BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH PEER EDUCATOR TERHADAP PHBS PADA ANAK KELAS V SD N 2 DI JAMBIDAN BANGUNTAPAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

BAB I PENDAHULUAN. harapan bangsa yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa menuju Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

Perbedaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat... (Celien Mamengki)

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

Kata Kunci : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Pengetahuan, Sikap, Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Nama saya Sam Hilda NH, saya adalah mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

STUDI KOMPARASI PHBS WARGA SEKOLAH DASAR DI KOTA DAN DI DESA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

Risa Noverawati, Ridwan Setiawan, Asep Aep Indarna, S ABSTRACT ABSTRAK

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI PONDOK PESANTREN AS AD DAN PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare.

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI SUROKARSAN II YOGYAKARTA

PENGGUNAAN BENDA ASLI PADA CERAMAH UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONDISI LINGKUNGAN DI SDN KLODANGAN DAN SDN BERBAH I, SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

PENGARUH PENYULUHAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS V SDN SRIBITAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

ABSTRAK. Kata Kunci : edukasi kelompok sebaya, kebersihan diri, perilaku

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA SISWA SDN BATUAH I DAN BATUAH III PAGATAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN SISWA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH DI SMA KATOLIK ST.THOMAS AQUINO MANADO

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

Kata kunci : PHBS,Tatanan Sekolah

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP PERSONAL HYGIENE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN TLOGOMAS 2 MALANG ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN UKS DALAM PROGRAM PHBS SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 KOTA YOGYAKARTA 2013

Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sumberjambe 2016 BAB 1. PENDAHULUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes

Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU UKS TERHADAP PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN SEKOLAH DASAR (SD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ISNAINI FITRA UTAMI

KARYA TULIS ILMIAH IMPLEMENTASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK SEKOLAH. Di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini di Indonesia terdapat lebih dari sekolah negeri,

Keywords: Lecture, Discussion, PHBS PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANAN SEKOLAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN JABON 1 MOJOANYAR MOJOKERTO

Transkripsi:

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR SINGKATAN... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 6 1.3 Tujuan Penelitian... 6 1.4 Manfaat Penelitian... 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Usia Sekolah... 8 2.1.1 Definisi Anak Usia Sekolah... 8 2.1.2 Ciri-ciri Anak Usia Sekolah... 8 2.1.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah... 10 2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat... 10 2.2.1 Tujuan, Manfaat dan Sasaran PHBS di Tatanan Sekolah... 11 2.2.2 Indikator PHBS di Tatanan Sekolah... 11 2.3 Pendidikan Kesehatan... 17 2.4 Konsep Perilaku... 18 2.4.1 Ranah Domain Perilaku Kesehatan... 18 2.4.2 Konsep Teori PRECEDE-PROCEED... 24 2.5 Model Pembelajaran Jigsaw... 27 2.5.1 Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw... 28 2.5.2 Faktor Keberhasilan Model Pembelajaran Jigsaw... 30 2.5.3 Hambatan Model Pembelajaran Jigsaw... 30 2.5.4 Teori-teori Pembelajaran yang Melandasi Pembelajaran Jigsaw.. 31 2.5.5 Perbandingan Jigsaw dengan Model Pembelajaran Lain... 32 2.5.6 Kaitan Jigsaw dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat... 33 BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep... 35 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 36 3.2.1 Variabel Penelitian... 36 3.2.2 Definisi Operasional... 36 3.3 Hipotesis... 37

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian... 38 4.2 Kerangka Kerja... 39 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 40 4.3.1 Tempat Penelitian... 40 4.3.2 Waktu Penelitian... 40 4.4 Populasi, Teknik Sampling Penelitian dan Sampel... 40 4.4.1 Populasi Penelitian... 40 4.4.2 Teknik Sampling... 40 4.4.3 Sampel... 40 4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 42 4.5.1 Jenis Data yang dikumpulkan... 42 4.5.2 Cara Pengumpulan Data... 42 4.6 Instrumen Pengumpul Data... 43 4.6.1 Pengetahuan... 44 4.6.2 Sikap... 45 4.6.3 Tindakan... 46 4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas... 47 4.7.1 Uji Validitas... 47 4.7.2 Uji Reliabilitas... 47 4.7.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 48 4.8 Etika Penelitian... 51 4.8.1 Autonomy... 51 4.8.2 Confidentiality... 51 4.8.3 Justice... 51 4.8.4 Beneficence... 52 4.9 Pengolahan dan Analisis Data... 52 4.9.1 Teknik Pengolahan Data... 52 4.6.2 Teknik Analisis Data... 53 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 54 5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian... 54 5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian... 55 5.1.3 Pengetahuan Siswa Terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pre-test dan Post-test Kelompok Perlakuan dan Kontrol... 56 5.1.4 Sikap Siswa Terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pre-test dan Post-test Kelompok Perlakuan dan Kontrol... 59 5.1.5 Tindakan Siswa Terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pre-test dan Post-test Kelompok Perlakuan dan Kontrol... 61 5.2 Pembahasan... 63 5.2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa SDN 4 Nyalian Sebelum dan Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan dengan Model Pembelajaran Jigsaw... 63 5.2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa SDN 4 Nyalian Sebelum dan Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan dengan Metode Pendidikan Kesehatan yang Sudah Ada di SDN 4 Nyalian... 64

5.2.3 Analisis Perbedaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa SDN 4 Nyalian pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol... 66 5.3 Keterbatasan Penelitian... 68 BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 69 6.2 Saran... 69 DAFTAR PUSTAKA Lampiran

ABSTRAK Penerapan PHBS di sekolah masih sangat minim jika bercermin dari angka kejadian penyakit yang diakibatkan oleh perilaku kesehatan buruk di sekolah. Cooperative learing dengan model jigsaw merupakan model pendidikan kesehatan yang menuntut keaktifan siswa dalam pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran jigsaw terhadap peningkatan PHBS siswa SDN 4 Nyalian. Penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan desain penelitian nonequivalent control group. Sampel terdiri dari 20 siswa kelompok perlakuan dan 20 siswa kelompok kontrol. Kelompok perlakuan memperoleh pendidikan kesehatan PHBS dengan model pembelajaran jigsaw sedangkan kelompok kontrol diberikan pendidikan kesehatan PHBS dengan model pembelajaran yang biasa digunakan di SDN 4 Nyalian (ceramah tanya jawab). Pendidikan kesehatan diberikan sebanyak satu kali seminggu (70 menit) selama dua minggu. Perilaku hidup bersih dan sehat siswa diukur sebelum dan setelah pemberian pendidikan kesehatan dengan menggunakan kuisioner pengetahuan, sikap dan tindakan. Berdasarkan hasil analisis statistik, pada kelompok perlakuan diperoleh pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,000), dan tindakan (p=0,000) (p<0,05). Pada kelompok kontrol diperoleh pengetahuan (p=0,011), sikap (p=0,157), tindakan (p=0,317). Pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran jigsaw mampu memberikan peningkatan signifikan terhadap ketiga variabel perilaku, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan siswa mengenai PHBS. Sedangkan model pendidikan pada kelompok kontrol hanya mampu meningkatkan pengetahuan siswa terkait PHBS. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran jigsaw berpengaruh terhadap peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SDN 4 Nyalian. Kata kunci: Jigsaw, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, pendidikan kesehatan, siswa SD.

ABSTRACT Implementation of clean and healthy behaviour in schools still under average, if reflected form the incidence of disease that caused by bad health behavior in school. Cooperative learning with jigsaw is a health education model that demands student activeness in learning process. The purpose of this research is to determine the effect of health education with jigsaw model to increase student s clean and healthy behaviour of SDN 4 Nyalian. This research used quasy experiment with nonequivalent control group design. The sample consisted of 20 students in intervention group and 20 students in control group. The intervention group received clean and healthy behaviour education with jigsaw learning model, meanwhile the control group received education with learning model that usually used in SDN 4 Nyalian (lecture and discussion). Health education was given once per week (70 minutes) for two weeks. Student's clean and healthy life behavior is measured using knowledge, attitude and action questionnaire. Based on statistical analysis, the intervention group obtained knowledge (p=0,001), attitude (p=0,000), and action (p=0,000)(p<0,05). Afterwards, in control group obtained knowledge (p=0,011), attitude (p=0,157), and action (p=0,317). Health education with jigsaw model able to give significant improvement to three behavioral variables: knowledge, attitude and action. Besides, the model of education in control group is only able to increase knowledge of students. As shown above, health education with jigsaw learning model has effect on the improvement of clean and healthy behavior in SDN 4 Nyalian s students. Keywords: Jigsaw, clean and healthy behavior, health education, elementary students.

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Sekolah merupakan pengalaman inti anak karena pada periode ini anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu. Beberapa ahli menganggap bahwa pada masa ini merupakan masa latent anak, karena apa yang telah di pupuk akan terus berlangsung pada masa selanjutnya. Anak pada masa usia sekolah merupakan masa usia anak yang sangat berbeda dengan usia dewasa karena di dalam periode ini anak sudah mulai mengenal pergaulan baik di lingkungan keluarga, lingkungan bermain, dan lingkungan sekolah, sehingga anak pada usia sekolah sangatlah rentan terjangkit masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan, gangguan perilaku dan gangguan belajar. Permasalahan kesehatan tersebut pada umumnya akan menghambat pencapaian prestasi pada anak di sekolah (Dermawan, 2013). Menurut Habeahan (2011), permasalahan kesehatan yang paling umum muncul pada anak usia sekolah adalah diare, cacingan, penyakit gigi, dan penyakit kulit. Permasalahan utama yang kerap dialami akibat kurangnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah diare. Berdasarkan pola penyebab kematian di semua umur menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi kematian 3,5%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular diare merupakan penyebab kematian ke-3 setelah Tubercolosis dan Pneumonia. Permasalahan kedua yang sering di jumpai pada anak SD adalah cacingan. Cacingan masih merupakan permasalahan di Indonesia mengingat cacingan dapat menyebabkan kehilangan darah, karbohidrat, protein sehingga berakibat terganggunya perkembangan fisik, dan kecerdasan. Di Indonesia sendiri prevalensi kecacingan tahun 2012 menunjukkan angka diatas 20% dengan prevalensi tertinggi 1

2 mencapai 76,67%. Tingginya prevalensi cacingan tersebut menandakan bahwa terjadi suatu sistem pencegahan penyakit atau penanaman pemahaman yang masih kurang di tatanan sekolah maupun masyarakat (Proksalia, 2016) Selain diare dan cacingan, permasalahan kesehatan yang umum terjadi pada anak usia sekolah adalah permasalahan pada gigi. Tahun 2009, jumlah anak yang mengalami permasalahan karies pada giginya sebanyak 31,04% dari jumlah siswa Sekolah Dasar. Berdasarkan survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004, di Indonesia sebanyak 89% anak dibawah usia 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut, 90% anak mengalami masalah gigi berlubang dan 80% menderita penyakit gusi. Angka kejadian tersebut lebih parah didaerah serta anak-anak dari golongan ekonomi rendah. Permasalahan terakhir yang umum terjadi pada anak usia sekolah adalah permasalahan pada kulit. Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009), prevelensi skabies di Indonesia masih menjadi permasalahan dalam upaya pemberantasan penyakit menular. Berdasarkan penelitian Sungkar (2000), prevalensi skabies adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak. Tingginya angka kejadian diare, cacingan, penyakit gigi dan penyakit kulit pada anak disebabkan oleh banyak faktor (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Faktor-faktor yang meningkatkan resiko tersebut antara lain sanitasi yang buruk, fasilitas kebersihan yang kurang, dan perilaku kebersihan pribadi yang buruk seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, sesudah makan serta setelah buang air, jajan sembarangan dan kurangnya perhatian lebih terkait kebersihan mulut, gigi dan kulit. Melihat dampak akibat perilaku kebersihan pribadi yang buruk dapat memberikan akibat yang cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menanamkan pemahaman mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sejak dini (Diliani, 2011). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan

3 seseorang dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatannya (Depkes RI, 2011). PHBS merupakan wujud keberdayaan individu yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Sasaran PHBS menurut Depkes RI (2011) dikembangkan dalam lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat umum, di sarana kesehatan dan di institusi pendidikan atau sekolah. Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu minat orang tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Depkes RI, 2011) PHBS di sekolah merupakan upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan sekolah. Menurut Depkes (2011), terdapat delapan indikator PHBS di tatanan sekolah antara lain mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olah raga fisik yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan, serta indikator terakhir yaitu membuang sampah pada tempatnya. Penerapan PHBS dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dengan menitikberatkan kepada upaya sanitasi atau pengawasan berbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan siswa. Namun pada kenyataannya, penerapan PHBS di sekolah masih sangatlah minim jika bercermin dari angka kejadian penyakit yang diakibatkan oleh perilaku kesehatan buruk di sekolah. Maka dari itu diperlukan suatu metode promosi kesehatan yang tepat untuk menanamkan pemahaman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada anak sekolah. Berdasarkan teori PRECEDE-PROCEED yang dikemukakan oleh Green (1991), mengungkapkan bahwa kejadian penyakit pada individu atau kelompok dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor predisposing, enabling, dan

4 reinforcing. Faktor-faktor tersebut dapat dimanipulasi dengan cara memberikan health education atau pendidikan kesehatan. Upaya pendidikan kesehatan tersebut dapat memberikan efek peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan yang signifikan pada siswa Sekolah Dasar apabila metode pendidikan yang digunakan sesuai dengan tingkat pendidikan siswa dan efektif. Berpedoman dari strategi pembelajaran, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menuntut keatifan siswa (Hanafiah & Suhana, 2009). Pada pendidikan kesehatan, pemberian pendidikan kesehatan akan menjadi baik dan dirasa efektif jika keaktifan peserta tinggi dalam kegiatan pendidikan kesehatan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka salah satu metode pembelajaran yang dapat diadopsi untuk pendidikan kesehatan adalah strategi pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan oleh ahli pendidikan untuk digunakan. Terdapat berbagai macam jenis teknik pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif dengan model jigsaw. Prinsip model pembelajaran jigsaw pada dasarnya adalah populasi dibagi dari satuan informasi pembelajaran yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Setelah setiap anggota kelompok mempelajari materi pembelajaran di kelompok asal kemudian mereka bergabung mendiskusikan materi pembelajaran sejenis di kelompok ahli. Kelompok ahli merupakan kelompok yang mempelajari materi pembelajaran yang sama. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli, kemudian mereka kembali ke kelompok asal untuk membelajarkan materi pembelajaran kepada setiap anggota kelompok asal sehingga setiap siswa memahami semua materi pembelajaran. Kegiatan selanjutnya, adalah presentasi kelas (Chotimah, 2009). Pada model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat sehingga akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan meningkatkan penyerapan materi menjadi lebih maksimal (Rusman, 2010). Hal ini juga didukung oleh perkembangan anak sekolah sesuai dengan teori yang dikemukakan Kay (dalam Yusuf, 2008) bahwa mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan

5 belajar bergaul dengan teman atau orang lain baik secara individu maupun kelompok serta menerima diri sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri merupakan salah satu tugas perkembangan anak usia sekolah. Hasil penelitian Pangestuti (2012) menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw, hasil belajar IPS siswa kelas lima SDN Ketangi meningkat secara signifikan. Hasil tersebut dibuktikan dengan adanya kenaikan 54,5% dari nilai pretest. Penelitian Irianti (2014) juga menemukan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw mampu meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa kelas V SD Negeri Kebalen. Pada penelitian Rakhmawati (2014) ditemukan bahwa pemberian informasi dengan teknik jigsaw terbukti mampu meningkatkan pemahaman kesehatan reproduksi remaja di kalangan siswa SMP Semarang. Selain itu, implementasi strategi jigsaw juga dapat meningkatkan pemahaman siswa secara bermakna dalam pencegahan demam berdarah dengue (DBD), dibandingkan dengan penyampaian pendidikan kesehatan dengan metode ceramah (konvensional) (Oka, 2012). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dilihat bahwa model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai suatu permasalahan penyakit. Akan tetapi masih belum ada penelitian terkait mengenai peningkatan perilaku siswa SD setelah diberikannya pendidikan kesehatan dengan model jigsaw, terutama mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SDN 4 Nyalian, diperoleh data bahwa jumlah siswa di SDN 4 Nyalian adalah 147 siswa dengan jumlah siswa lakilaki sebanyak 72 siswa dan jumlah siswa perempuan sebanyak 75 siswa. Hasil observasi menunjukkan bahwa keadaan halaman sekolah sudah cukup baik dengan tersedianya tempat sampah di depan masing-masing kelas. Namun observasi di ruang kelas masih kurang bersih ditandai dengan masih adanya sampah yang tidak dibuang di tempatnya. Kamar mandi/wc siswa masih terlihat kurang bersih. Sekolah telah menyediakan fasilitas keran air untuk cuci tangan, namun tidak tersedia sabun untuk cuci tangan dan selama observasi terlihat sangat minim siswa yang memanfaatkan fasilitas cuci tangan tersebut.

6 Hasil observasi dan wawancara diperoleh data bahwa 14 dari 20 siswa yang dipilih secara acak, memiliki tangan kotor dan kuku panjang. Sebanyak 12 siswa dari 20 siswa menyatakan kadang membuang sampah sembarangan, serta 19 dari 20 siswa menyatakan jarang mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari kamar mandi. Selain itu sebanyak 18 siswa dari 20 siswa menyatakan sering jajan di luar kantin sekolah. Sebanyak 18 dari 20 siswa mengatakan tidak pernah melakukan pencegahan atau pemberantasan jentik nyamuk 3M di sekolah. Sebanyak 10 dari 20 siswa menyatakan pernah Buang Air Kecil (BAK) sembarangan. Siswa menyatakan bahwa mereka hanya berolahraga ketika pelajaran penjaskes satu minggu sekali. Seluruh siswa menyatakan tidak pernah merokok dan tidak pernah mengukur tinggi badan serta berat badan sebulan sekali. Seluruh siswa menyatakan belum pernah mendapatkan pendidikan mengenai PHBS di sekolah. Melihat fenomena di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran jigsaw terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa SDN 4 Nyalian. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diangkat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran jigsaw berpengaruh terhadap peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa SDN 4 Nyalian? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran jigsaw terhadap peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa SDN 4 Nyalian. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: a. Mengidentifikasi gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa SDN 4 Nyalian sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran jigsaw

7 b. Mengidentifikasi gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa SDN 4 Nyalian sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan metode pendidikan kesehatan yang sudah ada di SDN 4 Nyalian c. Mengidentifikasi gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat SDN 4 Nyalian sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran jigsaw d. Mengidentifikasi gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa SDN 4 Nyalian sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode pendidikan kesehatan yang sudah ada di SDN 4 Nyalian e. Menganalisis perbedaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa SDN 4 Nyalian pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Penelitian ini dapat memberikan informasi dalam bidang keperawatan mengenai pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran jigsaw terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan kerangka pemikiran pada penelitian yang akan datang untuk meneliti pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran jigsaw yang lebih luas. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan mampu untuk dijadikan salah satu pedoman perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan terutama pendidikan kesehatan dengan metode pembelajaran kooperatif. b. Pemberian pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran jigsaw dapat menjadi pedoman dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada siswa sekolah dasar.