RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

dokumen-dokumen yang mirip
PUTUSAN Nomor 30/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 30/PUU-VIII/2010

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XIII/2015 Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XIII/2015 Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya. I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014).

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 137/PUU-XII/2014 Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Warga Negara Asing dalam Pengujian Undang-Undang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 67/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 18/PUU-XV/2017 Daluwarsa Hak Tagih Utang Atas Beban Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XI/2013 Tentang Penetapan Batam, Bintan dan Karimun Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIII/2015 Pemberian Manfaat Pensiun Bagi Peserta Dana Pensiun

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat

RINGKASAN PERBAIKAN Perkara Nomor 138/PUU-XII/2014 Hak Warga Negara Untuk Memilih Penyelenggara Jaminan Sosial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 38/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Hak Recall

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 55/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN KEDUA PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 27/PUU-IX/2011 Tentang Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu (Outsourching)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XIII/2015 Surat Ijo Tidak Menjadi Dasar Hak Pemilikan Atas Tanah

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 4 / PUU-X / 2012 Tentang Penggunaan Lambang Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 140/PUU-XIII/2015 Hak Konstitusional Untuk Dipilih Dalam Hal Pasangan Calon Berhalangan Tetap

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XV/2017 Pembatalan Putusan Arbitrase

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 98/PUU-XV/2017 Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Aparatur Sipil Negara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 138/PUU-XII/2014 Hak Warga Negara Untuk Memilih Penyelenggara Jaminan Sosial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XIII/2015 Surat Ijo Tidak Menjadi Dasar Hak Pemilikan Atas Tanah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 22/PUU-VII/2009 tentang UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Syarat masa jabatan bagi calon kepala daerah]

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap

Kuasa Hukum Badrul Munir, S.Sg., SH., CL.A, dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 2 April 2015.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 66/PUU-X/2012 Tentang Penggunaan Bahan Zat Adiktif

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XV/2017

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Penjelasan Pemohon mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XIV/2016 Persyaratan Bagi Kepala Daerah di Wilayah Provinsi Papua

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 40/PUU-X/2012

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 6/PUU-XIV/2016 Pembatasan Masa Jabatan dan Periodesasi Hakim Pengadilan Pajak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 136/PUU-XIII/2015 Pembagian Hak dan Kewenangan Pemerintah Kabupaten Dengan Pemerintah Pusat

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIII/2015 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Ketenagalistrikan

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 51/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian UU No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 129/PUU-XIII/2015 Sistem Zona Dalam Pemasukan (Impor) Hewan Ternak

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATU BARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

Kuasa Hukum Badrul Munir, S.Sg., SH., CL.A, dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 2 April 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 62/PUU-X/2012 Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau

I. PEMOHON 1. Perhimpunan Magister Hukum Indonesia (PMHI), diwakili oleh Fadli Nasution, S.H., M.H. 2. Irfan Soekoenay, S.H., M.H

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 13/PUU-XIV/2016 Penetapan sebagai Pengusaha Kena Pajak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 86/PUU-XIV/2016 Pemidanaan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi Jika Pekerjaan Konstruksinya Mengalami Kegagalan Bangunan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XI/2013 Tentang Bentuk Usaha, Kepengurusan serta Modal Penyertaan Koperasi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 128/PUU-XIII/2015 Syarat Calon Kepala Desa dan Perangkat Desa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 30/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral & Batu bara Izin Usaha Pertambangan I. PEMOHON 1. Asosiasi Pengusaha Timah Indonesia (APTI) 2. Asosiasi Pertambangan Rakyat Indonesia (ASTRADA) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Selanjutnya disebut sebagai Para Pemohon Kuasa Hukum 1. Dharma Sutomo Hatamarrasjid, S.H., M.H. 2. Gala Adhi Dharma, S.H. 3. Fahriansyah, S.H. Adalah advokat dan konsultan hukum Dharma Sutomo & associates yang beralamat di Jl. H. Bakri No. 36 Pangkal Pinang. II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI : Bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah mengadili pada tingkat pertama dan terkahir yang putusanya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar. Oleh karena permohonan Pemohon terkait dengan pengujian undang-undang terhadap UUD 1945, maka Mahkamah Konstitusi berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan Pemohon. III. KEDUDUKAN PEMOHON (LEGAL STANDING) Bahwa menurut ketentuan Pasal 51 Ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), salah satu yang dapat mengajukan permohonan adalah Badan Hukum Publik dan Privat yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya telah dirugikan akibat berlakunya undang-undang. Bahwa Pemohon mendalilkan memiliki kedudukan hukum (legal standing) dalam perkara pengujian Undang-undang karena hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya telah dirugikan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 04 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 1

IV. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI. A. NORMA MATERIIL - Sebanyak 11 (sebelas) norma, yaitu : 1. Pasal 22 : Kriteria untuk menetapkan WPR adalah sebagai berikut ; a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau diantara tepi dan tepi sungai. c. Endapan teras, dataran banjir dan endapan sungai purba. f. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun. 2. Pasal 38 : IUP diberikan Kepada : a. Badan usaha; b. Koperasi; c. Perseorangan. 3. Pasal 51 : WIUP Mineral Logam diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan dengan cara lelang. 4. Pasal 52 ayat (1) : Pemegang IUP Eksplorasi mineral logam diberi WIUP dengan luas paling sedikit 5.000 (lima ribu) hektare dan paling banyak 100.000 (seratus ribu) hektare. 5. Pasal 55 ayat (1) : Pemegang IUP Eksplorasi mineral bukan logam diberi WIUP dengan luas paling sedikit 500 (lima ratus) hektare dan paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) hektare. 6. Pasal 58 ayat (1) : Pemegang IUP eksplorasi bantuan diberi WIUP dengan luas paling sedikit 5 (lima) hektare dan paling banyak 5.000 (lima ribu) hektare. 7. Pasal 60 : WIUP batu bara diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan dengan cara lelang. 2

8. Pasal 61 ayat (1) : Pemegang IUP Eksplorasi Batubara diberi WIUP dengan paling sedikit 5.000 (lima ribu) hektare dan paling sedikit 50.000 (lima puluh ribu) hektare. 9. Pasal 75 ayat (4) : Badan usaha swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk mendapatkan IUPK dilaksanakan dengan cara lelang WIUPK. 10. Pasal 172 : Permohonan kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara yang telah diajukan kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berlakunya UndangUndang ini dan sudah mendapatkan surat persetujuan prinsip atau surat izin penyelidikan pendahuluan tetap dihormati dan dapat diproses perizinannya tanpa melalui lelang berdasarkan UndangUndang ini. 11. Pasal 173 ayat (3) : Pada saat UndangUndang ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundangundangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UndangUndang Nomor 11 Tahun 1967 tentang KetentuanKetentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam UndangUndang ini. B. NORMA UUD 1945 SEBAGAI ALAT UJI - Sebanyak 3 (tiga) norma, yaitu : 1. Pasal 28I ayat (2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. 2. Pasal 33 ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. 3

3. Pasal 33 ayat (1) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsf kebersamaan, effisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. V. Alasan-Alasan Pemohon Dengan Diterapkan UU a quo Bertentangan Dengan UUD 1945, karena : 1. Bahwa Sebagai warganegara Republik Indonesia anggota-anggota APTI dan ASTRADA memiliki hak secara konstitusional untuk terbebas dari perlakuan diskriminatif dan berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut, termasuk dalam hal untuk melakukan usaha di bidang pertambangan (Timah). 2. Bahwa, ketentuan yang diatur pasal 22 hurup a dan hurup f, pasal 38 hurup a, pasal 52 ayat (1), pasal 55 ayat (1), pasal 58 ayat (1), pasal 61 ayat (1), pasal 55, pasal 60, pasal 169 ayat (1), 75 ayat (4), pasal 172 Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara berpotensi dapat memperkecil dan bahkan telah menghilangkan kesempatan masyarakat/ pengusaha kecil dan menengah untuk berusaha di bidang pertambangan khususnya pertambangan Timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telah berlangsung selama ini; 3. Ketentuan Bab XXV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 169 ayat (1), pasal 172 Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, telah memposisikan pemegang Kontrak Karya yang nota bone adalah perusahaan modal asing (PMA) dengan perseorangan pemegang Kuasa Pertambangan (KP) dan pemegang Kuasa Pertambangan Rakyat (KPR) secara dikriminatif dan tidak setara di muka hukum. Ketentuan Bab XXV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 169 ayat (1) dan pasal 172 Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, hanya memberikan toleransi/dispensasi dengan tetap mengakui pemberlakuan KONTRAK KARYA (KK) dan PERJANJIAN KARYA sebagai akibat dari diberlakukannya Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sementara terhadap KUASA PERTAMBANGAN (KP) dan KUASA PERTAMBANGAN RAKYAT oleh KETENTUAN PERALIHAN pasal 169 Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara tidak diberikan toleransi/ dispensasi yang oleh ketentuan pasal 173 ayat (1) justeru Kuasa Pertambangan (KP) dan Kuasa Pertambangan Rakyat (KPR) dinyatakan TIDAK BERLAKU LAGI. 4

Pasal 173 ayat (2) tidak dapat dijadikan dasar hukum pemberlakuan KUASA PERTAMBANGAN (KP) dan KUASA PERTAMBANGAN RAKYAT (KPR), karena tidak terpenuhinya syarat sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undangundang ini. 4. Ketentuan pasal 38 hurup a, Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara telah dengan sengaja melakukan pembedaan kedudukan dan perlakuan yang tidak sama antara badan usaha yang merupakan badan hukum dengan badan usaha yang bukan merupakan badan hukum untuk memperoleh Izin Usaha Pertambangan (IUP). 5. Dilihat dari ketentuan pasal 38 hurup a Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang dapat memperoleh Izin Usaha Pertambangan hanya badan usaha yang dikwalifikasikan sebagai badan hukum, yang berarti kepada badan usaha yang bukan badan hukum tidak dapat diberikan Izin Usaha Pertambangan (IUP). 6. Bahwa dilihat dari hukum perusahaan, tidak semua badan usaha merupakan badan hukum. Badan usaha yang dikwalifikasikan sebagai badan hukum adalah Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah dan lain sebagainya sedangkan badan usaha yang berbentuk Commanditier Vennootschap (CV), FIRMA, Perusahaan Dagang (PD), tidak dikwalifikasikan sebagai Badan Hukum, Dengan demikian maka terhadap badan usaha yang berbentuk CV, Firma dan Perusahaan Dagang (PD) oleh pasal 38 hurup a tidak dapat diberikan Izin Usaha Pertambangan (IUP), sementara kepada badan usaha yang merupakan badan hukum dan perseorangan dapat diberikan Izin Usaha Pertambangan (IUP); 7. Bahwa, ketentuan syarat luas minimal Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) yaitu seluas 5000 (lima ribu) hektar untuk dapat memperoleh Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral Logam, 500 (lima ratus) hektar untuk mendapatkan IUP Eksplorasi Mineral bukan logam, 5000 (lima ribu) hektar untuk mendapatkan IUP Eksplorasi Batubara sebagaimana diatur/ditetapkan pasal 52 ayat (1), pasal 55 ayat (1), pasal 58 ayat (1) ; pasal 61 ayat (1) Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, secara terselubung telah menghalang-halangi dan menjegal pengusaha menengah/kecil untuk mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan mengatasnamakan hukum, karena persyaratan luas minimal WIUP eksplorasi tersebut tidak mungkin mampu dipenuhi oleh perusahaan kecil/menengah. 8. Bahwa Ketentuan pasal 22 huruf a, c hurup f, pasal 38 hurup a, pasal 51, pasal 52 ayat (1), pasal 55 ayat (1), pasal 58, pasal 60 pasal 61 (1), pasal 69 ayat (1) dan pasal 75 ayat (4) dan pasal 172 UU No : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, menurut Para Pemohon tidak sejalan dan bertetangan dengan falsafah demokrasi 5

ekonomi yang mengedepankan prinsif-prinsif kebersamaan dan keadilan sebagaimana dimaksud pasal 33 ayat (1) dan ayat (4) UUD 1945; VI. PETITUM DALAM POKOK PERMOHONAN : 1. Menerima dan mengabulkan, permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan, ketentuan pasal 22 hurup f, pasal 38, pasal 52 ayat (1), pasal 55 ayat (1), pasal 58 ayat (1), pasal 61 (1), pasal 75 ayat (4) pasal 172, dan pasal 173 ayat (2) UU No : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 khususnya ketentuan pasal 28 I ayat (2), pasal 33 ayat (1), ayat (4) dan dinyatakan tidak konstitusional; 3. Menyatakan, pasal 22 a, c hurup f, pasal 38 hurup a, pasal 51,pasal 52 ayat (1), pasal 55 ayat (1), pasal 58 ayat (1), pasal 60, pasal 61 ayat (1), pasal 75 ayat (4) pasal 172, jo pasal 173 ayat (2) UU No : 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya; 6