23 III. METODE KAJIAN 1. Lokasi dan Waktu Tugas akhir ini dilaksanakan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat sebagai salah satu daerah penerima dana stimulan Program Pengembangan KSP Sektoral, P3KUM dan Program Perkassa. Di samping itu Kabupaten Karawang merupakan daerah pertanian dan daerah industri yang cukup pesat perkembangannya di Jawa Barat, serta daerah dengan potensi koperasi dan UKM yang cukup maju. Pelaksanaan kegiatan tugas akhir ini dilakukan dari bulan Juni-Oktober 2009. 2. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dibagi dua jenis, yaitu : a. Data primer Data primer diperoleh secara langsung dari masyarakat, baik yang dilakukan melalui wawancara, obsevasi, dan alat lainnya (Subagyo,1999). Wawancara langsung (interview) berupa tanya jawab dengan para Pejabat Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Karawang sebagai pakar. Wawancara juga dilakukan kepada para pengurus dan pengelola koperasi. Daftar pertanyaan tertulis ditujukan kepada pihak yang terkait langsung, khususnya para pengurus dan pengelola koperasi, serta para anggota koperasi. Istilah atau singkatan yang digunakan pada kajian ini dimuat pada Lampiran 2. Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap obyek yang dikaji, baik kegiatan organisasi dan usaha dari beberapa koperasi di Kabupaten Karawang. Data primer mencakup data internal dari koperasi dan Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Berupa Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi, Data Perkembangan Koperasi dan UKM Kabupaten Karawang. Daftar pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 3. b. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari atau berasal dari kepustakaan yang digunakan untuk melengkapi data primer (Subagyo,1999). Dikumpulkan melalui data yang telah tersedia dalam bentuk publikasi dari lembaga pemerintah maupun swasta yang dapat dipercaya kebenarannya. Data sekunder dikumpulkan dari kepustakaan yang menunjang dan berhubungan dengan peubah masalah atau dengan topik yang akan dibahas seperti : Data Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Karawang, Data Penggunaan Lahan, Data Perkembangan Kependudukan, Data Perkembangan Ketenagakerjaan dan lain sebagainya.
24 3. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap data berupa informasi dan uraian yang merupakan penjelasan-penjelasan, bukan berupa angka-angka statistik atau bentuk angka lainnya. Sedangkan analisis kuantitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap data dalam bentuk jumlah yang dituangkan untuk menerangkan suatu kejelasan dari angka-angka (Subagyo,1999). Langkah-langkah dalam melakukan analisis permasalahan dan pembahasan aspek kajian, serta target output yang dicapai dapat dilihat pada Gambar 1. Input Program Dana Stimulan Perkuatan permodalan KSP dan USP Koperasi Peningkatan kemampuan SDM di bidang manajemen usaha dan pengelolaan keuangan Peningkatan peran KSP dan USP Koperasi dalam mendukung perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan Analisis - Kelembagaan KSP dan USP Koperasi (FGD) - Rasio keuangan KSP dan USP Koperasi - Tingkat kesejahteraan anggota KSP dan USP Koperasi Umpan balik Output - Meningkatnya perkuatan permodalan, kemampuan SDM di bidang manajemen dan pengelolaan keuangan, serta peran KSP dan USP Koperasi dalam mendukung perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan. - Meningkatnya rasio keuangan KSP dan USP Koperasi menjadi lebih baik. - Meningkatnya kesejahteraan para anggota KSP dan USP Koperasi dan masyarakat sekitarnya. Gambar 1. Diagram alir Program Dana Stimulan pada tahun 2008
25 4. Hal Yang Dikaji Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan pelaksanaan tugas akhir, aspek penting program dana stimulan dalam pengembangan perekonomian masyarakat di Kabupaten Karawang dikaji dengan menggunakan beberapa analisis yaitu : (a) Analisis Kelembagaan KSP dan USP Koperasi; (b) Analisis Rasio Keuangan KSP dan USP Koperasi; (c) Analisis Tingkat Kesejahteraan Anggota KSP dan USP Koperasi. Penggunaan metode dan penjelasan dari beberapa analisis tersebut adalah: a. Analisis Kelembagaan KSP dan USP Koperasi Analisis kelembagaan KSP dan USP Koperasi ini menggunakan metode Focus Group Discusion (FGD) dengan tabel indikator keberhasilan yang dapat menunjukkan tingkat : (1) kemanfaatan dan efektivitas program dana stimulan terhadap perkuatan permodalan; (2) peningkatkan SDM di bidang manajemen usaha dan pengelolaan keuangan; (3) peningkatan peran KSP dan USP Koperasi untuk mendukung perluasan kerja dan pengentasan kemiskinan. Keberhasilan KSP dan USP Koperasi dalam mengelola dana stimulan antara lain dapat dilihat dari : (1) proses seleksi calon penerima pinjaman; (2) sistem insentif; (3) penegakan aturan. Calon penerima pinjaman diseleksi terlebih dahulu dengan persyaratan : (a) telah terdaftar sebagai anggota KSP dan USP Koperasi; (b) mempunyai usaha produktif; (c) tidak mempunyai tunggakan pinjaman pada KSP dan USP Koperasi; (d) mengajukan permohonan pinjaman kepada KSP dan USP Koperasi sesuai kebutuhan; (e) mendapat persetujuan dari pengurus/pengelola KSP dan USP Koperasi (Permenegkop dan UKM Nomor 08 Tahun 2007). b. Analisis Rasio Keuangan KSP dan USP Koperasi Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan berarti. Rasio keuangan hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini dapat dinilai secara cepat hubungan antar pos tersebut dan dapat membandingkan dengan rasio lain, sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian (Harahap,2009). Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam kajian ini adalah lima indikator kinerja keuangan, yaitu Likuiditas, Solvabilitas, Pemanfaatan Aktiva, Kinerja Operasi dan Rentabilitas. Setiap indikator mempunyai nilai rasio yang diperoleh berdasarkan persentase
26 dan digolongkan dengan kriteria Baik, Cukup baik, Kurang baik, dan Buruk (Nugroho,2007), dengan penjelasan indikator kerja berikut : 1) Likuiditas Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Sedangkan Rasio Lancar menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajibankewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendek. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentase. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua utang lancar. Rasio lancar yang lebih aman jika berada di atas 1 atau di atas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah utang lancar (Harahap, 2009). Dalam pembiayaan KSP dan USP Koperasi, utang jangka pendek dapat berupa simpanan, tabungan, deposito dari para anggota atau pihak lain. Utang jangka pendek tersebut setiap saat dapat ditarik oleh para anggota KSP dan USP koperasi maupun pihak lain. Oleh karena itu, agar KSP dan USP koperasi dapat terjamin kondisi keuangannya tetap stabil diperlukan sejumlah modal tertentu yang harus dimiliki dan siap digunakan untuk mengantisipasi terjadinya penarikan dana oleh para anggota dan pihak lain yang menyimpan dan menitipkan uangnya di KSP dan USP koperasi. Kondisi keuangan KSP dan USP koperasi akan semakin baik bila persentase modal sendiri dibandingkan dengan beberapa macam simpanan, tabungan dan deposito para anggota semakin besar. Sebaliknya kondisi keuangan KSP dan USP koperasi dikatakan buruk bila persentase modal sendiri dibandingkan dengan simpanan, tabungan dan deposito adalah kecil. Nilai rasio yang diperoleh tergolong Baik jika bernilai > 131 %, Cukup baik bila bernilai 111 % - 130 %, Kurang baik jika bernilai 100 % - 110 % dan Buruk bila bernilai < 100 %. 2) Solvablitas Solvabilitas perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah struktur modal. Dalam rangka mengukur risiko, fokus perhatian kreditor jangka panjang, terutama ditujukan pada
27 prospek laba dan perkiraan arus kas. Meskipun demikian, para kreditor tersebut tidak dapat mengabaikan pentingnya tetap mempertahankan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan diukur dengan rasio struktur modal, Cara perhitungan rasio struktur modal, yaitu total utang dibanding dengan total modal. Dengan demikian rasio struktur modal juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimililki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang. Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih menyukai angka rasio struktur modal yang kecil. Makin kecil angka rasio, berarti makin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan dan makin besar penyangga risiko kreditor (Dwi dan Rifka, 2008). KSP dan USP koperasi sebagai lembaga pembiayaan akan semakin baik, bila pengelola mampu mengoptimalkan kekayaan yang dimiliki dengan seminimal mungkin timbulnya pembiayaan yang bermasalah. Pembiayaan dikatakan bermasalah, bila para anggota tidak bisa mengembalikan pinjaman sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama. Nilai rasio yang diperoleh digolongkan Baik bila bernilai < 10%, Cukup baik jika bernilai 10% - 20%, Kurang baik bila bernilai 21% - 30% dan Buruk jika bernilai > 30%. 3) Pemanfaatan Aktiva Pada prinsipnya setiap aktiva yang dimiliki oleh perusahaan diharapkan untuk dapat mendukung perolehan penghasilan yang menguntungkan. Guna mengukur efisiensi dan efektivitas pemanfaatan aktiva dalam rangka memperoleh penghasilan tersebut dipakai Rasio Perputaran Total Aktiva. Rasio ini mengukur aktivitas aktiva dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui penggunaan aktiva tersebut. Rasio Perputaran Total Aktiva juga mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan penjualan dengan rataan aktiva (Dwi dan Rifka, 2008). Rasio yang diperoleh dengan kriteria : Baik > 140%, Cukup baik >120% - 140%, Kurang baik 100% - 120% dan Buruk < 100%.
28 4) Kinerja Operasi Selain harus mampu mendapatkan penghasilan, untuk dapat meraih keuntungan (laba), pengelola perusahaan harus mampu bekerja secara efisien. Kinerja operasi perusahaan harus senantiasa ditingkatkan. Dalam mengukur kinerja operasi perusahaan, digunakan Rasio Laba Bersih terhadap penjualan. Rasio Laba Bersih terhadap penjualan mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari perusahaan. Rasio Laba Bersih mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Rasio Laba Bersih dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan (D.Dwi dan J.Rifka, 2008) Rasio ini dipakai untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas para pengelola KSP dan USP koperasi dalam menggunakan dana guna menghasilkan pendapatan. Semakin kecil rasio efisiensi menunjukkan bahwa para pengelola KSP dan USP koperasi semakin efisien dalam menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan. Nilai rasio yang diperoleh tergolong Baik jika bernilai < 30 %, Cukup baik bila bernilai 30 % - 50 %, Kurang baik jika bernilai > 50 % - 100 % dan Buruk jika bernilai >100 %.. 5) Rentabilitas Rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating rasio. Jenis rasio rentabilitas (Harahap,2009) yang digunakan adalah : a. Rasio Total Aset, rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Rasio Total Aset diperoleh dari laba bersih dibandingkan dengan rataan total aset. Semakin tinggi nilai rasio aset berarti semakin baik. b. Rasio Total Modal, rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Rasio Total Modal diperoleh dari laba bersih dibandingkan dengan rataan modal. Semakin besar semakin bagus
29 Rentabilitas dengan rasio terhadap aset dapat menggunakan kriteria Baik jika bernilai > 4 %, Cukup baik bila bernilai >2 % - 4 %, Kurang baik jika bernilai 1 % - 2 % dan Buruk bila bernilai < 1 %. Sedangkan rentabilitas dengan rasio terhadap modal dapat menggunakan kriteria :Baik > 8 %, Cukup baik > 5 % - 8 %, Kurang baik 2 % - 5 % dan Buruk < 2 % (Nugroho, 2007) c. Analisis Tingkat Kesejahteraan Anggota KSP dan USP Koperasi Analisis terhadap tingkat kesejahteraan para anggota KSP dan USP Koperasi dilakukan dengan cara pentabulasian dan pengkategorian data dari beberapa peubah, yaitu tingkat pendapatan (Rp/tahun), kondisi rumah (luas rumah/luas tanah), kepemilikan aset produktif (Rp), tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga (Orang/KK), implikasi manajerial (angka). Penilaian dilakukan dengan teknik justifikasi kepakaran yang dilakukan secara obyektif melalui pendekatan studi analog terhadap kasus-kasus yang relatif serupa dengan peubah yang diukur.