BAB 2 TUNJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Beton adalah bahan yang diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air, dan agregat dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat sampai bahan buangan non kimia pada perbandingan tertentu. Bahan tambah dalam campuran adukan beton merupakan bahan selain unsur pokok beton (air, semen, dan agregat), yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum atau selama pengadukan beton. Penambahan ini bertujuan untuk mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton ketika masih dalam keadaan segar maupun setelah mengeras, misalnya mempercepat pengerasan, menambah encer adukan, menambah kuat tekan, menambah daktilitas, mengurangi sifat getas, mengurangi retak-retak pengerasan dan sebagainya. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton normal pada umumnya memiliki berat jenis sekitar 2300 kg/m3 dan dikategorikan sebagai beton ringan jika berat jenisnya kurang dari 1900 kg/m3. (Kusnadi, Dewi Sulistyorini, 2011) Bahan tambah yang digunakan untuk meningkatkan mutu beton dapat berupa bahan kimia, pozzollan, dan juga dapat berupa serat. Beton yang di tambah serat disebut dengan beton serat (fibre reinforced concrete). Menurut SNI Committee 544 (1982), fiber reinforced concrete didefisikan sebagai beton yang terbuat dari campuran semen, agregat halus atau agregrat halus dan kasar serta sejumlah kecil serat. Penambahan serat pada campuran beton akan memberikan tulangan serat pada beton, yang disebar secara merata untuk mencegah retak-retak beton yang terlalu dini di daerah tarik akibat panas dan hidrasi maupun akibat pembebanan (Pribadi, 1997). 6
7 Penambahan fiber atau serat pada campuran beton akan mengakibatkan penambahan kekuatan lentur beton. Bila dibandingkan dengan penambahan kuat tekan dan tarik umumnya penambahan kuat lentur lebih besar prosentasenya (Ananta A,2005). Penambahan kuat lentur tersebut disebabkan karena beton berserat terdapat tulangan mikro berupa serat fiber sehingga beton akan menjadi lebih lentur. Beberapa cara untuk meningkatkan mutu beton ringan yaitu dengan memberi bahan tambah atau bahan pengganti mineral seperti agregat ke dalam campuran beton. Pozzollan adalah bahan tambah yang memiliki kandungan utama berupa silika dan aluminat. Silika dan aluminat dapat bereaksi dengan semen yang akan meningkatkan kuat tekan beton. Salah satu jenis pozzollan adalah serbuk kaca yang mengandung silika lebih dari 60% (Hanafiah, 2011) Beberapa jenis serat telah banyak diteliti oleh banyak peneliti dan digunakan baik di dalam maupun di luar negeri. Hasil positif dari penggunaan serat melandasi pemikiran bagaimana aplikasi yang praktis dan ekonomis. Salah satu ide yang ingin dikembangkan dalam penelitian ini adalah bagaimana kontribusi serat dalam material beton ringan yang berbahan tambah Styrofoam dan serat bendrat. Keausan abrasi terjadi bila partikel-partikel bahan meluncur dengan tekanan melintang permukaan atau permukaan bahan keras menggosok melintasi permukaan bahan lain. Ketahanan keausan yang terkena gosokan tergantung pada kekerasan bahan (Avner Dalam Mudjijana, 1993). Keausan beton didefinisikan kemampuan beton khususnya bagian permukaan untuk menahan gaya atau beban yang melewatinya dapat berupa gesekan maupun aliran.
8 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Beton Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air, dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture) tertentu. Material pembentuk beton tersebut dicampur merata dengan komposisi tertentu menghasilkan suatu campuran yang homogen sehingga dapat dituang dalam cetakan untuk dibentuk sesuai keinginan. Campuran tersebut bila dibiarkan akan mengalami pengerasan sebagai akibat reaksi kimia antara semen dan air yang berlangsung selama jangka waktu panjang atau dengan kata lain campuran beton akan bertambah keras sejalan dengan umurnya. Nilai kuat tekan beton relative tinggi dibanding kuat tariknya, dan merupakan bahan getas. Nilai kuat tariknya berkisar antara 9% - 15% dari kuat tekannya, pada penggunaan sebagai komponen structural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerjasama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang bekerja menahan tarik. 2.2.2. Beton Ringan Beton adalah material baru yang dibentuk dari campuran agregat, semen dan air melalui sebuah proses hidrasi. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton normal pada umumnya memiliki berat jenis sekitar 2300 kg/m3 dan dikategorikan sebagai beton ringan jika berat jenisnya kurang dari 1900 kg/m3. Pembuatan beton ringan pada prinsipnya adalah membuat rongga udara di dalam beton. Semakin banyak rongga udara dalam beton semakin ringan beton yang dihasilkan. Ada tiga macam cara membuat rongga udara dalam beton, yaitu : a. Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregat ringan. Agregat itu bisa berupa batu apung, styrofoam, batu alwa, atau abu terbang (fly ash) yang dijadikan batu. b. Menghilangkan agregat halus (agregat halusnya disaring, contohnya debu/abu terbangnya dibersihkan).
9 c. Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton. Cara ketiga ini terbagi lagi menjadi secara mekanis dan secara kimiawi. Bahan campuran antara lain pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air dan dicampur alumunium pasta sebagai bahan pengembang secara kimiawi. Secara umum kandungan udara mempengaruhi kekuatan beton. Kekuatan beton berkurang 5.5 % dari kuat desak setiap pemasukan udara 1% dari volume campuran. Beton dengan bahan pengisi udara mempunyai kekuatan 10 % lebih kecil daripada beton tanpa pemasukan udara pada kadar semen dan workabilitas yang sama (Murdock & Book, 1999). Pada beton dengan kekuatan menengah dan tinggi, tiap 1 % peningkatan kandungan udara akan mengurangi kekuatan tekan beton sekitar 5 % tanpa perubahan air semen. (Mehta, 1986). 2.2.3. Beton Styrofoam Styrofoam atau foam polysterene adalah bahan yang dibentuk dari polysterene dengan cara menghembuskan udara pada polysterene dalam kondisi panas sehingga menghasilkan foam dengan kandungan udara mencapai 95 % sehingga berat satuan styrofoam cukup rendah berkisar antara 15 22 Kg/m3. Beton styrofoam merupakan salah satu beton ringan yang dibentuk dengan menggunakan material ringan berupa butiran styrofoam. Beton styrofoam dapat dibentuk dari campuran semen, agregat halus dan butiran styrofoam atau semen, agregat halus, agregat kasar dan butiran styrofoam. Styrofoam yang ditambahkan ke dalam campuran beton dapat dianggap sebagai rongga udara. Keuntungan penggunaan styrofoam sebagai pembentuk styrofoam dibandingkan pemasukan udara dalam beton adalah styrofoam memiliki kekuatan tarik dan jumlahnya dapat dikontrol (Satyarno, 2004). Styrofoam atau plastik busa masih termasuk golongan plastik.umumnya Styrofoam (polystyrene foam) berwarna putih. Styrofoam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang
10 berisi udara yang tidak dapat menghantar panas, sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang baik. Sifat sifat Styrofoam : a. Mempunyai berat jenis yang relative ringan. b. Tahan terhadap asam, basa, dan zat korosif. c. Mempunyai titik leleh pada suhu 102-106 C. d. Mampu menahan panas. e. Dapat memperlambat timbulnya panas hidrasi f. Dapat mengurangi beban gempa yang berkerja lebih kecil karena berat struktur beton berkurang. Gambar 2.1. Bulir-bulir Styrofoam 2.2.4. Workabilitas Beton Workabilitas merupakan tingkat kemudahan beton segar untuk dikerjakan tanpa mengalami kerusakan seperti segregasi, keropos dan bleeding. Semakin mudah beton dikerjakan maka nilai workabilitasnya semakain tinggi. Workabilitas biasanya ditentukan oleh nilai slump beton segar. Nilai slump ditentukan berdasarakan pengujian kerucut terpancung diameter bawah 20 cm diameter atas 10 cm dan tinggi 30 cm. Untuk beton dengan kriteria dapat memadatkan diri sendiri (SCC) maka workabilitasnya harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Filling ability b. Passing ability c. Segregation resistance
11 Filling ability, adalah kemampuan beton untuk mengalir dan mengisi keseluruh bagian cetakan melalui berat sendirinya. Passing ability, adalah kemampuan beton untuk mengalir melalui celah-celah antar besi tulangan atau bagian celah yang sempit dari cetakan tanpa terjadi adanya segregasi atau blocking. Segregation resistance, adalah kemampuan beton untuk menjaga tetap dalam keadaan komposisi yang homogen selama waktu transportasi sampai pada saat pengecoran. 2.2.5. Kekuatan Beton Sifat-sifat utama beton yang berhubungan dengan kepentingan praktisnya adalah mengenai kekuatan, karakteristik, tegangan-regangan, penyusutan dan deformasi, respon terhadap suhu, daya serap air dan ketahanannya. Diantara sifat-sifat beton yang paling mendapat perhatian adalah kekuatan beton, karena hal tersebut yang merupakan gambaran secara umum mengenai kualitas beton. 2.2.6. Beton Serat 2.2.6.1. Pengertian Beton Serat American Concrete Institute (ACI) memberikan definisi untuk beton serat, sebagai suatu konstruksi yang tersusun dari bahan semen,agregat halus dan kasar serta sejumlah kecil serat. Menurut Tjokrodimuljo (1996), beton serat ialah bahan komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat dalam beton ini berguna untuk mencegah adanya retak-retak sehingga menjadikan beton serat lebih daktail daripada beton biasa. Penggunaan serat pada campuran beton pada intinya memberikan pengaruh yang baik yaitu dapat memperbaiki sifat beton antara lain dapat memperbaiki daktalitas dan kuat lentur beton serta mengurangi susut beton.
12 2.2.6.2. Mekanisme Kerja Beton Serat Mekanisme kerja serat dalam adukan beton secara bersama-sama adalah sebagai berikut: a. Serat bersama pasta beton akan membentuk matriks komposit, dimana serat akan menahan beban yang ada sesuai dengan modulus elastisitasnya. d Gambar 2.2. Serat dalam beton b. Pasta beton akan semakin kokoh / stabil dalam menahan beban karena aksi serat (fiber bridding) yang sangat mengikat di sekelilingnya. Butir Styrofoam Gambar 2.3. Aksi Serat Bersama Pasta Semen c. Serat akan melakukan dowel action (aksi pasak) sehingga pasta yang sudah retak dapat stabil/kokoh menahan beban yang ada. Serat bendrat Aksi serat bendrat Styrofoam Gambar 2.4. Aksi Pasak dalam Beton
13 Pengaruh penambahan serat ke dalam adukan beton tergantung pada hal-hal berikut: a. Jenis (ukuran dan bentuk) serat. b. Aspek rasio serat. c. Konsentrasi serat. 2.2.7. Bahan Penyusun Beton Ringan Bahan penyusun beton terdiri atas semen, agregat, air, dan bahan tambah bila diperlukan (SKSNI T 15-1990-03).Kualitas beton yang diinginkan dapat ditentukan dengan pemilihan bahan-bahan pembentuk beton yang baik, perhitungan proporsi yang tepat, cara pengerjaan dan perawatan beton dengan baik, serta pemilihan bahan tambah yang tepat dengan komposisi yang sesuai. Kajian mengenai bahan penyusun beton akan disajikan sebagai berikut: 2.2.7.1. Semen Portland Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan. Semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang padat dan juga mengisi rongga-rongga diantara butiran-butiran agregat. Salah satu jenis semen yang biasa dipakai dalam pembuatan beton ialah semen portland. Bahan dasar pembentuk semen portland terdiri dari kapur, silika, alumina dan oksida besi. Oksida tersebut bereaksi membentuk suatu produk akibat peleburan. Unsur-unsur pembentuk semen dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Susunan Unsur Semen Portland Oksida Persen (%) Kapur (CaO) Silika (SiO 2 ) Alumina (Al 2 O 3 ) Besi (Fe 2 O 3 ) 60-65 17-25 3-8 0,5-6
14 Magnesium (MgO) Sulfur (SO 3 ) Soda/potash (Na 2 O+K 2 O) 0,5-4 1-2 0,5-1 Sumber : Kardiyono Tjokrodimuljo (1996) Pada umumnya semen portland diklasifikasikan menjadi 5 jenis, seperti yang tercantum pada Tabel 2.3. Tabel 2.3Jenis-jenis Semen Portland Jenis Semen Karakteristik Umum Jenis I Jenis II Jenis III Jenis IV Jenis V Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus. Semen Portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan. Semen Portland yang penggunaannya menuntut panas hidrasi rendah. Semen Portland yang penggunaannya menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat. Sumber : Kardiyono Tjokrodimuljo (1996 : 11) 2.2.7.2. Agregat a. Agregat Kasar Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih dari 5 mm (PBI 1971). Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah. Kerikil adalah bahan yang terjadi sebagai hasil desintegrasi alami sedangkan batu pecah adalah bahan yang diperoleh dari batu yang digiling (dipecah) menjadi pecahan-pecahan berukuran 5-70 mm.
15 Tabel 2.4. Batasan Susunan Butiran Agregat Kasar Ukuran Saringan (mm) Persentase Lolos Saringan (%) 40 mm 20 mm 40 95 100 100 20 30 70 95 100 10 10 35 25 55 4,8 0 5 0 10 Sumber : Tjokrodimuljo (1996) b. Agregat Halus Agregat halus adalah agregat yang berbutir kecil (antara 0,15 mm dan 5 mm). Agregat halus sering disebut dengan pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian maupun hasil pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksudkan dengan agregat halus adalah agregat dengan besar butir kurang dari 4,75 mm. Agregat halus mempunyai peran penting sebagai pembentuk beton dalam pengendalian workability, kekuatan (strength), dan keawetan beton (durability) dari mortar yang dihasilkan. Untuk memperoleh hasil beton yang seragam, mutu pasir harus dikendalikan. Pasir sebagai agregat halus harus memenuhi gradasi dan persyaratan yang ditentukan. Tabel 2.5. Batasan Susunan Butiran Agregat Halus Ukuran Saringan Persentase Lolos Saringan (mm) Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4 9,50 100 100 100 100 4,75 90-100 90-100 90-100 95-100 2,36 60-95 75-100 85-100 95-100 1,18 30-70 55-90 75-100 90-100 0,85 15-34 35-59 60-79 80-100 0,30 5-20 8-30 12-40 15-50 0,15 0-10 0-10 0-10 0-15 Sumber : Tjokrodimuljo (1996) Keterangan: Daerah 1 : Pasir kasar Daerah 2: Pasir agak kasar Daerah 3 : Pasir agak halus Daerah 4: Pasir halus
16 2.2.7.3. Air Air adalah salah satu bahan material penyusun beton yang penting walaupun harganya murah. Air berfungsi untuk memicu proses kimiawi, semen tidak bisa menjadi pasta tanpa air. Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25% dari berat semen, tapi dalam kenyataannya nilai faktor air semen (fas) yang dipakai sulit kurang dari 0,35. Kelebihan air dapat dijadikan sebagai pelumas, tetapi tidak berlebihan karena kekuatan beton akan menjadi rendah dan mengakibatkan bleeding pada beton segar. Dalam pelaksanaan suatu proyek, air adalah bahan yang sangat penting dan vital yang digunakan untuk: a. Pembuatan adukan beton. b. Pembuatan adukan untuk spesi. c. Perawatan beton dan kegiatan penunjang lainnya. Air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan semen yang menyebabkan terjadinya pengikatan dan pengerasan, untuk membasahi agregat dan untuk melumas butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan Persyaratan yang harus dipenuhi oleh air yang agar dapat digunakan antara lain: a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter; b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton.(asam, zat organik) lebih dari 15 gram/liter; c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter; d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter. 2.2.7.4. Serat Bendrat Berdasarkan penelitian tersebut dicoba untuk melakukan pengujian kuat lentur terhadap beton dengan serat bendrat. Digunakan serat bendrat sebagai alternatif pengganti serat baja, karena harga serat bendrat yang relatif lebih murah dari pada serat baja, selain dikarenakan serat bendrat memiliki unit densitas yang lebih rendah dari pada serat baja.
17 Karakteristik serat bendrat yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai ukuran panjang 70 mm, diameter 1 mm, berat jenis sekitar 5,56 ton/m2, dengan prosentase campuran 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; dan 2% dari volume adukan beton. (Soroushian & Bayasi, 1987). 2.2.8. Beton Ringan Metode SNI Kriteria dasar perancangan beton adalah kekuatan takan dan hubungannya dengan faktor air semen yang digunakan. Kriteria ini sebenarnya kontradiktif dengan kemudahan pegerjaannya arena menurut Abram, 1920 (Neville, 1981) untuk menghasilkan kekuatan yang tinggi penggunaan air dalam campuran beton harus minimum. Tujuan utama mempelajari sifat-sifat beton adalah untuk perencanaan campuran (mix design), yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai, serta menentukan proporsi masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang ekonomis dengan kualitas yang baik. Berbagai metode mensyaratkan suatu campuran perancangan beton dengan mempertimbangkan sisi ekonomisnya dengan memperhatikan ketersediaan bahanbahan di lapangan, kemudahan pekerjaan, serta keawetan kekuatan dan pekerja beton. Caranya melihat bahwa dengan ukuran agregat tertentu, jumlah air perkubik akan menentukan tingkat konsistensi dari campuran beton yang pada akhirnya akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan (workability) 2.2.8.1. Perencanaan Mix Design Sebelum melakukan perancangan, data-data yang dibutuhkan harus dicari. Jika data-data yang dibutuhkan tidak ada, dapat diambil data dari tabel-tabel yang telah dibuat untuk membantu penyelesaian perancangan Mix Design ini. Bagian alir perancangan Mix Design dapat dilihat pada Gambar 2.4.
18 Gambar 2.4.Diagram Alir Perancang Mix Design Beton 2.2.9. Kuat Desak Kekuatan tekan beton merupakan salah satu dari kinerja utama beton. Kuat tekan merupakan kemampuan dari beton untuk dapat menerima gaya tekan persatuan luas. Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari beton yang diinginkan hasilnya sesuai dengan yang sudah direncanakan. Pengujian nilai kuat tekan benda uji silinder berpedoman pada standart ASTM C 39-86 Standart Test Pengujian Kuat Tekan beton mutu tinggi dapat dilihat pada Gambar 2.5.
19 Gambar 2.5. Alat Uji Kuat Tekan Beton P h d Method for Compressive Strenght of Cylindrical Concrete Specimens. Gambar 2.6. Ilustrasi Kuat Tekan Keterangan: P = Gaya h = Tinggi Silinder d = Diameter Silinder Untuk mendapatkan besarnya tegangan hancur pada benda uji silinder digunakan rumus :
20 f c = P/A...(2.1) Dengan: f c = Kuat tekan beton benda uji silinder (MPa) P = Beban desak maksimum (N) A = Luas permukaan benda uji silinder (mm² ) Nilai kuat tekan beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya ditentukan ketika beton berumur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya pada umur 7 hari kuat tekan beton mencapai 70% dan pada umur 14 hari mencapai 85% sampai 90% dari kuat tekan beton umur 28 hari. 2.2.10. Permeabilitas dan Penetrasi Nilai penetrasi pada beton ditentukan oleh besarnya nilai permeabilitas beton. Permeabilitas adalah sifat dapat dilewati/dimasuki zat atau gas. Jadi permeabilitas adalah kemudahan cairan atau gas untuk melewati beton. Beton yang baik adalah yang relatif tidak bisa dilewati oleh zat/gas,atau dengan kata lain mempunyai permeabilitas yang rendah. Menurut (Murdock, 1991), beton tidak bisa kedap air secara sempurna. Permeabilitas penting untuk diketahui karena pada beton bertulang terdapat tulangan baja yang berfungsi untuk menahan tegangan tarik yang bekerja pada beton dan lapisan beton akan melindungi baja agar tidak kontak langsung dengan udara luar yang dapat mengakibatkan reaksi oksidasi sehingga akan menyebabkan terjadinya korosi pada tulangan baja. Baik ASTM maupun BS tidak terdapat penjelasan tentang deskripsi uji permeabilitas secara rinci, namun berdasarkan (Murdock dan Brooks, 1987) (Concrete Technology,1987), uji permeabilitas beton dapat dilakukan denga cara sampel beton yang di- sealed dari air yang bertekanan pada sisi atasnya saja dan meliputi aspek banyaknya air yang mengalir lewat ketebalan beton pada waktu tertentu (seperti yang telah disyaratkan oleh SK SNI S-36-1990-03 ayat 2.2.1.2). Permeabilitas beton dapat pula diekspresikan sebagai koefisien permeabilitas (K),yang dievaluasi berdasarkan hukum Darcy sebagai berikut :
21 dv = A (h)... (2.2) Q... (2.3) Dengan kombinasi dan integrasi persamaan (2.3) dan(2.4) didapat: K = ln... (2.4) Dengan : V : volume total yang diserap sampel (m³) A : luas penampang pipa (m²) h : tinggi air dalam pipa (m) Q : kecepatan aliran air (m³/dt) A : luas penampang sampel (m) L : ketebalan penetrasi air (m) K : koefisien permeabilitas air (m) Ho : tinggi air mula-mula (m) Hi : tinggi air akhir (m) t : waktu pengaliran (detik) Nilai permeabilitas maksimum yang dianjurkan standar ACI 301 729 (revisi 1975) adalah sebesar 1,5E 11 m/dt (4,8E-11 ft/dt). Faktor air semen yang digunakan juga akan mempengaruhi besarnya koefisien permeabilitas. Makin tinggi faktor air semen akan menyebabkan nilai koefisien permeabilitas makin tinggi. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi besarnya permeabilitas beton adalah : a. Mutu dan porositas dari agregat yang digunakan dalam adukan beton. Dalam hal ini jenis, sifat dan porositas agregat akan mempengaruhi permeabilitas beton yang mana penggunaan agregat yang porous akan meningkatkan permeabilitas. b. Umur beton Dengan bertambahnya umur beton maka permeabilitanya akan menurun.
22 c. Gradasi agregat dalam adukan beton Pemakaian agregat dengan gradasi yang kasar serta terlalu banyak pasir akan menyebabkan workabilitas turun sehingga memerlukan tambahan air untuk kemudahan pengerjaan yang baik dan akan berdampak pada meningkatnya permeabilitas. d. Tingkat perawatan (curing) beton Perawatan beton yang baik akan sangat berpengaruh sekali terhadap tingkat permeabilitas beton, oleh sebab itu perlu membasahi beton selama beberapa hari setelah pengecoran. (Yusuf Efendi,2006) Menurut Dhir dan Jackson Neil,Ravindra K,1996, mekanisme pengaliran bertindak sebagai model yang teoritis untuk mengevaluasi karakteristik pengaliran beton dalam metode pengujian yang berbeda. Dalam, bentuk mekanisme pengaliran antara lain : a. Absorbsi Aliran zat cair yang disebabkan oleh tegangan permukaan. Aliran zat cair dipengaruhi oleh karakteristik zat cair berupa : a) Vuscosity (kekentalan) b) Density (massa jenis) c) Surface tension (tegangan permukaan) Karakteristik zat padat yang lain berupa struktur pori (jari-jari dan pori-pori kapiler) dan surface energy. b. Permeabilitas Aliran zat cair atau gas yang disebabkan oleh tekanan. Permeabilitas tergantung pada struktur pori dari zat padat dan viskositas zat cair, aliran kapiler dapat berupa laminar atau turbulen. Untuk aliran turbulen, volume aliran tidak proporsional untuk tinggi tekanan.
23 c. Difusi Perpindahan massa berupa ion atau molekul bebas yang bergerak secara acak di dalam pori-pori yang menghasilkan aliran dari daerah berkonsentrasi padat ke daerah berkonsentrasi rendah.