Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

dokumen-dokumen yang mirip
KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2013

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Berita Resmi Statistik

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Transkripsi:

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Jakarta, 18 Februari 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI 2

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 AGENDA PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT RKP 2010 Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat RKP 2011 Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkeadilan Didukung Oleh Pemantapan Tatakelola dan Sinergi Pusat Daerah INDIKATOR Realisasi 2005 Realisasi 2006 Realisasi 2007 Realisasi 2008 Realisasi 2009 Pertumbuhan Ekonomi : 5,7% 5,5 % 6,3% 6,1% 4,5% Pengangguran: 11,24% 10,28% 9,11% 8,39% 7,87% Kemiskinan: 15,97% 17,75 % 16,58% 15,42% 14,15% Indikator 2010 Rencana Realisasi 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan Ekonomi: 5.8 % 6.1 % 6.4% 6.4%-6.9% 6.7%-7.4% 7.0%-7.7% Pengangguran 7.6% 7.14 % 7% 6.7%-7.0% 6.0%-6.6% 5.0%-6.0% Kemiskinan 12.0%-13.5% 13.3 % 11.5%-12.5% 10.5%-11.5% 9.5%-10.5% 8%-10% Catatan: Dalam RPJM, sasaran yg dicantumkan hanya sasaran akhir tahun RPJM 2014 saja. 3

Produk Domestik Bruto (PDB) 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen) Pada tahun 2010 pertumbuhan didorong oleh industri pengolahan non-migas dan pertanian dengan kontribusi masing-masing sebesar 21,6 persen dan 15,3 persen. Beberapa industri manufaktur tumbuh 2 digit, yaitu Kendaraan Bermotor (19,59 persen); Alat Angkutan selain Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih (15,36 persen); dan Kulit dan Barang dari Kulit dan Alas Kaki (10,22 persen). No Lapangan Usaha TW-3 2010 thd TW-2 2010 TW-4 2010 thd TW-3 2010 TW-4 2010 thd TW-4 2009 Pertumbuhan 2010 Laju Sumber Perkiraan Pertumbuh an 2011 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Prtambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Htl & Resto Angkutan & Komunikasi Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan Jasa-jasa 6,2 3,5 2,6 0,1 4,4 3,9 4,7 1,7 1,1-20,3 0,6 1,4 1,7 2,5 0,7 3,7 1,3 2,5 3,8 4,2 5,3 4,3 6,7 8,4 15,5 6,3 7,5 2,9 3,5 4,5 5,3 7,0 8,7 13,5 5,7 6,0 0,4 0,3 1,2 0,0 0,4 1,5 1,2 0,5 0,6 3,0 2,4 4,6 9,7 8,5 8,6 13,4 7,2 6,1 PDB PDB Non-migas 3,4 3,6-1,4-1,5 6,9 7,4 6,1 6,6 6,1-6,3-6,4 Sumber: BPS 4

.Produk Domestik Bruto (Lapangan Usaha) HARGA BERLAKU HARGA KONSTAN DEFLATOR No LAPANGAN USAHA Pertumbuhabuhan 2009 2010 2009 2010 Pertum- 2009 2010 1 Pertanian, Peternakan, 857,241 985,114 14.92 295,934 304,406 2.86 2.90 3.24 Kehutanan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 591,913 716,391 21.03 180,159 186,435 3.48 3.29 3.84 3 Industri Pengolahan 1,477,674 1,594,330 7.89 569,785 595,313 4.48 2.59 2.68 Industri Migas 209,974 210,086 0.05 46,617 45,540 (2.31) 4.50 4.61 Industri Non Migas 1,267,700 1,384,244 9.19 523,168 549,773 5.09 2.42 2.52 4 Listrik, Gas & Air Bersih 47,166 50,042 6.10 17,137 18,048 5.31 2.75 2.77 5 Konstruksi 555,201 660,968 19.05 140,273 150,063 6.98 3.96 4.40 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 744,122 881,109 18.41 368,564 400,601 8.69 2.02 2.20 7 Pengangkutan dan Komunikasi 352,423 417,466 18.46 191,616 217,395 13.45 1.84 1.92 8 Keuangan, Real Estate & Jasa 404,013 462,789 14.55 208,840 220,646 5.65 1.93 2.10 Perusahaan 9 Jasa-jasa 574,117 654,680 14.03 205,434 217,782 6.01 2.79 3.01 PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,603,871 6,422,918 14.62 2,177,742 2,310,690 6.10 2.57 2.78 Tanpa Migas 5,138,955 5,924,008 15.28 2,035,894 2,169,541 6.56 2.52 2.73 Migas 464,916 498,910 7.31 141,847 141,149 (0.49) 3.28 3.53 Sumber: diolah dari BPS 5

Produk Domestik Bruto (PDB) 2010 Menurut Pengeluaran (persen) Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 pada sisi pengeluaran didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi berupa pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dengan peranan masing-masing sebesar 56,7 persen dan 32,2 persen. Laju Pertumbuhan Menurut Pengeluaran (%) No Jenis Pengeluaran TW-3 2010 thd TW-2 2010 1 2 3 4 5 Konsumsi Rumah-tangga Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)) Ekspor Impor Sumber: BPS 2,0 12,8 7,3 4,3 3,3 TW-4 2010 thd TW-3 2010 0,3 38,2 1,3 12,8 9,6 TW-4 2010 thd TW-4 2009 4,4 7,3 8,7 16,1 16,9 Laju Pertumbuhan 2010 4,6 0,3 8,5 14,9 17,3 Sumbr Pertumbuhan 2010 2,7 0,0 2,0 6,4 5,6 Perkiraan Pertumbuhan 2011 PDB 3,4-1,4 6,9 6,1 6,1 6,3-6,4 5,2 6,4 11,0 8,2 9,5 6

Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi Lain PENURUNAN KESENJANGAN DAN PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA PRODUKTIF 7

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia 1990 2010 Number of the Poor (Millions of People) Percentage of the Poor (%) Year Urban Rural Total Urban Rural National 1990 9,40 17,80 27,20 16,80 14,30 15,10 1993 8,70 17,20 25,90 13,50 13,80 13,70 1996 9,60 24,90 34,50 13,70 19,90 17,70 1998 17,60 31,90 49,50 21,90 25,70 24,20 1999 15,60 32,30 47,90 19,40 26,00 23,40 2000 12,30 26,40 38,70 14,60 22,30 19,10 2001 8,60 29,30 37,90 9,80 24,80 18,40 2002 13,30 25,10 38,40 14,50 21,10 18,20 2003 12,20 25,10 37,30 13,60 20,20 17,40 2004 11,50 24,60 36,10 12,60 19,50 16,60 2005 12,40 22,70 35,10 11,37 19,51 15,97 2006 14,49 24,81 39,30 13,47 21,81 17,75 2007 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58 2008 12,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15,42 2009 11,91 20,62 32,53 10,72 17,35 14,15 2010 11,10 19,93 31,02 9,87 16,56 13,33 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 8

Distribusi Penduduk Miskin di Indonesia (2008) 21% 3,4% 7,5% 9 57.8% 6.2% 4,2% Sumatera (21%) + Java (57.8%) = 78.8% 9

Gini Rasio Gini Rasio Indonesia 2005-2010 Tahun Gini Rasio Kota Desa Nasional 2005 0.338 0.264 0.343 2006 0.350 0.276 0.357 2007 0.374 0.302 0.376 2008 0.367 0.300 0.368 2009 0.362 0.288 0.357 2010 0.352 0.297 0.331 Gini rasio secara nasional membaik selama periode 2005-2010. Ginirasio membaik artinya tingkat ketimpangan berkurang. Gini rasio akan membaik bilamana pertumbuhan ekonomi juga dirasakan oleh mereka yg bependapatan rendah. Ini berarti selama periode 2005-2010 pertumbuhan ekonomi semakin banyak dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama menengah ke bawah. 0.40 0.38 0.36 0.34 0.32 0.30 0.28 0.26 0.24 0.22 0.20 Kota Desa Nasional 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Persentase (%) Index Gini Indikator Ekonomi Penurunan gini rasio tahun 2010 secara nasional didukung oleh membaiknya indikator kinerja ekonomi terpenting, yaitu: 1. Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 tumbuh dengan 6,1 persen. Sektor pertanian tumbuh 2,9 persen, sektor industri 4,5 persen, dan sektor jasa-jasa 6,0 persen. 2. Kesempatan kerja tumbuh 3,18 persen dan TPT menurun menjadi 7,14 persen 3. Tingkat kemiskinan menurun menjadi 13,3 persen. 20% 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Pertumbuhan Ekonomi (%) Tingkat Kemiskinan (%) Pertumbuhan Kesempatan Kerja (%) Gini Ratio 11

Perubahan Dalam Pasar Tenaga Kerja Membaiknya Gini Ratio merupakan dampak dari terciptanya lapangan kerja produktif. Penciptaan lapangan kerja produktif merupakan fokus dari kebijakan ekonomi dan sosial Pemerintah. Dengan fokus tersebut, Pemerintah menekankan kepada penciptaan lapangan kerja produktif dan bukan semata-mata mengejar pengurangan tingkat pengangguran Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat antara tahun 2005-2010 memungkinkan pertumbuhan kesempatan kerja melampaui pertumbuhan angkatan kerja. Dalam kurun waktu yang sama juga terjadi penurunan yang cukup tajam dalam pengangguran di kalangan tenaga kerja usia muda. Hal ini, didorong juga oleh membaiknya upaya di bidang pendidikan, termasuk memberikan bea siswa, dalam meningkatkan partisipasi pendidikan untuk semua, termasuk pendidikan menengah dan tinggi. Pertumbuhan ekonomi utamanya didukung oleh pertumbuhan sektor jasa, yang menyerap mayoritas tenaga kerja. 12

juta orang Penciptaan Lapangan Kerja dan Pengangguran Terbuka 140 120 100 80 60 40 11.24% 8.39% 7.87% 12% 10% 8% 7.14% 6% 4% Angkatan Kerja Bekerja Penganggur Terbuka TPT 20 2% - 2005 Agust-08 Agust-09 Agust 2010 0% Selama periode Agustus 2009-Agustus 2010, terjadi peningkatan lapangan kerja baru sebanyak 3,34 juta, sementara angkatan kerja baru bertambah sebanyak 2,7 juta. Pertambahan kesempatan kerja baru yang lebih besar dari pertambahan angkatan kerja baru, menurunkan angka pengangguran terbuka (TPT) dari 7,87 persen di bulan Agustus 2009 menjadi 7,14 persen di bulan Agustus 2010. Jumlah penganggur berkurang sebanyak 600 ribu, dari 8,96 juta menjadi 8,32 juta orang. 13

Pertumbuhan Pekerja Formal dan Informal Berdasarkan Status Pekerjaan Utama (persen) Persen Status Pekerjaan 2006 2007 2008 2009 2010 Formal 2.66 4.04 0.90 2.92 10.17 12 10 Formal Informal Berusaha dibantu buruh tetap 0.00 1.04 4.64 0.33 7.06 8 Buruh/karyawan 2.95 4.35 0.50 3.19 10.49 Informal 1.08 4.67 3.28 1.90-0.41 Berusaha sendiri 11.38 4.03 2.82 0.62-0.10 6 4 Berusaha dibantu buruh tidak tetap -5.21 5.09 3.45 0.73-1.15 2 Pekerja bebas 2.95 2.12 7.98 2.34-5.48 Pekerja tidak dibayar -4.76 6.42 0.58 4.51 3.04 Total 1.57 4.47 2.55 2.21 3.09 0-2 2006 2007 2008 2009 2010 Pekerja informal telah berkurang, dengan penurunan terbesar berasal dari mereka yang berstatus pekerja bebas non-pertanian, yaitu sebanyak 0,5 juta. Penurunan ini menyebabkan pertumbuhan kesempatan kerja informal menurun 0,41 persen di tahun 2010. Sebaliknya, lapangan kerja formal bertambah 3,64 juta tahun 2010. Pertambahan ini telah meningkatkan pertumbuhan pekerja formal sebesar 10,17 persen. Mereka yang memasuki lapangan kerja formal yang terbesar adalah berstatus sebagai buruh/karyawan, yaitu sebesar 3,4 juta. 14

Penurunan Pekerja Informal Mengurangi Pekerja Kelompok Rentan Berkurangnya pekerja informal, mengurangi kelompok pekerja rentan. Pekerja rentan merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan MDGs. Penurunan pekerja rentan terutama di perdesaan yang ditunjukkan oleh pengurangan jumlah pekerja rentan terutama di sektor pertanian. Gambaran iniberlaku juga untuk provinsi, dimana hampir semua provinsi mengalami penurunan proporsi pekerja rentan. Sebagai gantinya, pekerja mulai bergeser ke pekerjaan yang formal. 15

16 Penyerapan Tenaga Kerja Melalui PMDN & PMA Lapangan kerja formal, tumbuh oleh adanya investasi. Berdasarkan investasi melalui PMDN-PMA, lapangan kerja yang tercipta meningkat dari tahun ketahun. Hampir 50,0 persen kesempatan kerja formal yang terserap selama 2006-2010, diciptakan dari Investasi PMDN-PMA. Tumbuhnya lapangan kerja formal, telah mengurangi tingkat pengangguran terbuka untuk kelompok pekerja berpendidikan.

Persen Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 20,0 14,3 17,3 14,6 14,5 SD Ke Bawah Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan Diploma I/II/III Universitas 12,6 13,7 13,1 12,8 11,9 Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 SD Ke Bawah 4,57 3,78 3,81 SMP 9,39 8,37 7,45 SMU 14,31 14,5 11,9 SMK 17,26 14,59 11,87 Diploma I/II/III 11,21 13,66 12,78 Universitas 12,59 13,08 11,92 Total 8,39 7,87 7,14 Sumber: BPS 10,0 0,0 11,2 9,4 8,4 7,5 4,6 3,8 3,8 Agustus Agustus Agustus 2008 2009 2010 Dari 3,34 juta kesempatan kerja baru, 2,8 juta berasal dari lulusan SMU dan Perguruan tinggi, yang terdiri dari 2,0 juta lulusan SMU dan 0,8 juta lulusan diploma dan universitas. Terserapnya lulusan tersebut, menurunkan TPT tahun 2010, untuk SMA menjadi 11,9%, SMK 11,87%, dan PT 11,92%. Dari 2,8 juta lulusan SMU dan perguruan tinggi yang baru masuk pasar kerja, diperkirakan tertampung dalam lapangan kerja formal. Indikasi ini dapat terlihat dari tambahan lapangan kerja formal yang berjumlah 3,64 juta. Dari jumlah itu, 3,4 menjadi karyawan baru. 17

Perbaikan Upah Kelompok Pekerja Terendah Meskipun TPT kelompok berpendidikan terus menurun, tetapi dari sisi upah kenaikan terbesar ada pada kelompok yang berpendidikan rendah. Besarnya kenaikan upah di tahun 2010 kelompok yang berpendidikan SD dan dibawahnya, telah memperkecil perbandingan upah antara pekerja berpendidikan rendah dengan berpendidikan tinggi. Dengan rata-rata pendidikan pekerja yang hanya SD, dan mayoritas mereka adalah termasuk kelompok penduduk yang miskin, ini berarti terjadi penurunan kesenjangan, antara kelompok pekerja dengan pendapatan terendah dengan kelompok pekerja yang pendapatannya lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan Gini ratio yang membaik. 18

Desil Pengeluaran Kelompok Desil Terendah Mengalami Peningkatan Total 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Kota+Desa Desa Kota 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% Desil Perubahan Maret 2009-Maret 2010 Kota Desa Kota + Desa 10 20,53 14,29 24,27 20 17,04 13,08 21,77 30 14,44 11,42 19,56 40 13,42 11,32 18,83 50 14,39 13,07 19,58 60 15,78 15,81 20,62 70 17,28 18,43 21,58 80 18,62 21,48 21,34 90 18,02 20,87 17,02 100 8,20 15,72 3,52 Total 14,22 16,46 15,08 Sumber: Susenas Menurunnya Gini rasio ditunjukkan oleh membaiknya konsumsi kelompok terendah. Pertumbuhan konsumsi penduduk desil terbawah lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan konsumsi penduduk desil teratas Ini berarti rata-rata pengeluran untuk konsumsi desil 1-4 per kapita/bulan, mengalami perubahan yang membaik. 19

TERIMA KASIH