BAB II URAIAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS. Komunikasi Massa dapat didefenisikan sebagai komunikasi yang

Modul Perkuliahan XI Komunikasi Massa

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal

6/13/2012 EFEK KOMUNIKASI MASSA EFFECT KOMUNIKASI MASSA. Sbahwa efek media massa sejatinya berhubungan dengan pesan yang diterima oleh audien.

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan

BAB II URAIAN TEORITIS

KEPUASAN PENONTON TERHADAP PROGRAM JEJAK PETUALANG TRANS 7 (Studi tentang Kepuasan Anggota PALAWA UAJY terhadap Program Jejak Petualang Trans 7)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lain (non media). Ketika sumber dari non media tidak dapat memuaskan. kebutuhan kita, maka kita mencarinya dari media massa.

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Proses dan efek Media

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

IKLAN CENTRIN TV DAN MINAT BERLANGGANAN ICHE. A. C. NAPITUPULU

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

Komunikasi massa dan efek media terhadap individu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

PENGARUH TERPAAN TAYANGAN PROGRAM ACARA WARNA TRANS7 TERHADAP SIKAP PENONTON

Korelasi Penggunaan Media dengan Kepuasan Menonton Program Acara One Stop Football Pada Siswa Sekolah Sepak Bola Gelora Muda Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

6/13/2012 KOMUNIKASI MASSA (DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI KOMUNIKASI) SEJARAH SINGKAT ANEKA ALIRAN DALAM PENELITIAN MEDIA MASSA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting karena masyarakat dapat mengakses berbagai hal baru yang

HUBUNGAN ANTARA TAYANGAN KOMEDI OPERA VAN JAVA DI TRANS 7 DENGAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1

BAB I PENDAHULUAN I.1

MODUL 9 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. informasi kepada masyarakat. Hal ini tergambarkan dalam

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

BAB I PENDAHULUAN. Televisi sebagai produk maju berkembang pesat sejalan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendasar. Salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972)

BAB I PENDAHULUAN. Begitu banyak kebutuhan manusia yang secara tidak langsung media turut serta untuk memenuhinya. Secara umum, kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Sinetron Yusra dan Yumna Di RCTI (Studi Deskriptif Pada Warga Tangerang Khususnya Desa Rempoa RW 03)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

BAB I PENDAHULUAN. peran televisi sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan informasiinformasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun

I. PENDAHULUAN. Perdagangan bebas yang terjadi, menyebabkan persaingan yang cukup ketat bagi

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

BAB I PENDAHULUAN. terbaru sampai kemudahan proses transaksi. Akhirnya teknologi berbasis online

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi andalan dari televisi, karena gambar yang disajikan bukanlah gambar

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

Pengaruh Terpaan Rubrik Body di Majalah Gogirl! Terhadap Perilaku. Hidup Sehat Remaja (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Pengaruh Rubrik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FEB

BAB II TINJAUAN TEORETIS. Review Penelitian Terdahulu. Tabel 2.1. Metode. Studi. Jejaring sosial Deliana. Korelasi. Facebook.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran televisi yang makin marak di Indonesia dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat

BAB II LANDASAN TEORI. media massa, antara lain media elektronik yaitu film, televisi dan radio,

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sosiologi Komunikasi. Aktivitas Komunikasi Massa. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI. Program Studi PUBLIC RELATION

BAB I PENDAHULUAN. juga mampu membentuk opini publik melalui tayangan yang disajikannya, seperti

BAB I PENDAHULUAN. memnuhi kebutuhannya. Pendekatan ini kemudian di kenal dengan sebutan uses

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB II URAIAN TEORITIS

Sosiologi Komunikasi. Teori Peniruan dari Media Massa. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kini semakin

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

Transkripsi:

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Kerangka teoritis adalah suatu kumpulan teori dan model dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu. Dalam kerangka teoritis, secara logis dikembangkan, digambarkan, dan dielaborasi jaringan-jaringan dari asosiasi antara variabelvariabel yang didentifikasi melalui survei atau telaah literatur (Silalahi, 2009:92). Membangun kerangka teoritis akan membantu meningkatkan pengetahuan dan pengertian peneliti terhadap gejala dan hubungan antar-gejala yang diamati. Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah teori komunikasi, komunikasi massa, Uses & Gratification, gaya hidup, terpaan media dan teori kultivasi 2.1.1 Komunikasi Massa Komunikasi Massa dapat didefenisikan sebagai komunikasi yang menggunakan media massa. Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen dan menimbulkan efek. Komunikasi massa barangkali akan logis bila didefenisikan menurut bentuknya yakni televisi, radio, film, surat kabar, dan buku (Ardianto, 2004 :11). 2. 1. 1 Tujuan Komunikasi Massa Menurut Effendy, (2002:20). Tujuan komunikasi massa adalah: 1. Social change/ Social Participation Dalam hal ini, komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya kepada komunikan menjadi tujuan perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan suatu tujuan khas

semua masyarakat dan semua kebudayaan, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. 2. Attitude Change Komunikasi massa dalam menyampaikan pesan-pesannya juga termaksud atau bertujuan untuk mengubah sikap masyarakat sesuai dengan kebijaksanaan umum yang diusahakan. 3. Opinion Leader Komunikasi dalam menyebarkan pesannya bermaksud atau bertujuan untuk memperoleh perubahan pendapat dari khalayak yang diinginkan oleh komunikator. 4. Behavior Change Komunikasi massa itu dalam menyebarkan pesan-pesannya bertujuan untuk memperoleh perubahan prilaku dari khalayak yang dituju agar sesuai dengan keinginan dan tujuan komunikator 2. 1. 2. Fungsi Komunikasi Massa Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi, kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Pembahasan fungsi komunikasi massa telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi bagi masyarakat menurut Dominick (2001-2002), terdiri dari surveillance (pengawasan), interprestation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai-nilai) dan entertainment (hiburan). 1. Surveillance (pengawasan) Fungsi pengawasan dibagi dalam bentuk utama yaitu:

A. Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); Terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yamg tidak mengetahui tentang ancaman tersebut. B. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental) Penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produkproduk baru, ide-ide tentang mode, resep makanan dan sebagainya adalah contohcontoh pengawasan instrumental. 2. Interprestation (penafsiran) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak akan memasokkan fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) suratkabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak atau pembaca serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lain.. 3. Linkage (pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of values (penyabaran nilai-nilai) Fungsi penyebaran nilai-nilai tidak tampak nyata. Fungsi ini juga disebut sosialization (sosialoisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi prilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar

dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan perkataan lain, media massa mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. Di antara semua media massa, televisi sangat berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anakanak muda, terutama anak-anak yang telah berusia 16 tahun yang banyak waktunya menonton televisi dibandingkan kegiatan lainnya, kecuali tidur. Beberapa pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama untuk sosialisasi. 5. Entertainment (hiburan) Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media massa menjalankan fungsi hiburan. Seperti media cetak yaitu surat kabar dan majalah, banyak memuat hiburan bahkan ada beberapa majalah yang memuat yang hanya menampilkan berita seperti Time, News Week, Tempo, Gatra dan Garda. Fungsi media massa sebagai fungsi menghibur tiada tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca, menonton dan mendengar berita-berita dapat membuat pikiran khalayak segar kembali. Sementara itu, Karlinah, dalam Karlinah, dkk. (1999) mengemukakan fungsi komunikasi secara umum yaitu adalah sebagai berikut: A. Fungsi informasi Fungsi informasi ini dapat diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Sebagian informasi didapat bukan dari sekolah atau tempat bekerja, melainkan dari media. Khalayak media massa berlangganan suratkabar, majalah, mendengar siaran radio atau menonton televisi karena mereka ingin mendapatkan informasi tentang peristiwa yang terjadi di muka bumi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain.

B. Fungsi pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass edication), karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika serta aturan-aturan yang berlaku kepada khalayak. Media massa melakukanya melalui drama, cerita, diskusi dan artikel. Semua situasi ini, nilai-nilai yang harus dianut masyarakat tidak diungkapkan secara langsung, tetapi divisualisasikan dengan contoh-contoh tentang bagaimana mendidik khalayaknya. C. Fungsi mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa secara nyata terdapat pada tajuk rencana/editorial, feature, iklan, artikel dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruhi oleh iklan-iklan yang ditayangkan di televisi, surat kabar/majalah ataupun radio siaran. Contohnya, seperti dalam media cetak fungsi mempengaruhi dapat dilihat antara lain dalam ruang atau kolom khusus, iklan atau artikel yang isinya mempromosikan suatu produk. Artikel tersebut biasanya memuat tulisan tentang suatu analisis terhadap produk makanan atau suatu analisis tentang produk elektronik yang baru (komputer, internet dan sebagainya). Khalayak terpengaruh oleh pesan-pesan dalam tulisan tersebut sehingga tanpa sadar khalayak melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh media tersebut D. Fungsi proses pengembangan mental Untuk mengembangkan wawasan, kita butuh berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia kepada komunikasi karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mental.

E. Fungsi adaptasi lingkungan Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan dengan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan kesamaan di antara komunikator dan komunikan. F. Fungsi memanipulasi Memanipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai suatu yang negatif, memanipulasi lingkungan artinya, berusaha untuk mempengaruhi setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan. Contohnya, iklan salah satu minuman yang divisualisasikan dengan seorang gadis yang kehausan, mengambil satu kemasan Nutrilo yang kemudian diseduh dengan air dingin. Gadis tersebut kemudian berbicara pada pacarnya dan dari mulutnya keluar udara yang berbentuk buah nenas, jeruk, mangga dan lain sebagainya. Pemasangan iklan dalam hal ini telah memanipulasi lingkungan. Memahami fungsi-fungsi media massa menurut Devito, pada Karlinah, dalam Karlinah, dkk (1999), ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan. Pertama, setiap kali kita menghidupkan pesawat televisi, radio maupun membaca suratkabar dan majalah, kita melakukannya karena alasan tertentu yang unik. Kedua, komunikasi massa menjalankan fungsi yang berbeda bagi setiap pemirsa secara individual. Program televisi yang sama dapat menghibur satu orang, mendidik yang lain, mempengaruhi seseorang atau kelompok orang. Ketiga, fungsi yang dijalankan komunikasi massa bagi sembarangan orang yang berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain. Produk rekaman tertentu bisa dirasakan sebagai penghibur sesaat, tetapi pada saat yang lain rekaman tersebut dirasakan sebagai olah sosialisasi atau alat pemersatu. (Ardianto dan Erdinaya, 2000:15-21). 2. 1. 3. Ciri-ciri Komunikasi Massa Ciri-ciri komunikasi massa seperti yang telah diterangkan di atas, para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (Mass

Communication) adalah komunikasi melalui media massa yang merupakan singkatan dari Komunikasi Media Massa (Mass Media Communication). Ciri-ciri komunikasi massa tersebut ialah : 1. Komunikasi massa berlangsung satu arah yang artinya berbeda dengan komunikasi antarpesona (interpersonal communication) yang berlangsung dua arah, komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication). Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkannya itu. 2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga yang artinya media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga atau dalam bahasa asing disebut institutionalized communikator atau organized communicator. 3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum yang artinya pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu. 4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan yang artinya ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. 5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen yaitu komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen.

2.2 Teori Uses and Gratification Theory Elihu Katz-lah yang pertama sekali memperkenalkan pendekatan Uses & Gratification. Dia menyebutkan bahwasanya khalayak menggunakan media demi keuntungan mereka. Teori ini melihat bahwa khalayak adalah kelompok aktif yang mampu dengan jeli melihat jenis media mana yang dapat dianggap tepat dan isi media tersebut dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai kepuasan pribadi. Katz (1974) menggambarkan logika yang mendasari penelitian mengenai media Uses and Gratification sebagai berikut: (1) Kondisi sosial psikologis seseorang akan menyebabkan adanya (2) kebutuhan, yang menciptakan (3) harapan harapan terhadap (4) media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada (5) perbedaan pola penggunaan media (atau keterlibatan dalam aktivitas lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya (Sendjaja, 2002: 5.38). Rosengren dkk,(2001) mengatakan perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase, yaitu: 1. Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens. 2. Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media. 3. Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan

Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and Gratification Media mengatakan, bahwa kebutuhan social dan psikologis menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain yang membimbing pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam menghasilkan pemuasan kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja. Elihu Katz, Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Baran dan Davis, 2000:237) menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratification Media sebagai berikut: 1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan. 2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media spesifik terletak di tangan audiens 3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan kebutuhan audiens 4. Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu. 5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi harus dibentuk. Selanjutnya Baran dan Davis (2000:238) melakukan beberapa pengujian-pengujian terhadap asumsi-asumsi Uses and Gratification Media menghasilkan enam (6) kategori identifikasi dan temuan-temuannya, sebagai berikut: 1. Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media. John W.C. Johnstone menganggap bahwa anggota audiens tidak anonimous dan sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota kelompok sosial yang terorganisir dan sebagai partisipan dalam sebuah kultur. Sesuai dengan anggapan ini,

media berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan keperluan individu-individu, yang tumbuh didasarkan lokalitas dan relasi sosial individu-individu tersebut. Faktor-faktor psikologis juga berperan dalam memotivasi penggunaan media. Konsep-konsep psikologis seperti kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi mempunyai pengaruh dalam pencarian gratifikasi dan menjadi hubungan kausal dengan motivasi media. 2. Pendekatan nilai pengharapan. Konsep pengharapan audiens yang perhatian (concern) pada karakteristik media dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan asumsi pokok Uses and Gratification Media mengenai audiens aktif. Jika anggota audiens memilih di antara berbagai alternatif media dan non media sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka harus memiliki persepsi tentang alternatif yang memungkinkan untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Kepercayaan terhadap suatu media tertentu menjadi faktor signifikan dalam hal pengharapan terhadap media itu. 3. Aktifitas audiens. Levy dan Windahl menyusun tipologi aktifitas audiens yang dibentuk melalui dua dimensi: Orientasi audiens; selektifitas; keterlibatan; kegunaan. Skedul aktifitas: sebelum; selama; sesudah terpaan ( audiens ) Katz, Gurevitch, dan Haas dalam penelitian tentang penggunaan media, menemukan perbedaan anggota audiens berkenaan dengan basis gratifikasi yang dirasakan. Dipengaruhi beberapa faktor. Yaitu: struktur media dan teknologi; isi media; konsumsi media; aktifitas non media; dan persepsi terhadap gratifikasi yang diperoleh. Garramore secara eksperimental menggali pengaruh rangkaian motivasi pada proses komersialisasi politik melalui TV. Ia menemukan bahwa anggota

audience secara aktif memproses/mencerna isi media, dan pemrosesan ini dipengaruhi oleh motivasi. 4. Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh. Pada awal sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media menekankan perlunya pemisahan antara motif konsumsi media atau pencarian gratifikasi (GS) dan pemerolehan gratifikasi (GO). Penelitian tentang hubungan antara GS dan GO, menghasilkan temuan sebagai berikut GS individual berkorelasi cukup kuat dengan GO terkait. Di lain pihak GS dapat dipisahkan secara empiris dengan GO, seperti pemisahan antara GS dengan GO secara konseptual, dengan alasan sebagai berikut: GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan bagi yang lain. Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam beberapa studi. Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari tingkatan rata-rata GO. GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan pengukuran konsumsi media dan efek. Penelitian GS dan GO menemukan bahwa GS dan GO berhubungan dalam berbagai cara dengan variabel-variabel: terpaan; pemilihan program dependensi media; kepercayaan; evaluasi terhadap ciri-ciri atau sifat-sifat media. 5. Gratifikasi dan konsumsi media. Penelitian mengenai hubungan antata gratifikasi (GS-GO) dengan konsumsi media terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu: Studi tipologis mengenai gratifikasi media. Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di satu sisi dengan pengukuran terpaan media atau pemilihan isi media di sisi lain.

Studi-studi menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan pemilihan program. Becker dan Fruit memberi bukti bahwa anggota audiens membandingkan GO dari media yang berbeda berhubungan dengan konsumsi media. Studi konsumsi media menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai sedang antara pengukuran gratifikasi dan indeks konsumsi. 6. Gratifikasi dan efek yang diperoleh. Windahl penggagas model uses and effects, menunjukkan bahwa bermacam-macam gratifikasi audiens berhubungan dengan spectrum luas efek media yang meliputi pengetahuan, dependensi, sikap, persepsi mengenai realitas social, agenda setting, diskusi, dan berbagai efek politik. Blumer mengkritisi studi uses and effects sebagai kekurangan perspektif. Dalam usaha untuk menstimulasi suatu pendekatan yang lebih teoritis, Blumer menawarkan tiga hipotesis sebagai berikut: Motivasi kognitif akan memfasilitasi penemuan informasi. Motivasi pelepasan dan pelarian akan menghadiahi penemuan audiens terhadap persepsi mengenai situasi sosial. Motivasi identitas personal akan mendorong penguatan efek. 2.3 Gaya Hidup Menurut James P. Chaplin (2005:186) gaya hidup adalah cara seorang individu menanggapi lingkungan jenis kebutuhan atau inspirasinya yang individual dan karakteristik sifatnya. Konsep tersebut mencakup keseluruhan motivasi dan pola tingkah laku individu sepanjang hidupnya atau satu aspek individu dari gaya hidup. Misalnya adalah cara mengatasi perasaan inferiornya. Gaya hidup dapat juga diartikan sebagai pengekspresian diri dalam bentuk tampilan. Tampilan yang dimaksud biasa dieksprsikan dari sikap dan tingkah laku yang kadang menjadi kebiasaan dan merupakan ciri khas seseorang.

Untuk melihat bagaimana gaya seeorang ataupun sekelompok orang dapat diamati dari tempat tinggal maupun bentuk interaksi yang dilakukan setiap wargannya, baik dalam suatu perkampungan maupun lingkungan dimana si individu melakukan sutu interaksi. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi yang dilakukan oleh satu individu dengan individu lain yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan sikap dan perilaku individu tersebut. Dengan demikian sikap dan perilaku itu dapat membentuk suatu pola hidup yang khas dalam komunitas. Kehidupan yang demikian pada gilirannya akan memunculkan suatu bentuk gaya hidup. Melalui konsep gaya hidup, Adler (Hall, Calvin S:1995) menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mendapatkan tujuan akhirnya tersebut. Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh persepsi dan interpretasinya mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak tidak memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan dipengaruhi oleh prasangka dan minatnya dirinya. 2.4 Terpaan Media (Media Exposure) Terpaan media diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang diterpa oleh isi media atau bagaimana isi media menerpa audiens. Terpaan media adalah perilaku seseorang atau audiens dalam menggunakan media massa. Perilaku ini menurut Blumler dalam Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: 1. Surveillance, yaitu kebutuhan individu untuk mengetahui lingkungannya. 2. Curiosity, yaitu kebutuhan individu untuk mengetahui peristiwa-peristiwa menonjol di lingkungannya.

3. Diversion, yaitu kebutuhan individu untuk lari dari perasaan tertekan, tidak aman, atau untuk melepaskan ketegangan jiwa. 4. Personal identity, yaitu kebutuhan individu untuk mengenal dirinya dan mengetahui posisi keberadaannya di masyarakat. Media exposure menurut Jalaluddin Rakhmat (1989) diartikan sebagai terpaan media, sedangkan Masri Singarimbun (1982) mengartikannya dengan sentuhan media. Menurut Rakhmat, media exposure dapat dioperasionalkan sebagai frekuensi individu dalam menonton televisi, film, membaca majalah atau surat kabar, maupun mendengarkan radio. Selain itu, media exposure berusaha mencari data audiens tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan, maupun durasi penggunaan atau longevity. Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakmat, 2004:66). Pakar lainnya, Shore (1985) memberikan definisi sebagai berikut: Media exposure is more complicated than access because is ideal not only with what her a person is within pysical (range of the particular mass medium) but also whether person is actually exposed to the message. Exposure is hearing, seeing, reading, or most generally, experiencing with at least a minimal amount of interest the mass media message. The exposure might occure to an individual or group level. Artinya terpaan media adalah lebih lengkap daripada akses. Terpaan tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa akan tetapi apakah seseorang tersebut benar-benar terbuka dengan pesan-pesan media tersebut. Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan media massa ataupun pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu maupun kelompok. Menurut Kenneth E. Andersen (1972), perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Sifat menonjol yang menjadi bahan perhatian oleh stimuli, yaitu:

1. Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. Kita senang melihat huruf-huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan. 2. Intensitas stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. Warna merah pada latar belakang putih, tubuh jangkung di tengah-tengah orang pendek, sukar lolos dari perhatian kita. 3. Kebaruan (novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat. 4. Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur familiarity (yang mudah dikenal) berpadu dengan unsur novelty (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung unsur sugesti: mempengaruhi bawah sadar kita (Rakhmat, 2007: 52-53). Frank Biocca dalam Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) menyatakan bahwa karakteristik terpaan media dapat diukur melalui dimensi-dimensi seperti: 1. Selectivity (kemampuan memilih) yaitu kemampuan audiens dalam menetapkan pilihan terhadap media dan isi yang akan dieksposnya. 2. Intentionally (kesengajaan) yaitu tingkat kesengajaan audiens dalam menggunakan media atau kemampuan dalam mengungkapkan tujuantujuan penggunaan media. 3. Utilitarianism (pemanfaatan) yaitu kemampuan audiens untuk mendapatkan manfaat dari penggunaan media. 4. Involvement (keterlibatan) yaitu keikutsertaan pikiran dan perasaan audies dalam menggunakan media dan pesan media yang diukur melalui frekuensi maupun intensitas.

5. Previous to influence yaitu kemampuan untuk melawan arus pengaruh media. 2.5 Teori Kultivasi Menurut teori ini, media khususnya televisi merupakan sarana utama untuk mempelajari tentang masyarakat dan kulturnya. Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan. George Gerbner (McQuail, 1987) menyatakan bahwa sebuah tayangan yang ditampilkan di televisi dapat mempengaruhi khalayak yang menontonnya. Pengaruh yang disebabkan oleh televisi ini ternyata bukan hanya pada tahap kognitif atau afektif, tetapi juga sampai pada efek konatif (behavioral). Maksudnya bukan hanya telah mempengaruhi aspek psikologis penonton bahkan dapat membuat penonton untuk cenderung meniru adegan yang ditayangkan di TV. Secara sistematis, tahapan-tahapan untuk sampai ke tahap behavioral (perilaku) dapat digambarkan sebagai berikut: TV Viewing Incident Information Holding Social Reality Behavior Constructing Learning: 1. attention 2. capacity 3. focusing strategy 4. involvement

Ketika sebuah tayangan ditayangkan di televisi (TV Viewing), terjadi proses belajar (Learning) di dalam benak khalayak yang menontonnya. Proses Learning yang diajukan Gerbner ini hampir sama dengan teori Social Learning yang dikemukakan oleh Albert Bandura (McQuail, 1987). Kita belajar bukan hanya dari pengalaman langsung, tetapi juga dari peniruan atau peneladanan (modelling). 2.2 Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995:40). Konsep adalah penggambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:57) Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (X) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dinamakan variabel bebas dikarenakan bebas mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terpaan tayangan K-Pop dan Drama Korea 2. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Disebut sebagai variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gaya hidup

3. Variabel Antara (Z) Variabel antara berada diantara bebas dan terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden. Skema 1.1 Variabel Penelitian Variabel Bebas (X) Terpaan Tayangan K-Pop dan Drama Korea Variabel Terikat (Y) Gaya Hidup Mahasiswi FISIP USU Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden 2.3 Variabel Penelitian Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah disusun, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel penelitian sebagai berikut :

Variabel Teoritis Variabel Operasional Tabel 1.1 Variabel Penelitian Deskriptor Pertanyaan Teknik Skor Terpaan Tayangan Korean Wave (Variabel X) Frekuensi Terpaan. Kekerapan Menonton - Apakah anda sering menonton acara Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea? Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian terpaan adalah suatu hal yang mengenai sesuatu yang sasarannya berupa khalayak ramai. - Menurut anda, Bagaimana Tayangan Korean Wave seperti K- Pop dan Drama Korea saat ini? - Apakah tayangan Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea dapat diakses di tempat anda? Intensitas Kesinambungan Siaran - Apakah durasi tayangan Korean Wave seperti K- Pop dan Drama Korea yang anda tonton ini sudah sesuai? Terpaan - Dalam sehari, berapa lama

(menit) yang anda habiskan untuk menonton tayangan Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea? - Seringkah anda mencari informasi tentang tayangan Korean Wave seperti info-info tentang K-Pop dan Drama Korea? - Apakah anda setuju informasi yang anda akses tentang tayangan Korean Wave dapat menambah wawasan atau rasa keingintahuan anda? Ketertarikan akan konten Minat dan perhatian pada tayangan - Bagaimana tingkat atensi anda dalam menonton tayangan Korean Wave? - Apakah anda menyukai cara berpakaian para artis atau musisi yang ada di tayangan Korean

Wave? - Apakah anda sering meniru cara berpakaian para artis atau musisi di tayangan Korean Wave? - Bagaimana gaya berpakaian yang ditampilkan para artis atau musisi di tayangan Korean Wave? Gaya Hidup ; atau Life style, (Variabel Y) Pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler, 2002:192) Penampilan Penampilan dalam memilih pakaian dan busana

Gaya rambut yang ditampilkan para artis atau musisi Korean Wave - Apakah anda menyukai gaya potongan rambut para artis atau musisi Korean Wave? - Apakah anda sering meniru gaya atau potongan rambut para artis atau musisi Korean Wave? - Bagaimana gaya potongan rambut yang ditampilkan para artis atau musisi Korean Wave? - Apakah anda menyukai aksesoris yang digunakan artis atau musisi Korean Wave? Aksesoris atau benda-benda yang dikenakan untuk mendukung atau menjadi pengganti - Seberapa seringkah anda mengenakan aksesoris yang sama seperti artis atau musisi Korean

pakaian. Wave? - Jika ada mengenakan, Aksesoris seperti apa yang anda kenakan? - Bagaimana ekspresi diri yang ditampilkan artis atau musisi Korean Wave? Ekspresi Diri Kemampuan seseorang untuk menyatakan perasaan ke orang lain - Apakah anda menyukai ekpresi diri artis atau musisi Korean Wave? - Cocok kah ekspresi diri yang ditampilkan artis atau musisi Korean Wave untuk kita tiru?

- Bagaimana anda melihat perilaku yang ditonjolkan artis atau musisi Korean Wave? - Apakah tayangan Korean Wave mempengaruhi perilaku anda? Respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. - Apakah wajar kita meniru perilaku yang ada di tayangan Korean Wave? - Bagaimana tutur bahasa yang diucapkan oleh artis Korean Wave? Perilaku - Apakah anda menyukai tutur bahasa yang diucapkan para artis atau musisi Korean Wave? Perkataan yang - Setelah menonton tayangan Korean Wave, apakah anda meniru tutur bahasa yang diucapkan

diucapkan kepada orang lain artis atau musisi Korean Wave? Tutur Bahasa 2.4 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2008:46) Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (X) yang terdiri dari : a. Frekuensi Terpaan : Tingkat keseringan mahasiswi FISIP USU dalam mengakses dan menonton tayangan K-Pop dan Drama Korea

b. Intensitas Terpaan : Tingkat durasi, atensi atau kedalaman dalam mencari informasi tentang K-Pop dan Drama Korea di internet, majalah atau televisi c. Ketertarikan Konten : Seberapa minat mahasiswi FISIP mencari segala sesuatu mengenai K-Pop dan Drama Korea 2. Variabel Terikat (Y) a. Penampilan berpakaian, yakni cara berpakaian dan mengenakan aksesoris mahasiswi FISIP USU b. Ekspresi Diri, merupakan cara mengekspresikan jiwa, sikap mahasiswi FISIP USU c. Perilaku merupakan tingkah laku dan reaksi mahasiswi FISIP USU d. Tutur bahasa merupakan lisan atau perkataan yang diucapkan. 2.5 Hipotesis Hipotesis adalah pendapat atau pernyataan yang masih belum tentu kebenarannya, masih harus diuji terlebih dahulu dan karenanya bersifat sementara atau dugaan awal (Kriyantono, 2006:28) Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : tayangan Korean Wave tidak mempengaruhi gaya hidup mahasiswi FISIP USU Ha : tayangan Korean Wave mempengaruhi gaya hidup mahasiswi FISIP USU