II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti kota istoria yaitu kota ilmu di

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kerajaan Jawa dipegang oleh raja baru dari Kerajaan Majapahit. Majapahit merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Pada saat proses penulisan laporan ini, penulis memerlukan suatu hal yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tinjauan berarti menjenguk,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani Istoria yang berarti ilmu yang biasanya diperuntukkan bagi

SISTEM KETATANEGARAAN KERAJAAN MAJAPAHIT

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

I.PENDAHULUAN. Majapahit adalah salah satu kerajaandi Indonesia yangberdiri pada tahun 1293-

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

Sejarah Kerajaan Majapahit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan salah satu produk budaya yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. berhasil mempersatukan provinsi-provinsi di Jepang. Toyotomi Hideyoshi

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

II. TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Kata tinjauan historis secara etimologi terdiri dari dua kata, yakni tinjauan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan. menjenguk, memeriksa dan meneliti un.

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

BAB I PENGANTAR. 1.1.Latar Belakang. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah, sebab tanah

Sejarah Pengenalan Ilmu Sejarah Canisius17xa5.wordpress.com

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. hidup rumah tangga setelah masing-masing pasangan siap untuk melakukan

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

BAB I PENDAHULUAN kali peperangan di seluruh dunia. Kemudian sejak abad 19, manusia mulai

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

5.1 Visualisasi Gajah Mada. Gambar 5.1 Visualisasi Gajah Mada

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. imam dan mempunyai hak memberi sakramen penguatan dan menahbiskan imam,

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B.

Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia. Disusun Oleh Kelompok 10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

III. METODELOGI PENELITIAN

PENDIDIKAN PANCASILA

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP 1 Karangdadap Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

49. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

Pendidikan Agama Kristen Protestan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat yang kecil ataupun masyarakat yang berskala besar dalam menginginkan

3. Shefer Sejarah adalah peristiwa yang telah lepas dan benar-benar berlaku pada masa itu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan luar akan menetapkan pilihan nilai untuk dirinya dan ini berarti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DINAMIKA PSIKOLOGIS PERILAKU MEMBUNUH (Study Kasus pada Seorang Pelaku Pembunuhan)

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

2015 STRATEGI MAO TSE TUNG DALAM PERANG SAUDARA DI CHINA TAHUN

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SENGKETA INTERNASIONAL

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Historis. Menurut H. Roeslan Abdulgani yang dikutip oleh Hugiono dan P.K.

BAB V KESIMPULAN. telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa

Menelisik Tumbangnya Koalisi Pemerintah di Malaysia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa indonesia berasal dari kata tinjau yang berarti melihat, menjenguk, memeriksa dan meneliti untuk kemudian menarik kesimpulan. Sedangkan kata historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti kota istoria yaitu kota ilmu di Yunani. Kemudian kata istoria dalam perkembangannya diperuntukkan bagi pengkajian terhadap segala sesuatu mengenai masalalu manusia secara kronologis. Pada perkembangan selanjutnya kata istoria juga diadopsi oleh bahasa inggris dengan perubahan fonem menjadi history atau historis yang dipergunakan sebagai istilah untuk menyebut cerita tentang peristiwa dan kejadian yang dialami manusia pada masa lampau Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata historis dikenal dengan istilah sejarah. (Louis Gottschalk,1975:7) Adapun pengertian historis atau sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran. Pendapat lain mengatakan bahwa Sejarah ialah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau, beserta segala kejadian-kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan. (Purwantana, http://www.edukasi.net/26-3-2008) Menurut J.V. Brice Sejarah adalah catatan-catatan dari apa yang telah dipikirkan dan diperbuat oleh manusia. Sedangkan menurut R.G Collingwood, sejarah ialah sejenis bentuk

penyelidikan atau suatu penyiasatan tentang perkara-perkara yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau. Sementara itu, sejarah juga diartikan sebagai gambaran masalalu kehidupan manusia dan seputarnya meliputi lingkungannya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan pemahaman tentang apa yang telah terjadi. (Sidi Gazalba, http://www.wordpress.com2007/11/14) Berdasarkan beberapa konsep yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan historis memiliki pengertian sebagai suatu bentuk penyelidikan atau penelitian terhadap gejala peristiwa masa lampau baik individu maupun kelompok beserta dengan lingkungannya yang ditulis secara ilmiah, kritis dan sistematis meliputi urutan fakta dan masa kejadian peristiwa yang telah berlalu (kronologis), dengan tafsiran dan penjelasan yang mendukung serta memberi pengertian terhadap gejala peristiwa tersebut. Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mengungkapkan kembali peristiwa masa lampau yakni mengenai intrik dan perang suksesi yang pernah terjadi di Kerajaan Majapahit. 2.1.1 Konsep Intrik Pada dasarnya kata Intrik dapat diartikan sebagai cara atau tindakan untuk menjatuhkan lawan melalui penyebaran kabar bohong atau palsu dengan tujuan untuk menghancurkan pihak lawan (Anonim,1997:385). Permainan intrik politik zaman sekarang berbeda pada zaman sebelum kemerdekaan, pada masa lampau permainan intrik bisa sampai menimbulkan perang saudara tetapi zaman sekarang intrik banyak dilakukan dengan cara terselubung agar pihak yang berperan akan terbebas dari segala tuduhan. Intrik politik di Majapahit sudah muncul pada awal berdirinya dan terus berkembang hingga pada masa kemundurannya. Permainan politik yang disertai dengan intrik seringkali membawa dampak yang tidak baik, sebagai contohnya intrik yang diperankan oleh Mahapati Halayuda sebagai orang yang sangat berambisi untuk menjadi orang nomor satu di

Majapahit. Dalam prakteknya Mahapati tidak segan-segan menyebarkan kabar yang tidak benar sehingga banyak sekali pihak-pihak yang tidak bersalah menjadi korban. Dalam konteks masa kini intrik politik juga nampak dalam setiap peralihan kekuasaan dalam pemerintahan. Intrik-intrik terus bermunculan karena adanya keinginan dari masing-masing pihak untuk saling menjatuhkan. 2.1.2. Konsep Perang Suksesi Pada dasarnya kata Perang dapat diartikan sebagai pertikaian antara dua kekuatan (Anonim,1997:752). Secara spesifik dan wilayah filosofis, perang merupakan turunan sifat dasar manusia yang sampai pada saat ini tetap memelihara dominasi dan persaingan sebagai sarana dalam memperkuat eksistensi diri. Berawal secara psikologis dan fisik, baik dilakukan secara berkelompok atau tidak perang dapat mengakibatkan kehancuran. (Akbar Rahmawan,http://blogspot.com/2009/08/pengertian-perang.html) Selain itu ada pula definisi perang yang dimaknai sebagai aksi fisik dan non fisik antara dua kelompok atau lebih untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Secara purba perang dimaknai sebagai pertikaian bersenjata, namun pada era masa kini perang lebih mengarah pada superioritas teknologi dan industri. Sedangkan mengenai pengertian suksesi secara harafiah dapat dipadankan dengan pergantian. Dalam bidang pemerintahan suksesi merupakan suatu keadaan dimana terjadi perubahan atau penggantian kedaulatan dalam suatu negara sehingga terjadi semacam pergantian negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks. Dalam dunia politik suksesi pemerintahan merupakan fenomena yang lumrah terjadi dan lazimnya para pemimpin dituntut memainkan strategi politik, mengidentifikasi peta kekuatan oposisi berikut segala prediksi kemungkinan terjadinya suatu konspirasi bahkan konflik politik didalamnya.

Suksesi dalam pemerintahan dapat terjadi melalui kekerasan yakni melalui perang atau revolusi sedangkan suksesi yang terjadi tanpa kekerasan adalah terjadinya suatu perubahan wilayah secara damai. Sebagai contoh misalnya suatu wilayah secara sukarela menyatakan bergabung dengan wilayah lain dan menjadi bagian dari padanya tanpa melalui perang saudara. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan perang suksesi yaitu perselisihan atau pertikaian yang terjadi pada saat pergantian pemimpin tertinggi dalam sebuah pemerintahan. Suksesi pemerintahan di Majapahit pasca pemerintahan Hayam Wuruk tidak berjalan dengan baik karena selalu disertai dengan perselisihan bahkan hingga pada perang saudara. Perang saudara dalam suksesi kepemimpinan yang berakibat pada lemahnya sistem politik dan ekonomi Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Dewi Suhita. Pemerintahan Dewi Suhita tidak berjalan dengan sempurna karena adanya perongrongan yang justru datang dari saudaranya. Pasca pemerintahan Dewi Suhita, suksesi pemerintahan Majapahit tetap mengalami kekacauan akibat adanya perebutan kekuasaan antar saudara yang masing-masing pihak mengklaim dirinya berhak menjadi raja dan berkuasa di Majapahit. 2.2 Kerangka Pikir Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dimana wilayah kekuasaan Majapahit kala itu mampu menjangkau seluruh wilayah Nusantara. Kehidupan sosial, ekonomi dan politiknya juga berjalan selaras menuju kepada arah kemajuan. Akan tetapi intrik politik di Majapahit tetap saja muncul dan terus berkembang hingga pada pemerintahan berikutnya. Adanya perbedaan pandangan antara keluarga mengenai warisan tahkta menjadikan intrik-intrik tersebut semakin berkembang dengan pesat hingga menimbulkan perselisihan antar keluarga yang berkepanjangan.

Permasalahan di Majapahit tidak terselesaikan dengan baik, hingga pasca pemerintahan Hayam Wuruk Majapahit perlahan-lahan mengalami krisis kepemimpinan. Kaderisasi yang mengarah kepada penyiapan pemimpin selanjutnya tidak berjalan dengan baik, salah satu penyebabnya adalah pemilihan pemimpin yang didasarkan kepada keturunan bukan kepada keahlian. Kekuatan kerajaan Majapahit semakin melemah akibat munculnya perebutan kekuasaan dan berbagai intrik-intrik politik yang diperankan oleh para keluarga keturunan raja sehingga melemahkan kekuatan dan memudarkan kejayaan Majapahit yang telah terkelola bertahun-tahun. Perselisihan antar keluarga tidak dapat diselesaikan secara damai, masing-masing merasa dalam posisi kebenaran. Perseteruan keluarga terjadi semakin tidak terkendali pasca pemerintahan Wikramawardhana. Hal tersebut disebabkan karena Wikramawardhana menyerahkan warisan tahkta kepada puterinya Dewi Suhita. Kenyataan tersebut tidak dapat diterima oleh Wirabhumi putera Hayam Wuruk dari selir yang menganggap bahwa Ia lebih berhak menjadi raja meneruskan pemerintahan Majapahit daripada Suhita. Pada hakikatnya raja memang memiliki kekuasaan mutlak dimana segala keputusannya harus dan mendapatkan persetujuan dari berbagai pihak. Akan tetapi dalam hal penobatan Suhita menjadi raja, Wirabhumi mempunyai alasan yang kuat untuk menentangnya karena Wikramawardhana hanyalah seorang raja yang berkuasa atas nama istrinya sedangkan Suhita adalah keturunan selir yang tidak memiliki hubungan darah langsung dari permaisuri sebagai pewaris tahkta yang sah. Wirabhumi berupaya mengadakan makar untuk menggulingkan kekuasaan Suhita. Perseteruan tersebut berbuah pada perang saudara yang dikenal hingga kini sebagai perang Paregreg. Dalam peristiwa tersebut pihak Wirabhumi mengalami kekalahan, namun kekalahan Wirabhumi memupuk semangat para pengikutnya untuk melakukan perlawanan kembali sebagai wujud balas dendam atas kekalahan yang mereka terima.

Pasca kekalahan Wirabhumi dalam perang saudara tersebut Bhre Daha putera Wirabhumi berhasil menggulingkan kekuasaan Suhita. Namun pihak keluarga Suhita tidak tinggal diam dan kembali berupaya untuk merebut tahkta dari tangan Bhre Daha. Dalam pembalasan tersebut pihak Suhita kembali dapat merebut kekuasaan, namun karena Suhita tidak memiliki keturunan maka pemerintahan dilanjutkan oleh adiknya yakni Kertawijaya. Kertawijaya digantikan oleh puteranya yakni Bhre Pamotan (Sang Sinagara), namun ketika Sang Sinagara wafat pada tahun 1453 terjadilah pertikaian tahkta antara Samarawijaya (Bhre Kahuripan) dan Girisawardhana (Bhre Wengker). Kemelut antara paman dengan keponakan ini menyebabkan kerajaan Majapahit mengalami kekosongan dalam pemerintahan selama tiga tahun. Kevakuman tahkta berakhir pada tahun 1456 ketika Girisawardhana menjadi raja dengan gelar Purwawisesa. Ketika Girisawardhana wafat pada tahun 1466, sengketa kekuasaan kembali muncul. Adik bungsu Sang Sinagara yakni Suraprabhawa juga berambisi untuk menjadi raja. Akhirnya Suraprabhawa menjadi raja Majapahit, namun ketika dua tahun masa pemerintahannya, anak-anak Sang Sinagara berkomplot dan berusaha menyusun kekuatan untuk merebut hak tahkta dan pada tahun 1478 para putera Sang Sinagara memberontak kepada kekuasaan Suraprabhawa hingga menyebabkan kehancuran kerajaan Majapahit seiring dengan kemunculan kerajaan baru.

2.3. Paradigma Masa pemerintahan Hayam Wuruk Munculnya gerakan dari keluarga raja yang sama-sama menginginkan kekuasaan Intrik dan Perang Suksesi Keterangan : : Garis Pengaruh : Garis Akibat

REFERENSI Louis Gottschalk. 1975. Mengerti Sejarah. Universitas Indonesia: Jakarta. Halaman 7 Purwantana, dikutip dari : http://www.edukasi.net/26-3-2008 Sidi Gazalba, dikutip dari : http://www.wordpress.com.2007/11/14 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua 1997. Balai Pustaka: Jakarta.halaman 385 Ibid. halaman 752 Akbar Rahmawan, dikutip dari : http://blogspot.com/2009/08/pengertian-perang.html Muljana, Slamet. 2005. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnnya Negara-Negara Islam di Nusantara.LKIS Yogyakarta: Yogyakarta. Halaman178