BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi itu menyebabkan hasil belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yakni mencari penelitian yang relevan dengan judul Penelitian sebagai referensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kompetensi dasar yang mengharuskan siswa mampu mengidentifikasi alur,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah Kemampuan Menulis Cerpen Siswa

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa SMA Santo Carolus Surabaya. Di sekolah ini siswa cenderung susah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik dan benar secara lisan dan tulis.

BAB I PENDAHULUAN. sastra ini dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs kelas VII terdapat

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai suatu pandangan hidup untuk mengembangkan karakterkarakter

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PALOPO

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian terhadap penelitian yang ada sebelumnya dan ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti. Adapun hasil penelitian sebelumnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini dapat dijadikan suatu acuan yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun beberapa hasil penelitian yang digunakan sebagai kajian pustaka diuraikan berikut ini : Ria Arianti (2015) peneliti yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Teks Puisi Bali Modern Pada Siswa Kelas X MIA 9 SMA Negeri 2 Mengwi, Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2014/2015, dengan fokus kajian pada aspek analisis teks puisi modern, dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share. Teori yang digunakan oleh Ria Arianti sebagai acuan didalam penelitiannya yaitu (1) apresiasi sastra, (2) tahap-tahap apresiasi sastra, (3) pengertian analisis, (4) lintasan sejarah puisi bali modern, (5) pengertian puisi, (6) pengertian puisi bali modern, (7) bentuk puisi bali modern, (8) aspek-aspek yang menonjol dalam puisi bali modern, (9) jenis-jenis puisi, (10) sifat- sifat puisi, (11) unsur pembangunan puisi, (12) langkah-langkah memahami puisi, (13) pembelajaran kooperatif, (14) pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. 9

10 Hasil penelitian yang dilakukan oeh Ria Arianti mengalami suatu peningkatan di dalam proses pembelajaran terbukti dari siklus I memperoleh skor sebesar 2558 dengan nilai rata-rata 71,5 dan pada siklus II memperoleh skor sebesar 2880 dengan nilai rata-rata 80. Jadi, penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam menganalisis puisi bali modern mengalami peningkatan. Persamaan penelitian penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan Ria Arianti, yakni sama-sama menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS), selain itu terdapat juga suatu perbedaan peneliti dengan Ria Arianti yaitu tentang menganalisis teks puisi bali modern sedangkan peneliti tentang menganalisis cerpen. Perbedaan juga terlihat dari subjek dan tempat yang diteliti, subjek dan tempat yang digunakan dalam penelitian Ria Arianti yakni Siswa Kelas X MIA 9 SMA Negeri 2 Mengwi, Kabupaten Badung. Subjek dan tempat yang diteliti oleh peneliti adalah Siswa Kelas VII E SMP Negeri 3 Mengwi. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Erna Wati (2015), meneliti yang berjudul Penerapan Metode Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Struktur Satua Pada Siswa Kelas X MIA 8 SMA Negeri 2 Mengwi Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2014/2015, dengan fokus kajian pada penelitian ini pada aspek memahami struktur satua, dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share. Teori yang digunakan oleh Erna Wati sebagai acuan didalam penelitiannya yaitu (1) teori apersiasi sastra, (2) teori pembelajaran kooperatif, (3) teori metode Think Pair Share, (4) teori satua.

11 Hasil penelitian yang dilakukan oeh Erna Wati mengalami suatu peningkatan di dalam proses pembelajaran terbukti dari siklus I memperoleh skor sebesar 2345 dengan nilai rata-rata 68,97 dan pada siklus II memperoleh skor sebesar 2648 dengan nilai rata-rata 77,88. Jadi, penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam memahami struktur satua mengalami peningkatan. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan Erna Wati, yakni sama-sama menggunakan model pembelajaran Think Pair Share. Selain itu terdapat juga suatu perbedaan peneliti dengan Erna Wati yaitu tentang memahami struktur satua, sedangkan peneliti tentang menganalisis cerpen. Perbedaan juga terlihat dari subjek dan tempat yang diteliti, subjek dan tempat yang digunakan dalam penelitian Erna Wati yakni Siswa Kelas X MIA 8 SMA Negeri 2 Mengwi, Kabupaten Badung Sedangkan subjek dan tempat yang diteliti oleh peneliti adalah Siswa Kelas VII E SMP Negeri 3 Mengwi. Penelitian ketiga dilakukan oleh Sintari (2014) yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Cecangkriman Pada Siswa Kelas X IPA SMA Dharma Praja Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Fokus kajian ini pada aspek memahami cecangkriman dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share. Teori yang digunakan oleh Sintari sebagai acuan didalam penelitiannya yaitu (1) pengertian model pembelajaran kooperatif, (2) jenis-jenis model pembelajaran kooperatif, (3) pengertian paribasa bali, (4) jenis-jenis paribasa.

12 Hasil penelitian yang dilakukan oeh Sintari mengalami suatu peningkatan di dalam proses pembelajaran terbukti dari siklus I memperoleh skor sebesar 2920 dengan nilai rata-rata 61 dan pada siklus II memperoleh skor sebesar 3980 dengan nilai rata-rata 83. Jadi, penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam memahami cecangkriman mengalami peningkatan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan Sintari terdapat persamaan, yakni sama sama menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Selain itu terdapat juga suatu perbedaan peneliti dengan Sintari yaitu tentang memahami cecangkriman, sedangkan peneliti tentang menganalisis cerpen. Adapun perbedaan juga terlihat dari subjek dan tempat yang diteliti, subjek dan tempat yang digunakan dalam penelitian Sintari yakni Siswa Kelas X IPA 2 SMA Dharma Praja Badung, sedangkan subjek dan tempat yang diteliti oleh peneliti adalah Siswa Kelas VII E SMP Negeri 3 Mengwi. 2.2 Landasan Teori Adapun landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : (1) pengertian apresiasi sastra, (2) manfaat apresiasi sastra, (3) pengertian karya sastra (4) pengertian cerpen dan ciri-ciri cerpen, (5) unsur-unsur instrinsik cerpen, (6) pengertian model pembelajaran (7) Model Think Pair Share (TPS), (8) langkahlangkah Think Pair Share, (9) kelebihan model pembelajaran Think Pair Share (TPS), (10) kekurangan model pembelajaran Think Pair Share (TPS). 2.2.1 Pengertian Apresiasi Sastra Istilah apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti mengindahkan atau menghargai. Dalam suatu konteks yang lebih luas, istilah

13 apresiasi menurut Gove yang mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilainilai keindahan yang diungkapkan pengarang (Aminuddin, 2014 : 34). Menurut Effendi (dalam Aminuddin, 2014 : 35), mengungkapkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sasrta. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra adalah suatu kegiatan untuk menghargai suatu karya sastra secara sungguhsungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap suatu karya sasrta. Suatu kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila seorang pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang akan diapresiasinya. 2.2.2 Manfaat Apresiasi Sastra Manfaat yang dapat diperoleh dari seseorang setelah mengapresiasi sastra sangat banyak sekali. Karena lewat karya sastra seseorang dapat menambah pengetahuan tentang pola kehidupan suatu masyarakat, dan menambah kosakata yang telah dimiliki. Manfaat karya sastra dapat dibedakan menjadi (1) manfaat secara umum dan (2) manfaat secara khusus. 1. Manfaat Secara Umum Seperti yang telah diketahui peminat atau pembaca sastra sangat beragam. Adanya suatu keragaman tersebut juga menyebabkan timbulnya keragaman dalam

14 proses apresiasi. Manfaat yang diperoleh dari membaca sastra hanyalah manfaat (1) mendapatkan hiburan, (2) mengisi waktu luang, (Aminuddin, 2014 : 61). 2. Manfaat Secara Khusus Manfaat secara khusus membaca karya sastra antara lain sebagai berikut (1) memberikan informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai kehidupan, (2) memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai kehidupan manusia itu sendiri (Aminuddin, 2014 : 62). 2.2.3 Pengertian Karya Sastra Karya sastra adalah karya imajinasi penulis yang dituangkan dalam suatu bentuk tulisan. Karya sastra terdiri atas berbagai genre salah satunya adalah dalam bentuk prosa. Prosa dibedakan atas prosa lama dan prosa modern. Prosa lama sering berwujud cerita rakyat (folktale). Cerita ini bersifat anonim, tidak diketahui siapa pengarngnya, dan beredar secara lisan di tengah masyarakat. Adapun yang termasuk prosa lama adalah cerita binatang, dongeng, legenda, mitos, dan sage. Bentuk prosa modern bisa dibedakan atas roman, novel, dan cerpen (Siswanto, 2008:140). 2.2.4 Pengertian Cerpen dan Ciri - Ciri Cerpen Cerpen adalah bentuk karya fiksi berupa kisah tentang manusia dan seluk - beluknya lewat tulisan. Cerpen merupakan sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk berkisar setengah sampai dua jam menurut (Irsyadi, dkk., 2014 : 2). Menurut E. Kosasih dan Restuti (2013 : 111), cerpen adalah cerita rekaan yang ditulis secara singkat namun padat. Panjang pendeknya suatu cerita

15 pendek memang relatif, namun pada umumnya cerita pendek ditulis dengan sekitar 500-5.000 kata, dan ada beberapa yang mengatakan tidak lebih dari 10.000 kata. Oleh karena itu, cerita pendek sering diungkapkan sebagai cerita yang dapat selesai dibaca dalam sekali duduk. Menurut Kosasih (2014 : 9), cerpen adalah cerita yang wujud atau struktur fisiknya pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relative. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam dengan jumlah kata 500 5.000 kata. Jadi, dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah karya sastra yang berbentuk karya fiksi yang menceritakan satu peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya. Cerpen merupakan sebuah cerita yang selesai dibaca hanya setengah jam atau dua jam dengan jumlah kata 500-5.000 kata. Menurut E. Kosasih dan Restuti (2013 : 111), cerpen memiliki beberapa ciri sebagai berikut: (1) Alur singkat, (2) tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang, (3) latar yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkungan yang relative terbatas, (4) tema dan nilai- nilai kehidupan yang disampaikan relative sederhana. 2.2.5 Unsur - Unsur Instrinsik Cerpen. Unsur intrinsik adalah aspek-aspek yang membangun karya satra dari dalam. Unsur intrinsik antara lain : (1) tema, (2) alur atau plot, (3) tokoh atau penokohan, (4) latar/setting, (5) sudut pandang, (6) amanat, (7) gaya bahasa.

16 1. Tema Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, baik berupa masalah kemanusian, kekuasaan, kasih sayang, dan kecemburuan (Kosasih 2104 : 40) Menurut Irsyadi, dkk., (2014 : 11), tema adalah suatu unsur dalam karya sastra yang menjadi pokok masalah atau pokok pikiran pengarang untuk mengembangkan suatu cerita. Biasanya tema yang diangkat adalah masalah kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut E. Kosasih dan Restuti (2013 : 129), tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita pendek menyangkut segala persoalan. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan tema adalah ide, gagasan atau pokok masalah yang mendasari suatu cerita, baik berupa masalah kemanusian, kekuasaan, kasih sayang, dan kecemburuan. 2. Alur atau Plot Menurut Menurut Irsyadi, dkk., (2014 : 14), alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang membentuk sebuah cerita. Peristiwa-peristiwa tersebut saling berhubungan secara runtut sehingga terjalin suatu cerita. Sedangkan alur adalah suatu pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat (Kosasih 2014 : 34) Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan alur atau plot adalah suatu jalan cerita atau rangkaian cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjalin atau merangkai kejadian secara runtut sehingga terjalin suatu cerita.

17 Menurut Irsyadi, dkk., (2014 : 14), alur dapat dibedakan menjadi tiga bagian antara lain : a. Alur maju atau progresif adalah alur yang menceritakan peristiwa peristiwa dalam cerita secara kronologis. Cerita diawal dengan tahap pengantar dan diakhiri tahap penyelesaian. b. Alur sorot balik atau regresif adalah alur yang menceritakan peristiwa peristiwa dalam cerita secara terbalik. Cerita tidak mulai dari tahap pengantar. Cerita dapat dimulai dari tahap penampilan masalah, puncak penegangan, atau penyelesaian. Alur juga disebut juga alur flashback. c. Alur gabungan adalah alur yang merupakan gabungan dari alur maju dan alur sorot balik. 3. Tokoh atau Penokohan Tokoh adalah pelaku dalam cerita dan mengambil peranan dalam setiap peristiwa atau insiden. Menurut Irsyadi, dkk., (2014 : 12) tokoh dalam sebuah karya sastra dapat dibedakan menjadi tiga antara lain sebagai berikut : 1. Tokoh protagonis (tokoh utama) adalah tokoh yang memiliki watak tertentu dalam segi kebenaran dan mempunyai sifat baik hati, jujur, dan setia. 2. Tokoh antagonis (lawan peran utama) adalah tokoh yang memiliki watak bertentangan dengan tokoh protagonist dan mempunyai jahat. 3. Tokoh tritagonis (tokoh pembantu) yaitu tokoh yang selalu menjadi penengah dan sering dimunculkan sebagai tokoh atau orang ketiga.

18 Menurut Kosasih (2014 : 36), penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh di dalam cerita. Sedangkan menurut Irsyadi, dkk., (2014 : 12), penokohan adalah penggambaran tentang sifat atau watak tokoh dalam suatu cerita. Sifat atau tokoh akan tercermin dalam pikiran dan perbuatan, ucapan, dan pandangan tokoh tentang sesuatu. Untuk menggambarkan dan mengembangkan karakter atau sifat tokoh pengarang dapat menggunakan dua metode antara lain : 1. Metode Analitik adalah seorang pengarang secara langsung memaparkan sifat tokoh dengan jalan menyebutkan sifat-sifatya. Biasanya pemparan tokoh misalnya penakut, pemarah, sombong, pemalu, atau keras kepala. 2. Teknik Dramatik yaitu karakter tokoh yang diceritakan secara tidak langsung melaui gambaran tokoh dan fisik perilaku, lingkungan kehidupan, tata bahasa tokoh, dan penggambaran melalui tokoh lain. 4. Latar atau Setting Menurut Kosasih (2014 : 38), latar adalah tempat, waktu, dan suasana yang melatarbelakangi terjadinya suatu peristiwa dalam suatu cerita. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya cerita ataupun pada karakter tokoh. Sedangkan menurut Irsyadi, dkk., (2014 : 12), latar adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Jadi, dari pendapat di atas dapat disimpulkan latar adalah tempat terjadinya suatu cerita yang melatarbelakangi tempat, waktu dan suasana.

19 5. Sudut Pandang Sudut pandang atau point of view adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan. Sudut pandang berperan sebagai teropong bagi pembaca untuk mengamati suatu cerita menurut (Irsyadi, dkk., 2014 : 14). Sedangkan menurut E. Kosasih dan Restuti (2013 : 131), sudut pandang (point of view) adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Sudut pandang terdiri dari tiga bagian antara lain yaitu : a. Sudut pandang orang pertama Dalam sudut pandang ini biasanya pengarang bertindak sebagai tokoh utama dan terlibat secara langsung di dalam cerita tersebut. Pengarang menyebut dirinya dengan kata aku atau saya. b. Sudut pandang orang kedua Pengarang adalah narator yang berbicara kepada kata ganti kamu dan menceritakan apa yang dilakukan kamu, kau, atau anda. c. Sudut pandang orang ketiga Pengarang menempatkan dirinya sebagai pengamat yang serbatahu terhadap perilaku tokoh tokoh dalam cerita tersebut. Pengarang menyebut dirinya dengan kata ia, dia, mereka, atau menyebutkan nama. 6. Amanat Menurut Kosasih (2014 : 41), amanat adalah ajaran moral atau pesan disaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada para pembaca melalui karyanya. Sedangkan menurut Irsyadi, dkk., (2014 : 16), amanat adalah pesan yang ingn disampaikan pengarang di dalam cerita. Pesan yang ingin disampaikan

20 pengarang yaitu pesan moral. Pesan moral dapat berupa penerapan sikap dan tingkah laku para tokoh. Jadi, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya. Jenis pesan yang terkandung dalam cerita pendek ini biasanya mengenai pesan moral. Maka melalui amanat atau pesan dalam cerita ini pengarang mengharapkan agar pembaca mengambil sikap yang positif dan dapat dijadikan suatu pengalaman dalam perjalanan hidup. 7. Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah keterampilan pengarang dalam mengolah dan memilih bahasa secara tepat dan sesuai dengan watak pikiran dan perasaan pelaku. Setiap orang mempunyai gaya bahasa yang berbeda-beda dalam mengungkapkan hasil karyanya. Gaya bahasa meliputi pemilihan kata-kata, penggunaan kalimat, penggunaan dialog, dan cara memandang persoalan menurut (Irsyadi, dkk., 2014 : 16). Menurut E. Kosasih dan Restuti (2013 : 132), gaya bahasa yaitu berfungsi menciptakan nada atau suasana tertentu yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Gaya bahasa dapat pula digunakan untuk menandai karakter seorang tokoh, misalnya tokoh jahat dan bijak digambarkan melalui kata-kata yang digunakannya. Jadi, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah suatu keterampilan pengarang dalam mengolah dan memilih bahasa secara tepat yang sesuai dengan karakter seorang tokoh, misalnya tokoh jahat dan bijak

21 digambarkan melalui kata-kata yang digunakannya. Setiap karya sastra ditentukan oleh penggunaan gaya bahasa. Gaya yang indah dan menarik akan dapat memancing terus rangkaian cerita yang terjalin sehingga tidak menimbulkan rasa bosan bagi para pembaca. 2.2.6 Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran yaitu sebagai gaya atau suatu strategi yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dalam penerapannya itu gaya yang dilakukan tersebut mencakup beberapa hal atau strategi atau prosedur agar tujuan yang ingin dikehendaki dapat tercapai. 2.2.7 Model Think Pair Share (TPS) Menurut Imas Kurniasih (2016 : 58), Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran yang kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model ini berkembang pertama kali oleh Frank Lyman dan koleganya di uneversitas Maryland pada tahun 1985. Pada dasarnya model ini suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi di kelas. Model Think Pair Share memberi waktu kepada siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau acuan pembelajaran.

22 Teknis model pembelajaran Think Pair Share (TPS) menurut Imas Kurniasih, (2016 : 62). Adapun teknis pelaksanaan model pembelajaran ini adalah : 1. Berpikir (Think) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang akan dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. 2. Berpasangan (Pair) Selanjutnya guru meminta para siswa berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan atau apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. 3. Berbagi (Share) Pada langkah akhir, guru meminta kepada pasangan pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada tahapan ini akan menjadi lebih efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu kepasangan yang lain, sehingga dari beberapa pasangan tersebut mendapat kesempatan untuk melaporkan.

23 2.2.8 Langkah Langkah Think Pair Share (TPS) Menurut Zainal Aqib (2013 : 24), model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Siswa diminta untuk berpikir tentang inti atau permasalahan yang disampaikan guru. 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing- masing. 4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya. 5. Berawal dari kegiatan tersebut, mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa. 6. Guru memberikan kesimpulan. 7. Penutupan. 2.2.9 Kelebihan Model Pembelajaran Think Pair Sahre (TPS) Kelebihan model pembelajaran Think Pair Share menurut (Imas Kurniasih, 2016 : 58) antara lain sebagai berikut : a. Model ini dengan sendirinya memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. b. Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. c. Dapat memperbaiki rasa percaya diri semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. d. Siswa akan terlatih untuk membuat konsep pemecahan masalah.

24 e. Keaktifan siswa akan meningkat, karena kelompok yang dibentuk tidak gemuk, dan masing-masing siswa dapat dengan leluasa mengeluarkan pendapat mereka. f. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok. g. Adanya kemudahan interaksi sesame siswa. h. Pemecahan masalah dapat dilakukan secara langsung dan siswa dapat memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempersentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. i. Proses pembelajaran akan dinamis, karena konsep pembelajaran ini juga menuntut siswa untuk aktif mencari permasalahan dan menemukan jawaban. 2.2.10 Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Kekurangan model pembelajaran Think Pair Share menurut (Imas Kurniasih, 2016 : 61) antara lain sebagai berikut : a. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan. b. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang. c. Membutuhkan keordininasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.

25 d. Membutuhkan perhatin khusus dalam penggunaan ruang kelas. e. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa. f. Jumlah kelompok yang terlalu banyak. 2.3 Kerangka Berpikir Kemampuan menganalisis, khususnya dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas VII E SMP Negeri 3 Mengwi masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menentukan tema, sudut pandang dan gaya bahasa. Selain itu siswa juga kurang antusias didalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung, dikarenakan guru kurang memaksimalkan penggunan model pembelajaran. Sehingga siswa merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran dan hasil yang diperoleh tidak maksimal. Untuk mengatasi suatu permasalahan tersebut, salah satu cara yang peneliti tempuh adalah model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Alasannya karena model pembelajaran TPS dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Karena didalam model pembelajaran ini memiliki keunggulan yaitu meningkatkan keaktifan siswa dan siswa terlatih untuk membuat konsep pemecahan masalah. Dalam model ini memudahkan guru dalam menyajikan suatu pembelajaran. Guru hanya melengkapi penyajian singkat mengenai materi yang akan diberikan sehingga siswa lebih aktif didalam kelas. Dengan demikian jika dalam pembelajaran menganalisis cerpen siswa kelas VII E

26 SMP Negeri 3 Mengwi digunakan dengan model pembelajaran Think Pair Share secara efektif maka prestasi belajar siswa akan meningkat. Gambar Kerangka Berpikir 2. Kemampuan Mengnalisis Cerpen Rendah Model Think Pair Share (TPS) 1. Kemampuan Mengnalisis Cerpen Meningkat Gambar 2.1. Kemampuan Menganalisis Cerpen Gambar di atas, menunjukkan bahwa kemampuan menganalisis cerpen pada siswa masih rendah belum menggunakan model Think Pair Share (TPS), sedangkan gambar kedua menunjukan kemampuan siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam menganalisis cerpen. 2.4 Hipotesis Tindakan Menurut Sugiyono, (2014 : 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta - fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah suatu penelitian, belum jawaban yang empiric dengan datanya. Sedangkan menurut Arikunto (2014 : 110), hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

27 Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan merupakan suatu jawaban penelitian yang sementara, yang diajukan sebagai pemecahan masalah melalui data-data yang terkumpul tetapi belum teruji kebenarannya dari data tersebut. Meskipun itu hanya sifatnya sementara tetapi pernyataan tidaklah dinyatakan sembarangan yang tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, melainkan sangat diperlukan untuk mengidentfikasi masalah dan cara pemecahannya. Untuk itu hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yakni : (1) penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas VII E SMP Negeri 3 Mengwi dan (2) penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan respon siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen.