BAB I PENDAHULUAN. tahun ajaran 2013/2014. Pencapaian tujuan dari Kurikulum 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

PENGEMBANGAN E-MODULE IPA BERBASIS SERVICE LEARNING DENGAN TEMA PENCEMARAN UDARA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Teknologi komputer dapat di gunakan sebagi alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju mengubah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, teknologi informasi adalah bagian dari media yang digunakan untuk

antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan problem solving pada dasarnya merupakan hakikat tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ilmu kimia sebagai salah satu bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurbaiti Rahmah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain, lingkungan dan teknologi. Ace Suryadi (2014:

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all.,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahdawi Firmansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional sedang mengalami perubahan yang cukup mendasar,

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMP swasta di Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang

I. PENDAHULUAN. berkualitas dan satu satunya wadah yang berfungsi sebagai alat untuk. membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi (TIK), dan lahirnya masyarakat berbasis ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pelajaran fisika telah diperkenalkan kepada siswa di Sekolah Dasar (SD) dan di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang membosankan dan bahkan ada yang sampai membenci. Hal ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang menarik untuk dipelajari karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring Report 2012.

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. dan peserta didik melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi

BAB I PENDAHULUAN. ke waktu mengalami perubahan dan perbaikan. Salah satu upaya untuk

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mengajarkan ilmu kimia bagi siswa, khususnya bagi anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai bentuk penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan mulai terealisasi pada tahun ajaran 2013/2014. Pencapaian tujuan dari Kurikulum 2013 yaitu tuntutan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill). Salah satu upaya untuk meningkatkan berpikir tingkat tinggi yaitu dengan memfasilitasi atau memberi kesempatan siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam kehidupan. Hal ini sesuai dengan abad 21, yaitu peserta didik dituntut harus mampu mengkaitkan antara materi yang ia pelajari dengan kehidupan nyata. Proses pembelajaran siswa harus mampu membangun pengalaman belajar siswa berdasarkan apa yang siswa lakukan selama pembelajaran, maka perlu adanya refleksi pengalaman belajar agar siswa berpikir tentang apa yang sudah mereka lakukan dan peroleh. Hal tersebut agar siswa dapat belajar lebih baik lagi. Salah satunya dengan meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Berdasarkan observasi yang di lakukan di SMP N 3 Wonosari bahwa pembelajaran di SMP N 3 Wonosari sudah menggunakan Kurikulum 2013. SMP N 3 Wonosari memiliki fasilitas yang cukup memadai antara lain: laboraturium IPA, laboraturium TIK, ruang musik, perpustakaan, lapangan basket, LCD setiap kelas, wifi, dll. Pembelajaran IPA guru menggunakan 1

fasilitas laboraturium IPA sebagai ruangan untuk praktikum, sedangkan untuk kegiatan selain praktikum, yaitu penjelasan materi hanya dilakukan di dalam kelas masing-masing dan guru menerapkan metode ceramah, diskusi, dan presentasi. Sumber yang digunakan oleh guru adalah buku paket Kurikulum 2013 yang disediakan oleh pemerintah, sedangkan untuk bahan ajar yang digunakan adalah LKS dari penerbit. Bahan ajar Kurikulum 2013 memang lebih mudah digunakan, namun belum menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekolah. Bahan ajar LKS dari penerbit juga belum sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan keadaan peserta didik. Proses pembelajaran di SMP N 3 Wonosari berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih bersifat teacher centered. Guru ketika pembelajaran langsung bertanya tentang materi yang dipelajari, contoh: Bagaimanna cara menggunakan jangka sorong?. Selain itu, guru belum mengangkat permasalahan dari lingkungan sekitar. Guru belum mengajak peserta didik untuk berpikir memecahkan masalah, mengusulkan solusi, serta mengatasi masalah dalam masyarakat. Selain itu, pada kegiatan pembelajaran di kelas meskipun guru memberikan pertanyaanpertanyaan sebagai pemancing yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir, peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan jawaban singkat sedangkan untuk bertanya mengenai persoalan berkaitan dengan materi yang lebih mendalam hanya 1-5 anak yang bertanya dari 32 anak. Selanjutnya pada kegiatan bertanya atau menanggapi kelompok lain yang sedang presentasi, hanya 1-3 anak saja yang berani menanggapi. 2

Berdasarkan permasalahan tersebut secara umum menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis peserta didik masih relatif rendah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan permasalahan di atas, dari enam indikator berpikir kritis yaitu, menemukan permasalahan dari suatu kasus/kejadian yang berhubungan dengan konsep IPA, menyusun kalimat hipotesis yang sesuai dengan permasalahan dan hubungan antar variabel yang terlibat, melakukan langkah guna menemukan jawaban dari suatu permasalahan, mengaitkan hubungan sebab/ akibat dari data/informasi, menuliskan temuan hasil uji coba dan untuk menjawab hipotesis teoritis, dan membuat pertimbangan dari suatu pernyataan disertai dengan alasan yang mendukung/ menolak suatu pernyataan. Upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, yaitu dengan mengimplementasikan strategi service learning dalam bahan ajar yang lebih inovatif dan kreatif agar dapat menarik peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik mampu mencapai enam indikator berpikir kritis. Berdasarkan masalah yang telah dibahas di atas maka pembelajaran IPA penting untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dengan strategi service learning. Salah satu materi IPA adalah Pencemaran Lingkungan khususnya pada materi Pencemaran Udara. Materi Pencemaran Udara ini merupakan materi pelajaran kelas VII semester II, dengan KD 3.8 menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi ekosistem dan KD 4.8 membuat tulisan tentang gagasan penyelesaian masalah pencemaran di lingkungannya berdasarkan hasil pengamatan. 3

Pemilihan materi ini didasarkan pada kompetensi Menganalisis yang menuntut keterampilan berpikir kritis dan masalah yang diangkat sangat erat dengan masalah dalam kehidupan masyarakat sehingga potensi menggunakan strategi service learning. Service learning (pembelajaran berbasis jasa layanan) merupakan salah satu bagian dari strategi pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari dengan mengaitkan materi dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari. Berkembangnya IPTEK maka kemajuan teknologi lebih cangih, sehingga memungkinkan peserta didik lebih menarik mencari informasi dengan memanfaatkan TIK. Kemajuan ilmu TIK sangat memiliki potensi yang besar peluang guru untuk mengembangkan sarana atau alat untuk menciptakan bahan ajar yang kreatif dan inovatif yaitu dengan mengembangkan bahan ajar yang disebut e module. Pemilihan bahan ajar berbentuk e module dikarenakan dengan e module peserta didik dapat mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan belajar secara individual. Peserta didik belajar tidak dapat melanjutkan ke suatu unit pelajaran berikutnya sebelum menyelesaikan secara tuntas materi belajarnya. Peserta didik dapat mengkontrol kemampuan dan intesitas belajarnya dengan e module. E module dapat dipelajari di mana saja. Lama penggunaan sebuah e module tidak tertentu, meskipun di dalam kemasan e module juga disebutkan waktu yang dibutuhkan untuk 4

mempelajari materi tertentu. Akan tetapi, keleluasaan peserta didik mengelola waktu tersebut sangat fleksibel, dapat beberapa menit dan dapat pula beberapa jam, dan dapat dilakukan secara tersendiri atau diberi variasi dengan metode lain. Selain itu pemilihan bahan ajar berbentuk elektronik, dikarenakan memanfaatkan fasilitas sekolah yaitu wifi dan Lab. Komputer yang sebelumnya belum dimanfaatkan secara optimal. Selanjutnya, karena bahan ajar berbentuk elektronik lebih praktis dan lebih ekonomis sehingga tidak terlalu membebankan peserta didik. E module adalah sebuah bentuk penyajian bahan ajar mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran terkecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang disajikan dalam format elektronik. E- module tersusun oleh navigasi berupa link yang membuat peserta didik menjadi lebih interaktif dengan program serta dilengkapi dengan penyajian video tutorial, animasi, dan audio untuk memperkaya pengalaman belajar. Dengan demikian bahan ajar e module yang akan dikembangkan adalah blogger. Hal ini karena situs blogger merupakan situs gratis dan dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Selain itu tampilan blogger lebih menarik, sehingga diharapkan peserta didik lebih bersemangat dalam belajar. Blog adalah singkatan dari weblog. Blog adalah jenis situs web yang dikembangkan dan dikelola oleh individu dengan menggunakan perangkat lunak (software) online atau platform host yang sangat mudah penggunaan, dengan ruang untuk menulis. Blog menampilkan publikasi online instan dan 5

mengajak publik untuk membaca dan memberikan umpan balik sebagai komentar. E module dirancang untuk digunakan peserta didik secara mandiri, sehingga di dalam E module akan dilengkapi dengan petunjuk penggunaannya. Dalam hal ini apabila peserta didik terbiasa menggunakan bahan ajar, diharapkan peserta didik lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Dede Rosyada (2004: 140) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan siswa dalam menghimpun berbagai informasi kemudian membuat sebuah kesimpulan evaluatif dari berbagai informasi tersebut (Elok Kristiana Dewi dan Oksiana Jatiningsih, 2015: 940). Kalimat tersebut telah memberikan pengertian bahwa keterampilan berpikir kritis sangat perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan kompetensi yang ada dalam dirinya serta memahami fenomena alam yang ada di sekitar secara ilmiah dan mendalam. Dengan demikian melalui e module pembelajaran IPA, peserta didik dapat mempelajari tentang konsep IPA pada tema Pencemaran Udara secara mendalam. E module ini dapat digunakan peserta didik sebagai bahan ajar dengan memanfaatkan fasilitas sekolah yaitu laboraturium komputer dan wifi. B. Identifikasi Masalah Masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang tersebut adalah sebagai berikut: 6

1. Tuntutan Kurikulum 2013 yaitu tuntutan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill), namun kenyataannya masih terpaku pada lower order thinking. 2. Tuntutan abad 21 siswa dituntut harus mampu mengkaitkan antara materi yang ia pelajari dengan kehidupan nyata, namun dalam proses pembelajaran belum terlaksana. 3. Guru mata pelajaran IPA hanya menggunakan buku paket Kurikulum 2013 yang disediakan oleh pemerintah dan LKS dari penerbit sebagai bahan ajar di kelas. Seharusnya guru dapat mengembangkan bahan ajar yang lebih lengkap lagi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah. 4. Kurikulum 2013 menekankan kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered), namun pada kenyataannya kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered. 5. Kegiatan menanya diharapkan peserta didik mengajukan pertanyaan atau menanggapi peserta didik yang lain, akan tetapi pada pelaksanaannya belum berjalan secara aktif. 6. Peserta didik seharusnya memiliki keterampilan berpikir kritis yang tinggi untuk dapat menentukan gagasan-gagasan dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan suatu masalah, akan tetapi keterampilan berpikir kritis peserta didik masih rendah. 7

C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada permasalahan nomor 3 dan 6, yaitu: 1. Pengembangan bahan ajar IPA e module berbasis service learning berbentuk blogger untuk mendukung tema Pencemaran Udara yang dapat diakses peserta didik dengan perangkat elektronik yang terhubung dengan jaringan internet. 2. Pengembangan e module dengan tema Pencemaran Udara untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah, rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kelayakan e module IPA dengan tema Pencemaran Udara berbasis service learning sebagai bahan ajar ditinjau dari aspek kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, tampilan e-module, dan penggunaan e module menurut validator (dosen ahli dan guru IPA) untuk siswa SMP kelas VII? 2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMP kelas VII setelah menggunakan e module pembelajaran IPA dengan tema Pencemaran Udara? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kelayakan e module pembelajaran IPA dengan tema Pencemaran Udara sebagai bahan ajar ditinjau dari aspek kelayakan isi, 8

kebahasaan, penyajian, tampilan e-module, dan penggunaan e module menurut validator (dosen ahli dan guru IPA) untuk siswa SMP kelas VII. 2. Mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMP kelas VII setelah menggunakan e module pembelajaran IPA dengan tema Pencemaran Udara. F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Produk yang akan dikembangkan adalah bahan ajar e module berbasis service learning dengan tema Pencemaran Udara. E-module IPA dikembangkan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Produk e module diperuntukkan bagi peserta didik kelas VII. E-module ini terdapat dua kegiatan, yaitu kegiatan pertama penyebab pencemaran udara dan kegiatan kedua tentang dampak pencemaran udara. Kedua kegiatan ini telah disisipkan indikator-indikator berpikir kritis, mulai dari mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, memecahkan masalah, menganalisis, membuat kesimpulan, dan mengevaluasi. G. Manfaat Penelitan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat berikut: Bagi Pendidik 1. Memperoleh bahan ajar yang dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran IPA pada tema Pencemaran Udara. 2. Memperoleh informasi mengenai cara pembuatan dan pengembangan e module. 9

3. Meningkatkan motivasi pendidik untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan bahan ajar yang tepat dan menarik bagi peserta didik dalam mempelajari IPA. Bagi Peserta Didik 1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai materi pelajaran IPA. 2. Dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar IPA dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Bagi Mahasiswa 1. Mengetahui langkah langkah pembuatan e module sebagai bahan ajar. 2. Meningkatkan motivasi untuk mengembangkan bahan ajar lanjutan. Bagi Peneliti 1. Aplikasi ilmu pedagogi dan IPA yang diperoleh selama kuliah. 2. Melatih keterampilan meneliti, khususnya penelitian dan pengembangan bahan ajar. H. Definisi Operasional 1. E-module yaitu sebuah bentuk penyajian bahan belajar mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam unit pembelajaran terkecil untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang disajikan dalam format elektronik. 2. Service learning merupakan pembelajaran pelayanan yaitu salah satu bagian dari strategi pembelajaran kontekstual (mengaitkan materi dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari) yang bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari melalui 10

tiga indikator service learning yaitu: (1) materi diambil dari permasalahan yang umum ditemukan di masyarakat; (2) solusi masalah didapatkan melalui kombinasi antara ilmu yang telah didapatkan dan pengalaman di masyarakat sebelumnya; (3) dan permasalahan dan solusi mampu menjadi wadah refleksi. 3. Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan berpikir untuk mempertimbangkan hal-hal yang seharusnya dipercaya atau dilakukan melalui enam indikator berpikir kritis yaitu: (1) menemukan permasalahan dari suatu kasus/kejadian yang berhubungan dengan konsep IPA; (2) menyusun kalimat hipotesis yang sesuai dengan permasalahan dan hubungan antar variabel yang terlibat; (3) melakukan langkah guna menemukan jawaban dari suatu permasalahan; (4) mengaitkan hubungan sebab/ akibat dari data/informasi; (5) menuliskan temuan hasil uji coba dan untuk menjawab hipotesis teoritis; (6) membuat pertimbangan dari suatu pernyataan disertai dengan alasan yang mendukung/ menolak suatu pernyataan. 11