUR Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 13 Juni 2016; disetujui: 02 Agustus 2016

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PERANAN SATUAN LALU LINTAS POLISI RESORT KOTA (POLRESTA) SAMARINDA DALAM MENEGAKKAN HUKUM BERLALU LINTAS DI WILAYAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada

BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

PENUTUP. penelitian lapangan, serta pembahasan dan analisis yang telah penulis lakukan

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: plat nomor kendaraan palsu, dilakukan dalam dua tahap yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perlengkapan kendaraan bermotor sudah di atur dalam Undang-Undang No

BAB III KESIMPULAN. Berdasarkan ketentuan Pasal 7 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

DAFTAR PUSTAKA. Abdussalam dan DPM Sitompul, 2007, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung,

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pada pembahasan penulis paparkan sebelumnya maka. dapat disimpulkan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS TAHUN 2016

Peranan Polisi Lalu Lintas dalam Meningkatkan Kedisiplinan Berlalu Lintas Pengguna Kendaraan Bermotor di Wilayah Kepolisian Resort Bantul

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN UNDANG- UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 DALAM MENANGANI RAZIA KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN RAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Namun tidak sedikit orang yang hanya memikirkan kepentingan. memikirkan orang lain atau kepentingan umum.

Transkripsi:

120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh siswa di Kulon Progo, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh siswa di Kulon Progo Polisi dalam hal ini adalah Sat Lantas Polres Kulon Progo yang memiliki tugas menyelenggarakan dan membina fungsi lalu lintas kepolisian, yang meliputi pengaturan, pengawalan, patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas dan identifikasi pengemudi/kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Sat Lantas menjalankan beberapa tindakan dalam penanggulangan pelanggaran lalu lintas yaitu melalui tindakan preemtif, tindakan preventif dan tindakan represif. Beberapa langkah yang dilakukan oleh Sat Lantas Polres Kulon Progo berdasarkan tindakan preemtif, preventif dan represif adalah sebagai berikut.

121 a. Tindakan preemtif merupakan suatu tindakan mencegah, mengeleminir kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya suatu kejahatan atau melalui program penyuluhan, yakni dengan menanamkan nilai-nilai atau norma-norma yang baik, menyisipkan pesan-pesan antisipasi terhadap suatu kejahatan atau pelanggaran. Program-program yang dilaksanakan Polres Kulon Progo sebagai wujud tindakan preemtif antara lain sebagai berikut. 1) Sosialisasi peraturan lalu lintas di lingkungan Dinas Pendidikan Kulon Progo Program ini dilaksanakan oleh Polres Kulon Progo yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo. Bahkan antara Polres Kulon Progo dan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo telah membuat perjanjian kerjasama untuk pelaksanaan program sosialisasi peraturan lalu lintas di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo. Adanya kerja sama tersebut diikuti dengan penyerahan buku-buku mengenai model pengintegrasian pendidikan keselamatan berlalu lintas melalui kegiatan pembinaan pendidikan kewarganegaraan dan kepribadian di sekolah SD/MI, SMP/MTs/ dan SMA/MA. Kemudian bukubuku tersebut dibagikan kepada guru SMP dan guru SMA di Kulon Progo agar dapat dijadikan sebagai panduan dalam menyisipkan materi lalu lintas ke dalam Pendidikan Kewarganegaraan. 2) Program Polisi Sahabat Anak

122 Program ini juga diimplementasikan oleh Polres Kulon Progo. Salah satunya dengan melakukan program-program pengembangan pengetahuan lalu lintas untuk siswa SMP dan siswa SMA di Kabupaten Kulon Progo. Tujuan dari adanya pengembangan pengetahuan ini adalah penumbuhan kesadaran berlalu lintas anak sejak dini. b. Tindakan preventif yaitu tindakan yang berupa pencegahan sebelum terjadi kejahatan atau pelanggaran. Program yang dilakukan Sat Lantas Polres Kulon Progo yang termasuk tindakan preventif antara lain sebagai berikut. 1) Kerjasama dengan Pihak Sekolah Sat Lantas Polres Kulon Progo meminta pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah untuk melarang peserta didik yang belum memiliki SIM mengemudikan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi ke sekolah. Dengan adanya kerjasama ini diharapkan sekolah dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor bagi anak di bawah umur. Aturan ini juga dimasukkan dalam tata tertib sekolah. Program lain yang berkaitan dengan sekolah adalah sosialisasi peraturan lalu lintas kepada siswa. Dalam pelaksanaannya Anggota Dikyasa yang telah ditunjuk memberikan penyuluhan kepada siswa SMP dan siswa SMA di Kabupaten Kulon Progo dengan waktu yang telah ditentukan dan disepakati antara sekolah dan Polres.

123 Untuk waktu pelaksanaan penyuluhan lebih banyak dilakukan pada saat dilaksanakannya Masa Orientasi Siswa atau dikenal dengan MOS. 2) Operasi Simpatik Progo Operasi simpatik dilaksanakan di seluruh wilayah hukum Polres Kulon Progo. Operasi simpatik yang dilaksanakan oleh Polres Kulon Progo diberi nama Operasi Simpatik Progo. Operasi simpatik dilakukan di jalan utama dan jalan alternatif di Kabupaten Kulon Progo. 3) Program Satu Sekolah Dua Polantas (SSDP) Satu Sekolah Dua Polantas (SSDP) merupakan upaya Polri dalam rangka memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat untuk ikut berperan serta membangun karakter bangsa dalam bidang tata cara berlalu lintas yang lebih santun, lebih berbudaya dan lebih bermartabat. 4) Operasi Patuh Progo Operasi patuh terhadap Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalanatau disebut Operasi Patuh Progo dilaksanakan oleh Sat Lantas Polres Kulon Progo dengan tujuan untuk menertibkan lalu lintas serta mengurangi angka kecelakaan lalu lintas. 5) Program Patroli Keamanan Sekolah (PKS) Saat ini hampir semua sekolah tingkat SMP dan SMA wilayah Kulon Progo telah melaksanakan program PKS sebagai salah satu

124 kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.adanya PKS ini cukup membantu terutama dalam menangani lalu lintas di sekitar sekolah. c. Tindakan represif yaitu tindakan yang dilakukan sesudah kejahatan atau pelanggaran terjadi dengan penegakkan hukum serta penjatuhan hukuman terhadap kejahatan yang telah dilakukan. Dalam hal ini Polres Kulon Progo menggunakan istilah penegakkan hukum. Tindakan penegakkan hukum yang dilakukan oleh Sat Lantas Polres Kulon Progo adalah sebagai berikut. 1) Teguran Lisan Teguran lisan diberikan kepada siswa SMP dan siswa SMA yang kedapatan melanggar aturan lalu lintas terutama kelengkapan suratsurat kendaraan. 2) Teguran Tertulis Teguran tertulis diberikan kepada siswa SMP dan siswa SMA yang tidak mengindahkan teguran secara lisan dari pihak kepolisian. Teguran tertulis akan diselesaikan dengan memanggil orang tua atau wali dari anak yang kedapatan melanggar peraturan tersebut. 3) Bukti Pelanggaran (Tilang) Bukti pelanggaran atau sering disebut dengan tilang merupakan denda yang dikenakan oleh polisi kepada pengguna jalan yang melanggara peraturan dalam hal ini adalah pelanggaran terhadap Undang-UndangNomor 22 Tahun 2009 Pasal 77 ayat (1).

125 2. Hambatan-Hambatan yang dihadapi Polisi dalam Upaya Menanggulangi Pelanggaran Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh siswa di Kulon Progo Polres Kulon Progo telah bekerja keras melaksanakan beberapa program dalam upaya menanggulangi pelanggaran Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terutama Pasal 77 ayar (1) yang dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA. Akan tetapi, dalam praktiknya masih ada beberapa hambatan yang dialami dalam melaksanakan beberapa program tersebut. Upaya penanggulangan yang terbagi dalam tiga tindakan (preemtif, perventif, dan represif) masih mengalami beberapa hambatan. Hambatan yang dialami oleh Polres Kulon Progo antara lain: 1) Hambatan dalam Tindakan Preemtif Hambatan yang dihadapi Sat Lantas Polres Kulon Progo dalam tindakan preemtif adalah sebagai berikut. a) Kesadaran tertib berlalu lintas sebagian masyarakat masih rendah b) Personil Polisi Belum Memadai 2) Hambatan dalam Tindakan Preventif Tindakan preventif yang dilakukan oleh Polres Kulon Progo meliputi beberapa program yang telah dilaksanakan. Dalam pelaksanaan program-program tersebut masih ada beberapa hambatan. Hambatan dalam tindakan preventif ini antara lain: a) Personil Polisi Belum Memadai b) Sarana Transportasi yang Belum Memadai

126 3) Hambatan dalam Tindakan Represif Hambatan yang dihadapi Sat Lantas KulonProgo dalam tindakan represif antara lain: a) Memiliki Kekerabatan dengan Polisi b) Pelanggar Melarikan Diri Masuk Desa B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Bagi Kepolisian Resor Kulon Progo a. Program sosialisasi yang berkaitan dengan peraturan lalu lintas di sekolah SMP maupun SMA seyogyanya dilaksanakan setahun sekali dengan sasaran seluruh lapisan kelas untuk SMP mulai dari kelas 7 sampai dengan 9, kemudian untuk SMA dari kelas 10 hingga 12, sehingga tidak hanya peserta MOS saja yang diberikan sosialisasi tetapi secara menyeluruh di sekolah wilayah Kabupaten Kulon Progo; b. Sebaiknya program Turjawali lebih diintensifkan, terutama untuk jalan-jalan desa ataupun jalan alternatif yang saat ini belum menjadi sasaran kegiatan operasi simpatik dan operasi patuh; c. Adanya penambahan personil polantas maupun pos polisi lalu lintas di daerah-daerah; d. Seharusnya Program SSDP dilaksanakan di seluruh sekolah SMP dan SMA atau MA di Kulon Progo;

127 e. Sebaiknya diadakan program pembuatan SIM secara kolektif untuk membantu pelajar SMA yang telah berusia 17 tahun dan belum memiliki SIM agar memiliki SIM. f. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat khususnya orang tua siswa agar melarang putra-putrinya yang tidak memiliki SIM mengendarai sepeda motor. g. Menindak tegas pengelola parkir liar yang berada di lingkungan sekolah. 2. Bagi Sekolah Sebaiknya pihak sekolah SMP melalui BP/BK memberikan pemahaman, pemantauan dan pembinaan kepada siswa agar tidak menggunakan sepeda motor ke sekolah karena dapat membahayakan keselamatan diri dan orang lain. Serta memberikan perhatian khusus kepada siswa SMA di bawah 17 tahun agar tidak mengemudikan sepeda motor sebelum memiliki SIM. 3. Bagi Masyarakat Hendaknya orang tua dari siswa SMP maupun siswa SMA tidak memberikan fasilitas dan membiarkan putra-putrinya yang belum memiliki SIM mengemudikan sepeda motor ke sekolah. Ada baiknya jika orang tua mau meluangkan waktu untuk mengantar dan menjemput putraputrinya di sekolah maupun membiasakan untuk menggunakan kendaraan umum. Bagi masyarakat sekitar sekolah hendaknya tidak menyediakan tempat parkir sepeda motor bagi siswa yang membawa sepeda motor ke sekolah.

128 Hal tersebut karena membuat siswa merasa aman menitipkan sepeda motornya di tempat parkir yang disediakan oleh warga di dekat sekolah. Selain itu, sebagai masyarakat yang patuh hukum, seharusnya apabila ada siswa yang membawa sepeda motor dilaporkan ke sekolah maupun kepolisian terdekat sehingga dapat segera ditindak.

129 DAFTAR PUSTAKA Andi Hamzah. 2010. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Bambang Poernomo. 1988. Orientasi HukumAcara Pidana Indonesia. Jogjakarta: Amarta Buku.. 1985.Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta:Ghalia Indonesia. Banurusman. 1995. Polisi Masyarakat dan Negara. Jakarta: Indra Grafika. Barda Nawawi Arif. 2010. Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara. Yogyakarta: Genta Publishing. Bawengan, G.W. 1973. Pengantar Psikologi Kriminal. Jakarta: Pradnya Paramita.. 1977. Masalah Kejahatan Dengan Sebab dan Akibat. Jakarta: Pradnya Paramita. Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Sinar Grafika. BurhanBungin. 2001. Analisis Data PenelitianKualitatif.Jakarta: PT GrafindoPersada. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hadari Nawawi. 2002. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muladi dan Barda Nawawi. 1992. Teori-Teori dan Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: Alumni. Nurdjana. 2009. Hukum dan Aliran Kepercayaan Menyimpang Di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

130 Sadjijono. 2008. Hukum Kepolisian POLRI dan Good Governance. Surabaya: Laksbang Mediatama. Sudarto. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung: Alumni. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta. Sutrisno Hadi. 1997. Petunjuk Praktis Cara Mahasiswa Belajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tatat Kerja pada Tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor. Internet: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17887/5/chapter%20i.pdf, diakses tanggal 30 April 2013.