PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) DENGAN METODE RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 9 MALANG Agung Saputra, Sumarjono, Endang Purwaningsih Universitas Negeri Malang E-mail: agungsaputra1807@yahoo.com ABSTRAK: Tahapan dalam model pembelajaran SSCS menunjukkan keterlibatan siswa dalam memperoleh konsep secara langsung. Siswa diajak untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Kemudian pada akhir pertemuan, guru memberikan tugas dengan metode resitasi, sehingga penguasaan konsep siswa terhadap materi yang diajarkan akan semakin kuat. Hasil penelitian adalah: 1) terdapat perbedaan perbedaan penguasaan konsep fisika siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi dan siswa yang belajar secara konvensional. 2) penguasaan konsep fisika siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi lebih tinggi dari pada siswa yang belajar secara konvensional. Kata kunci: SSCS, metode resitasi, penguasaan konsep Pada saat ini, mutu pendidikan merupakan masalah aktual yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan perlu ditingkatkan agar dapat memberikan output yang mampu menghadapi persaingan global. Guru merupakan ujung tombak dalam meningkatkan mutu pendidikan karena guru melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran fisika secara khusus diperlukan perubahan dalam kegiatan proses belajar mengajar (Wirtha dan Rapi, 2008:17). Fisika sebagai salah satu unsur dalam IPA mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan teknologi masa depan (Wirtha dan Rapi, 2008:16). Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, pembelajaran fisika di sekolah harus menekankan terhadap kemampuan penguasaan konsep fisika dengan berlandaskan pada hakikat pendidikan IPA. Hakikat IPA/fisika merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya (Yuliati: 2008). Proses pembelajaran Fisika yang berlangsung di sekolah-sekolah masih menggunakan sistem konvensional dengan ceramah yang divariasi tanya jawab. Selama ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal (Periartawan, 2014:2). Penguasaan konsep lebih dari sekedar menghafal dan memahami konsep. Peserta 1
didik dikatakan telah menguasai konsep jika mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang relevan dengan permasalahan yang sebelumnya telah ia pahami. Menurut Pizzini dalam Irwan (2011:4) menyatakan bahwa model pembelajaran search, solve, create, and share (SSCS) adalah model pembelajaran yang memakai pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep ilmu. Menurut Jasmanidar (2013: 17) metode resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru memberikan tugas untuk mempelajari sesuatu kepada murid, kemudian melapokan hasilnya. Tahapan dalam model pembelajaran SSCS menunjukkan keterlibatan siswa dalam memperoleh konsep secara langsung. Siswa diajak untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Kemudian pada akhir pertemuan, guru memberikan tugas dengan metode resitasi, sehingga penguasaan konsep siswa terhadap materi yang diajarkan akan semakin kuat. METODE Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi eksperimen. Penelitian ini memberikan perlakuan pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dibelajarkan menggunakan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi sedangkan kelas kontrol dibelajarkan dengan cara konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA SMAN 9 Malang pada semester genap tahun ajaran 2013/2014, sedangkan sampel yang digunakan adalah kelas XI IPA-1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 32 orang dan kelas XI IPA-3 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 33 orang. Uji normalitas menggunakan Uji Liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Uji hipotesis ini menggunakan Anava satu jalur untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi dan siswa yang belajar secara konvensional. Selanjutnya untuk mengetahui kelas yang memiliki penguasaan konsep yang lebih tinggi dapat diuji dengan uji Scheffe. 2
HASIL Hasil uji Anava satu jalur pada hasil post test siswa pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Ringkasan Anava Satu Jalur Sumber Varian Jumlah Kuadrat (JK) Derajat Bebas (db) Kuadrat Rerata (KR) F hitung F tabel Antar grup 1678.91 1 1678.91 23.96 3.99 Dalam grup 4414.94 63 70.08 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa F hitung > F tabel, atau 23.96 > 3.99. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antar siswa yang belajar dengan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi dan siswa yang belajar secara konvensional. Setelah diketahui ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol, langkah selanjutnya adalah melakukan uji lanjut. Uji lanjut ini dilakukan dengan menggunakan uji Scheffe, karena jumlah sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Uji Scheffe dilakukan untuk mengetahui kelas mana yang memiliki penguasaan konsep fisika yang lebih tinggi. Hasil perhitungan uji Scheffe pada skor penguasaan konsep pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Scheffe Kelas X n F hitung F tabel Eksperimen 70.49 32 23.96 3.99 Kontrol 60.30 33 RK D = 70.08 ; db pembilang = k 1 = 1 ; db penyebut = N k = 63 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa F hitung > F tabel, atau 23.96 > 3.99. Hal ini menunjukkan bahwa setelah perlakuan diberikan, penguasaan konsep fisika pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji Anava satu jalur diperoleh F hitung > F tabel, yaitu 23.96 > 3.99. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep Fisika antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi dan siswa yang belajar secara konvensional. Perbedaan 3
penguasaan konsep fisika ini disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan pada kelas kontrol dan eksperimen. Pada kelas kontrol, siswa belajar secara konvensional yang ditandai dengan ceramah, tanya jawab dan mengerjakan tugas. Proses pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa lebih pasif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa cenderung menghapalkan setiap konsep yang diberikan tanpa memahami dan mengkaji lebih lanjut dari konsep-konsep yang diberikan. Hal ini sesuai pernyataan Wirtha dan Rapi (2008) yang menyatakan bahwa pembelajaran fisika yang hanya menekankan pada aspek produk seperti menghapal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus tidak memberikan kesempatan siswa terlibat aktif dalam proses-proses fisika serta tidak dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan akan berpengaruh terhadap kemampuan penguasaan konsep siswa itu sendiri. Hal ini akan menyebabkan kemampuan penguasaan konsep Fisika siswa menjadi tidak optimal. Pada kelas eksperimen, siswa belajar menggunakan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi. Tahapan model pembelajaran SSCS mengharuskan siswa untuk terlibat aktif. Hal ini tidak terlepas dari setting pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan masalah-masalah nyata yang diberikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan Johan (2012) yang menyatakan bahwa model pembelajaran SSCS bersifat student center, membangun pembelajaran aktif, pebelajar menjadi penerima informasi aktif, serta lebih menekankan pada program pendidikan dari mengajar menjadi pembelajaran. Pembelajaran ini juga meningkatkan sikap menyelesaikan masalah, berfikir, kerja kelompok, berkomunikasi. Dalam penelitian sebelumnya, Utami (2011) menyebutkan bahwa SSCS merupakan model pembelajaran yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan berpikir dalam rangka memperoleh pemahaman ilmu dengan melakukan penyelidikan dan mencari solusi dari permasalahan yang ada. Melalui tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran SSCS, siswa akan mampu mengingat 4
dan memaknai konsep lebih lama sehingga akan berpengaruh terhadap penguasaan konsep fisika siswa. Berdasarkan uji Scheffe diperoleh F hitung > F tabel, yaitu 23.96 > 3.99. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep Fisika siswa yang belajar dengan model SSCS dengan metode resitasi lebih tinggi dari pada siswa yang belajar secara konvensional. Tingginya penguasaan konsep Fisika pada kelas yang belajar menggunakan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi dibandingkan dengan siswa yang belajar secara konvensional disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Pada awal pembelajaran, siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi diberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dalam setiap pertemuan, sehingga siswa akan mengetahui hal-hal yang harus dicapai pada akhir pembelajaran. 2. Pada awal pembelajaran, siswa yang belajar secara konvensional tidak diberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dalam setiap pertemuan, sehingga siswa tidak mengetahui hal-hal yang harus dicapai pada akhir pembelajaran. 3. Dalam model pembelajaran SSCS, siswa dihadapkan pada masalah-masalah nyata yang diberikan oleh guru pada awal pembelajaran, sehingga siswa merasa tertarik untuk belajar. 4. Dalam model pembelajaran SSCS, siswa lebih sering belajar secara kelompok dan guru lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. 5. Kegiatan siswa dalam model pembelajaran SSCS sangat bervariasi mulai dari diskusi, melakukan percobaan, dan presentasi yang membuat siswa semangat dan tidak jenuh mengikuti pelajaran. 6. Kegiatan siswa yang belajar secara konvensional monoton. Kegiatan pembelajaran hanya dimonopoli oleh guru dengan penyampaian materi secara ceramah dan tanya jawab, sehingga siswa cenderung pasif dan hanya mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru. 7. Pada akhir pembelajaran, siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi diberikan tugas yang harus 5
dipertanggungjawabkan oleh siswa pada pertemuan berikutnya. Bentuk pertanggungjawaban ini dilakukan melalui presentasi, untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep yang telah dicapai oleh siswa. 8. Pada akhir pembelajaran, siswa yang belajar secara konvensional diberikan tugas yang harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya tanpa tindak lanjut, sehingga siswa tidak mengetahui pembahasan dari tugas yang diberikan oleh guru. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Utami (2011) yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan penggunaan model pembelajaran SSCS terhadap prestasi belajar. Prestasi belajar terdiri dari aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Pada aspek kognitif merupakan cerminan dari konsep yang dikuasai oleh siswa. Prestasi belajar ini ditunjukkan oleh adanya penguasaan konsep siswa pada aspek kognitif yang mencakup kemampuan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi memiliki kemampuan penguasaan konsep Fisika lebih tinggi dari pada pada siswa yang belajar secara konvensional. Hal ini sesuai dengan model pembelajaran SSCS yang dikembangkan oleh Pizzini. Menurut Pizzini dalam Irwan (2011:4) mendefinisikan bahwa model pembelajaran SSCS adalah model pembelajaran yang memakai pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep ilmu. Penguasaan konsep lebih dari sekedar memahami konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa akan dapat tercapi jika siswa telah menguasai konsep. Selain memiliki kelebihan, penggunaan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi juga memiliki kekurangan yaitu: 1. Penerapan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi memerlukan waktu pembelajaran yang lama, sehingga diperlukan perencanaan waktu yang lebih efektif. 6
2. Siswa masih belum terbiasa menggunakan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi, sehingga siswa hanya mendengarkan dan mencatat keterangan yang diberikan oleh guru atau dari temannya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan, diperoleh beberapa kesimpulan dari penelitian ini, yaitu: (1) terdapat perbedaan penguasaan konsep Fisika antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dengan metode resitasi dan siswa yang belajar secara konvensional, dan (2) kemampuan penguasaan konsep Fisika siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dengan metode resitasi lebih tinggi dari pada siswa yang belajar secara konvensional. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang diajukan, antara lain: (1) disarankan kepada guru untuk mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi dalam pembelajaran di kelas karena dapat berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa, (2) diharapkan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis pada lokasi yang berbeda dengan memperbaiki alokasi waktu pada model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal, (3) sebelum menerapkan model pembelajaran SSCS dengan metode resitasi, sebaiknya guru/peneliti memberikan pengarahan kepada siswa agar memahami alur pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa. DAFTAR RUJUKAN Irwan. 2011. Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model search, Solve, Create and Share (SSCS) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika. Jurnal Penelitian pendidikan, 12 (01): 1-10 7
Jasmanidar. 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Metode Resitasi Siswa Kelas IX Semester II SMP Negeri 1 Bukit Batu Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pembelajaran MIPA, 01 (01): 4-35 Periartawan, Eka. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran SSCS Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV di Gugus XV Kalibukbuk. Jurnal Mimbar PGSD, 2 (01): 1-10 Utami, Prih Runtut. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS) dan Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa. Jurnal Bioedukasi, 4 (2): 57-71 Wirtha, I Made & Rapi, Ni Ketut. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 1 (2): 15-29 Yuliati, Lia. 2008. Model-Model Pembelajaran Fisika Teori dan Praktek. Malang: LP3 Universitas Negeri Malang. 8