BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia sejak tahun 1908, dengan berlakunya Vendu Reglement

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lelang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kedua,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak.

2018, No Penjualan Langsung Benda Sitaan atau Barang Rampasan Negara atau Benda Sita Eksekusi dan untuk mendukung optimalisasi penerimaan negar

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 306/KMK.01/2002 TENTANG BALAI LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 47/Menhut-II/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan pemerintah dalam melaksanakan pelayanan publik dan

PERAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM PEMULIHAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm.15 Ibid.

2017, No kementerian/lembaga tanpa pernyataan dirampas, serta relevansi harga wajar benda sitaan Rp300,00 (tiga ratus rupiah) yang dapat dijual

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari peran dan fungsi lembaga perbankan. Lembaga ini secara profesional

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.04/2006 TENTANG

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 13.

BAB I PENDAHULUAN. 1945, yang memuat ketentuan yang bersifat grondnorm sebagai pandangan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 304/KMK.01/2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

Untuk kewenangan kejaksaan di bidang pidana yang menyangkut tentang eksekutor adalah merupakan tindakan dari pihak kejaksaan sebagai eksekutor (pelaks

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

Jakarta V. Yang diteliti oleh peneliti tersebut adalah pembentukan dan. (PT. PPA) dan Tim Koordinasi Penyelesaian Penanganan Tugas-tugas TP-

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu lembaga negara yang ada di Indonesia adalah Badan Pemeriksa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

Dr. W. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

Imma Indra Dewi Windajani

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan oleh pemerintah dan oleh masyarakat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan dan sebagai sarana peran serta

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republi

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, membayar pajak merupakan salah satu kewajiban dalam. mewujudkan peran sertanya dalam membiayai pembangunan secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sudiono (2001: 52), lelang adalah penjualan dihadapan orang banyak

IMPLEMENTASI PENGATURAN JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM PENANGANAN PERKARA KEPAILITAN DI KEJAKSAAN NEGERI BANJARMASIN. Abstrak

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN URUSAN PIUTANG DAN LELANG NEGARA NOMOR 42/PN/2000 TAHUN 2000 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN LELANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin yaitu action yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

LELANG KAYU TEMUAN SITAAN DAN RAMPASAN ATAS JENIS KAYU SELAIN RIMBA CAMPURAN

B AB I PENDAHULUAN. peraturan bank tersebut. Sebelumnya, calon nasabah yang akan meminjam

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 8 -

menegaskan bahwa tugas penuntut umum adalah jaksa. 2

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 076 TAHUN 2014

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INPONESIA SALIN AN

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penyelesaian Terhadap Barang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PELELANGAN TERHADAP HASIL HUTAN TEMUAN, SITAAN DAN RAMPASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

*9884 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 20 TAHUN 1997 (20/1997) TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan tingkah laku. Situasi yang demikian membuat kelompok itu

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 62/PMK.04/2011 TENTANG

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan pada Kantor Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Prosedur. Status. Kapal Tenggelam.

Pengumuman Lelang Eksekusi Hak Tangungan PT. Bank Mandiri


BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 174/PMK.06/2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS I

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 11.

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 77/PMK.01/2008 TENTANG BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 175/PMK.06 /2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS II DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dapat dilihat pada Anggaran Pendapatan dan

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia

BAB II KELEMBAGAAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA (DJKN)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan:

1 of 6 18/12/ :44

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan fasilitas umum, perbaikan infrastruktur, pembangunanpembangunan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

PERAN SERTA MASYARAKAT

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Self Assessment

: bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang perumahsakitan.

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pelaksanaan Lelang dengan Penawaran Secara Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta Lela

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendirian PT. PT didirikan oleh dua orang atau lebih, yang dimaksud

2017, No Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penjualan umum (lelang) secara resmi ini diatur dalam Perundangundangan di Indonesia sejak tahun 1908, dengan berlakunya Vendu Reglement (Peraturan Lelang Stbl. 1908 nomor 189) dan Vendu Instructie(Instruksi Lelang Stbl. 1908 No. 190) dan hingga sekarang masih berlaku.lelang sebagai alternatif cara untuk penjualan barang yang mana sudah cukup lama dikenal, namun pada umumnya pengertian yang dipahami masih rancu dan sering dikacaukan dengan lelang pengadaan barang atau jasa dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Lelang merupakan penjualan yang terbuka untuk umum atau di muka umum dengan penawaran harga yang dilakukan secara tertulis atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang terlebih dahulu dan dilakukan oleh dan atau di hadapan Pejabat Lelang yang Khusus diberi wewenang oleh Menteri Keuangan dalam pelaksanaan proses lelang. Penyelenggaraan lelang bisa dilakukan melalui jasa balai lelang yaitu pihak balai lelang yang diarahkan dalam memberikan pelayanan lelang atas barang-barang masyarakat atau dunia usaha yang di kenal dengan lelang sukarela, dengan menggunakan pejabat lelang kelas I (satu), maupun kelas II (dua) sedangkan KPKNL memberikan pelayanan lelang khususnya untuk 1

2 barang-barang yang dimiliki atau dikuasai negara, dan lelang eksekusi termasuk barang-barang rampasan kejaksaan, eksekusi pengadilan atau badan yang berwenang. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor.40/PMK.07/2006 Jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93 /PMK.06/2010 TentangPetunjuk Pelaksanaan Lelang, membedakan lelang menjadi dua, yaitu lelang eksekusi dan lelang non eksekusi. Lelang eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan atau penetapan pengadilan atau dokumen - dokumen lainnya yang telah ada, yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga dalam rangka membantu penegakan hukum diantaranya adalah lelang eksekusiyang dilakukan oleh kejaksaan. Lelang eksekusi kejaksaan yang dilakukan oleh KPKNL sering sekali mendapat sorotan publik, di antaranya adanya gugatan pembatalan lelang yang bersifat illegal dari komisi pengawasan persaingan usaha (KPPU). Kemudian kasus-kasus yang ditemukan oleh badan pemeriksa keuangan terhadap lelang eksekusi kejaksaan yang dilaksanakan oleh KPKNL, di beberapa daerah dan provinsi diantaranya sering terjadi keterlambatan uang hasil lelang ke kas negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Lelang eksekusi kejaksaan berasal dari barang temuan, sitaan, dan rampasan dalam kaitan perkara pidana yang mana timbul barang bukti.barang temuan adalah barang-barang yang ditemukan oleh penyidik/kejaksaan dan

3 telah diumumkan dalam jangka waktu tertentu tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya. Barang sitaan adalah barang-barang yang disita sebagai barang jatuh kepada negara untuk di lelang oleh pihak kejaksaan atau melewati KPKNL, bukti sitaan perkara pidana, karena pertimbangan sifatnya cepat rusak, busuk, berbahaya atau biaya penyimpanannya terlalu tinggi, maka dapat dilelang mendahului keputusan pengadilan berdasarkan Pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, maka kejaksaan negeri yang menangani perkara memohon barang sitaan tersebut untuk dilelang ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Lelang barang bukti sitaan memerlukan ijin dari ketua pengadilan tempat perkara berlangsung dan uang hasil lelang dipergunakan sebagai bukti dalam perkara, sedangkan lelang barang rampasan adalah lelang eksekusi barang yang telah diputus oleh pengadilan dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap serta dinyatakan barang bukti tersebut dirampas untuk negara, maka barang bukti tersebut dapat dijual lelang. Setiap barang rampasan yang akan dijual lelang oleh kejaksaan terlebih dahulu mendapat ijin dari Kepala Kejaksaan Negeri atau Kepala Kejaksaan Tinggi atau Jaksa Agung Muda yang berwenang menyelesaikan barang rampasan, menurut harga dan barang rampasan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Hasil lelang eksekusi kejaksaan kecuali untuk barang sitaan, yang hasil lelangnya masih dipergunakan sebagai uang pengganti barang bukti, maka wajib disetorkan segera ke rekening kas negara sebagai Pendapatan

4 Negara Bukan Pajak (PNBP), sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 pasal 20 ayat (1), orang atau badan yang melakukan pungutan atau penerimaan uang negara wajib menyetorkan seluruh penerimaan dalam waktu (satu) hari kerja setelah penerimaannya ke rekening kas negara pada bank pemerintah atau lembaga lain yang ditetapkan oleh menteri keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pelaksanaan Lelang Eksekusi Barang RampasanKejaksaan pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) studi kasus di Banjarmasin. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang terkait dengan Pelaksanaan Lelang Eksekusi BarangRampasan Kejaksaan pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) studi kasus di Banjarmasin diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian adalah : 1. Bagaimanakah pelaksanaan lelang eksekusi barang rampasan kejaksaan pada KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) Banjarmasin? 2. Apa hambatan-hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan Lelang Eksekusi Barang Rampasan Kejaksaan di KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) Banjarmasin?

5 C. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, materi pokok penelitian sebagaimana yang tertuang didalam usulan ini, yaitu tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Barang RampasanKejaksaan pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) studi kasus di Banjarmasin, diketahui ada beberapa penelitian yang terkait dengan dasar kepemilikan hak atas tanah, yakni penelitian yang dilakukan oleh Yenny Shandrapada tahun 2008 dalam rangka penyusunan tesis di Program Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yang berjudul Pelaksaanaan Lelang Eksekusi Terhadap barang Sitaan Kayu Illegal Logging di KPKNL Pekanbaru, dengan rumusan masalah: 1 a. Pelaksanaan Lelang Eksekusi Terhadap Barang Sitaan Kayu Illegal Logging di KPKNL Pekanbaru? b. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan lelang eksekusi terhadap kasusillegal logging di KPKNL Pekanbaru? Fokus penelitian yang dilakukan Yenny Shandraadalah pada proses pelaksanaan eksekusi lelang barang sitaan kayu illegal logging dan hambatan yang terjadi terhadap pelaksanaan lelang eksekusi terhadap kayu illegal logging. Penelitian lain terkait dengan Pelaksanaan Lelang Eksekusi atas Sengketa Utang Pajak Penghasilan di KP2LN Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah penelitian 1 Yenny Shandra, Pelaksaanaan Lelang Eksekusi Terhadap barang Sitaan Kayu Illegal Logging di KPKNL Pekanbaru,Tesis, Prodi Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2008, hlm 9.

6 yang dilakukan oleh I Ni Putu Okta Sri Lestari pada tahun 2008 dalam rangka penyusunan tesis di Program Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta yang berjudul Pelaksanaan Lelang Eksekusi atas Sengketa Utang Pajak Penghasilan di KP2LN Daerah Istimewa Yogyakarta,dengan rumusan masalah: a. Bagaimana proses penyebab munculnya hutang pajak penghasilan (Pph) yang terjadi atas PT. Tuwuh Agung di Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta? b. Bagaimana proses penyelesaian utang pajak penghasilan dalam pelaksanaan lelang eksekusi pajak di KP2LN Yogayakarta? 2 Fokus penelitian yang dilakukan oleh I Ni Putu Okta Sri Lestariadalah pada penyebab munculnya hutang pajak penghasilan (Pph) yang terjadi atas PT. Tuwuh Agung di Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta. Dengan demikian, peneliti menegaskan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, bersifat asli, mandiri, dan belum pernah diteliti maupun diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini nantinya akan dituangkan dalam bentuk tesis, di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, maupun penemuan sesuatu hukum yang baru 2 I Ni Putu Okta Sri Lestari, Pelaksanaan Lelang Eksekusi atas Sengketa Utang Pajak Penghasilan di KP2LN Daerah Istimewa Yogyakarta, Tesis, Prodi Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2008, hlm 15.

7 agar bermanfaat bagi khasanah ilmu di bidang hukum lelang dan ilmu Kenotariatan serta pengaplikasian untuk bidang ilmu tersebut, sehingga diperoleh wawasan baru yang berguna untuk memberikan nilai tambah bagi praktek hukum, khususnya serta menambah khasanah keilmuan dibidang akademi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Secara teoritis dapat diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan proses pelaksanaan lelang eksekusi. 2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau bahan informasi serta manfaat yang besar bagi para masyarakat serta pihak dalam pelaksanaan lelang eksekusi sehingga dapat memberikan kepastian hukum bagi para pemohon lelang atau penjual dan bagi para pembeli dalam pelaksanaan lelang. 3. Tidak adanya lagi penyimpangan hukum yang terjadi pada proses dan pelaksanaan lelang itu sendiri.

8 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan lelang eksekusi barang rampasan Kejaksaan pada KPKNL( Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang ) Banjarmasin. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan lelang eksekusi barang rampasan Kejaksaan pada KPKNL Banjarmasin.