BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, penyerapan tenaga kerja dan pendistribusian hasil

dokumen-dokumen yang mirip
BUDAYA CATUR PURUSA ARTHA DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI BASIS KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KINERJA KEUANGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dipergunakan sebagai dasar dalam menganalisis fenomena terkait dalam

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan lokal (Soelistianingsih, 2013). Fakta yang terjadi di lapangan justru menunjukkan sebaliknya. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Perkembangan ekonomi selalu dijadikan faktor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi global

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan setiap perusahaan akan berusaha menghasilkan nilai perusahaannya.

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public dapat menjual sahamnya kepada para investor.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru merupakan ancaman bagi pengusaha apotek. Meskipun layanan

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai kegiatan investasi serta memberikan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi global yang melanda dunia. Krisis ekonomi global telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi suatu kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. namanya persaingan, walaupun perusahaan telah mengantisipasinya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang kian membaik, menurut Zuraya

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi,

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB I PENDAHULUAN. dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Pada tahun 2012 industri manufaktur menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan bertujuan untuk menghasilkan laba yang maksimal serta dapat

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti Usaha Kecil dan Menengah (UKM), hampir semua bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen keuangan merupakan manajemen yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 22,7 juta perusahaan di Indonesia usaha mikro dan kecil mendominasi dari sisi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Aktivitas perusahaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen terutama kebutuhan mengenai fashion, baik di bidang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi karena harga saham menunjukkan prestasi emiten, pergerakan harga

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh laba atau keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara. menghasilkan barang atau jasa tersebut.

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang jasa maupun produksi pasti menginginkan agar perusahaannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya.

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (Wahyudi dan Hartini, 2006). Perusahaan yang telah go public

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang pada umumnya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang berorientasi pada profit selalu memiliki tujuan jangka

BAB I PENDAHULUAN. mampu membaca situasi yang terjadi agar dapat mengelola fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. obligasi untuk mendapatkan dana yang dapat digunakan untuk bebrbagai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I. Pendahuluan. yang seara langsung telah mempengaruhi cara pengusaha menciptakan dan

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham (Sartono, 2002). pemilik atau pemegang saham dapat tercapai (Linda, 2010).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan dan untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan. harus memiliki strategi yaitu melalui pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Industri pariwisata juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Kecil dan Menengah (IKM) mempunyai peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi nasional, penyerapan tenaga kerja dan pendistribusian hasil pembangunan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menunjukkan bahwa proporsi masyarakat Indonesia yang berada pada aktivitas IKM sangat besar (sekitar 81%). Pada tahun yang sama, jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri tersebut mencapai sekitar 76% dari total tenaga kerja, dan memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 54% - 57% atau menyumbang sekitar 60% terhadap output yang dihasilkan pada sektor nonmigas. Saat krisis ekonomi, IKM terbukti mampu menampung 99,45 persen dari total tenaga kerja atau 73,24 juta tenaga kerja. Kontribusi yang diberikan oleh IKM pada kondisi krisis ekonomi dapat dinilai sebagai pendukung dalam proses perbaikan perekonomian nasional dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan kesempatan kerja (Putra dan Saskara, 2013). Sum et al (2004) mengemukakan bahwa IKM memegang peranan penting dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara kawasan Asia. Pemberdayaan IKM menjadi sangat strategis karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi, sekaligus menjadi salah satu sumber pendapatan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 1

2 IKM memiliki keunggulan dapat bertahan dalam kondisi krisis ekonomi yang melanda industri dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar. IKM mampu bertahan dalam kondisi krisis karena tidak memiliki utang luar negeri, tidak banyak utang ke perbankan, lebih banyak menggunakan bahan baku lokal dan berorientasi ekspor. IKM juga memiliki potensi yang cukup besar dalam menciptakan kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada skala usaha yang lebih besar. Segmen IKM dapat ditemukan di segala sektor industri mulai dari industri yang berteknologi sederhana hingga relatif canggih. IKM merupakan bagian dari usaha yang menopang kehidupan masyarakat di Provinsi Bali. IKM memberikan sumbangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali atas dasar harga yang berlaku menurut lapangan pekerjaan untuk tahun 2011, sebesar 29%. (BPS Provinsi Bali, 2012). IKM di Provinsi Bali mengalami perkembangan yang sangat pesat selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Data jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) di Bali dilihat dari jumlah unit usaha yang ada di Bali yaitu sebanyak 7.627 unit usaha (2008) meningkat menjadi 9.418 unit usaha (2012) dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,22% setiap tahun. Dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 76.754 orang (2008) meningkat menjadi 87.784 (2012) dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,14% setiap tahun. Nilai investasi atas IKM juga mengalami peningkatan yaitu Rp.1.119.794.725,- (tahun 2008) menjadi Rp.6.330.053.929,- (tahun 2012) dengan rata-rata peningkatan sebesar 2,08% setiap tahun. Dilihat dari nilai produksi IKM mengalami peningkatan yaitu

3 Rp.5.575.278.078,- (tahun 2008) menjadi Rp.9.445.742.141,- (tahun 2012) dengan peningkatan rata-rata sebesar 1,20% setiap tahun. Nilai bahan baku yang dipergunakan IKM juga mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp.1.153.841.970,- (tahun 2008) hingga mencapai Rp.3.338.926.867,- (tahun 2012) atau mengalami rata-rata peningkatan sebesar 1,38% setiap tahun. (Disperindag Provinsi Bali, 2012). Peningkatan jumlah unit usaha, nilai investasi, nilai produksi dan nilai bahan baku mengindikasikan bahwa IKM di Provinsi Bali terus berkembang. Perkembangan IKM mencerminkan pemilik atau manajemen IKM pada dasarnya sudah memiliki jiwa kewirausahaan (entrepreneur). Apabila jiwa entrepreneur tidak ada, maka tidak akan ada yang berani memanfaatkan peluang dan melakukan pengembangan usaha. Bali sebagai daerah tujuan wisata yang didukung oleh keberadaan IKM. Kedatangan wisatawan ke Provinsi Bali mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan IKM sehingga memicu peningkatan ekspor Provinsi Bali. IKM yang memiliki komoditas ekspor Provinsi Bali dikategorikan sebagai IKM Unggulan yang terdiri Industri Kerajinan Kayu dan Industri Tekstil dan Produk Tekstil (Disperindag Provinsi Bali, 2012) Sektor IKM Unggulan memberikan kontribusi yang besar terhadap ekspor Provinsi Bali selama tahun 2013 yaitu sebesar 78,51 juta dolar AS (36,51 %), menghasilkan devisa sebesar 93,26 juta dolar AS (41,90 %). Tujuan ekspor IKM Unggulan Provinsi Bali diantaranya Amerika Serikat, Singapura, Jepang, Australia dan Thailand (Disperindag Provinsi Bali, 2013)

4 Berkembangnya IKM Ungulan di Provinsi Bali, disebabkan karena produknya merupakan produk inovatif dan kreatif yang digali dari kearifan lokal, yang membedakan produk ini dengan produk negara lain. Kondisi ini mencerminkan bahwa IKM unggulan di Provinsi Bali memiliki Orientasi Kewirausahaan yang mengakar pada budaya lokal, yang dapat diamati pada perkembangan design produk tekstil dan kerajinan. Produk tekstil mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam hal design produk hingga kain khas dengan motif unik. Produk kerajinan kayu yang dihasilkan di Provinsi Bali juga memiliki keunikan motif, ukiran, pahatan dengan ciri khas Bali yang terus berkembang. Indikasi perkembangan sebuah industri tercermin dari peningkatan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan adalah bentuk pencapaian atau prestasi kerja perusahaan. Kinerja Perusahaan salah satunya dapat diindikasikan dengan Kinerja Keuangan. Indikator penilaian kinerja sebuah IKM adalah kemampuan usaha tersebut menghasilkan laba (profit). Brigham and Houston (2011:107) menyebutkan bahwa profitabilitas (kemampulabaan perusahaan) digunakan untuk mengetahui kemampuan dan efektifitas manajemen dalam mengelola perusahaan. Horne and Wachowicz (2012 : 87) memberikan pengertian profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu terkait dengan penggunaan aktiva yang produktif atau modal (dana), secara keseluruhan, baik hutang (modal asing) maupun modal sendiri. Kinerja Keuangan akan menjadi tolak ukur bagi lembaga keuangan (sebagai alternatif sumber dana eksternal bagi IKM) terhadap keputusan

5 pembiayaan yang akan diberikan pada industri tersebut. Perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan dan memiliki prospek yang baik. Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar (Brigham and Houston, 2011 : 108). Permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh IKM di Provinsi Bali antara lain terkait dengan upaya untuk meningkatkan kinerja keuangan yaitu permodalan. Permasalahan permodalan antara lain, terbatasnya jumlah modal, terbatasnya pengetahuan tentang sumber modal, nilai jaminan yang tidak sesuai dengan kebutuhan permodalan, kesulitan memenuhi persyaratan kredit (Disperindag Provinsi Bali, 2013). Scarborough and Zimmerer (2008 : 164) juga menguatkan bahwa kendala yang dihadapi oleh IKM adalah permodalan terutama kesulitan ketika harus memenuhi persyaratan kredit karena IKM adalah perusahaan kecil yang tidak memiliki laporan keuangan yang teraudit. Permasalahan yang dihadapi oleh IKM perlu diberikan pemecahan karena akan mempengaruhi kinerja dari industri tersebut. Riset yang dilakukan oleh Diperindag Provinsi Bali (2013) menemukan bahwa faktor-faktor penentu kinerja keuangan IKM di Bali adalah sebagai berikut, (1) alternatif modal usaha dan efektivitas penggunaan dana ; (2) dukungan promosi, pangsa pasar, harga produk, produktivitas, perlindungan hak cipta, kualitas produk, peralatan produksi, kualitas sumber daya manusia, produk inovatif dan kreatif, serta variasi produk ; (3) pola perilaku atau kebiasaan dan pengalaman yang mendorong anggota

6 organisasi atau perusahaan untuk bekerja dan berinteraksi mewujudkan tujuan perusahaan. Suharyadi dkk (2008 : 47) menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuan perusahaan haruslah konsisten, disiplin, bekerja keras, melakukan peningkatan dan perbaikan secara terus menerus dan menjaga efektivitas penggunaan dana perusahaan. Dukungan promosi, pangsa pasar, harga produk, produktivitas, perlindungan hak cipta, kualitas produk, peralatan produksi, kualitas sumber daya manusia, produk inovatif dan kreatif, dan variasi produk merupakan penjabaran dari bentuk Orientasi Kewirausahaan yang juga mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Pola perilaku atau kebiasaan yang mendorong anggota organisasi (perusahaan) untuk bekerja dan berinteraksi untuk menciptakan sesuatu yang baru adalah bentuk inovasi. Inovasi yang dilakukan secara terus menerus akan membuat perusahaan mampu bertahan dan meningkatkan usaha (tujuan perusahaan) (Brown and Ulijn, 2004 : 6). Setiap upaya peningkatan usaha akan membutuhkan modal. Permodalan terkait dengan Keputusan Pendanaan akan mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Apabila terjadi kekurangan modal maka usaha menjadi tidak produktif sehingga pencapaian kinerja tidak maksimal. Hubungan antara Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan tidak dapat diabaikan karena peningkatan Kinerja Keuangan merupakan indikasi prestasi perusahaan dalam mencapai tujuan terkait dengan pengelolaan dana yang dimiliki (Gill et al, 2011). Keputusan Pendanaan salah satunya tercermin dari komposisi struktur modal perusahaan. Struktur modal mencerminkan proporsi penggunaan sumber

7 dana perusahaan. Sumber dana dapat berasal dari internal maupun eksternal perusahaan berupa hutang perusahaan. Peningkatan penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan, sebagai dampak adanya keuntungan dari pengurangan pajak yang disetorkan kepada pemerintah (Modigliani and Miller, 1963). Myers and Majluf (1984) mengemukakan bahwa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana dalam operasional perusahaan dengan menggunakan dana internal sebelum akhirnya menggunakan dana eksternal berupa pinjaman (hutang) dalam upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian terkait Keputusan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Abor (2005) di Ghana, Ahmad and Abdullah (2012) di Malaysia, Skopljak and Luo (2012) di Australia, Nirajini and Priya (2013) di Srilanka, yang menemukan hasil yang sejalan yaitu Keputusan Pendanaan berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Keuangan. Semakin tinggi tingkat penggunaan hutang mengakibatkan semakin meningkatnya Kinerja Keuangan. Penggunaan hutang dapat meningkatkan Kinerja Keuangan apabila penggunaan hutang tersebut mampu meningkatkan keuntungan perusahaan lebih besar dari biaya hutang tersebut (Brigham and Daves, 2010 : 124). Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Ebaid (2009) di Mesir, Gatsi (2012) di Ghana dan Pratheepkanth (2011) menemukan hasil yang berbeda yaitu terdapat hubungan negatif signifikan antara Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan. Hal ini berarti bahwa peningkatan penggunaan hutang mengakibatkan penurunan Kinerja Keuangan. Peningkatan keuntungan perusahaan setelah menggunakan hutang lebih kecil dari biaya yang ditimbulkan dari hutang tersebut. Penggunaan

8 hutang hingga mencapai titik tertentu akan meningkatkan Kinerja Keuangan namun apabila melewati titik maksimum tersebut maka peningkatan penggunaan hutang akan menurunkan Kinerja Keuangan. Variabel yang mempengaruhi Kinerja Keuangan selain variabel keuangan (Keputusan Pendanaan) adalah variabel non keuangan yaitu Orientasi Kewirausahaan. Covin and Slevin (1991) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki Orientasi Kewirausahaan akan membuat perusahaan menemukan peluang baru serta memperkuat posisi kompetitifnya dalam melakukan aktivitas bisnis di pasar. Miller and Friesen (1982), serta Wiklund (1999) menjelaskan bahwa Orientasi Kewirausahaan merupakan atribut-atribut personal dari pemilik yang membentuk dan mempunyai pengaruh kuat terhadap Kinerja Keuangan. Konsep Orientasi Kewirausahaan (entrepreneurship) menyangkut kemampuan perusahaan menciptakan sesuatu yang baru (Hisrich et al., 2007). Menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda sama dengan menciptakan nilai untuk dirinya dan lingkungannya (Venkataraman, 2001). Orientasi Kewirausahaan tidak hanya diperlukan dalam usaha yang berskala besar tetapi juga perusahaan kecil. Orientasi Kewirausahaan diperlukan untuk dapat melaksanakan aktivitas operasional dengan lebih baik dibandingkan dengan para pesaing (Lumpkin and Dess, 2001 ; dan Wiklund and Shepherd, 2005). Mengingat peran Orientasi Kewirausahaan bagi keberhasilan usaha dan lebih bersifat personal, maka penting bagi perusahaan kecil untuk lebih meningkatkan Orientasi Kewirausahaan (Zahra and Garvis, 2000).

9 Pengembangan riset terkait Orientasi Kewirausahaan dan kinerja perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Keh et al. (2007) yang melakukan penelitian pada Industri Kecil dan Menengah di Singapura, ditemukan hasil bahwa Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan. Riset terkait topik yang sama juga dilakukan oleh Zahra and Garvis (2000) pada 98 perusahaan di Amerika Serikat ; Lim (2002) pada Japanese Food Restaurants ; Lumpkin and Dess (2001) ; Vitale et al. (2002) ; Ireland et al. (2003) ; Wiklund and Shepherd (2005) menemukan hasil yang senada yaitu Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Keuangan. Orientasi Kewirausahaan selain berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan juga diduga berpengaruh terhadap Keputusan Pendanaan. Covin and Slevin (1991) mengungkapkan bahwa Orientasi Kewirausahaan (sifat inovatif, proaktif dan kemampuan mengelola risiko (risk taking)) yang dimiliki oleh manajemen atau pemilik perusahaan akan dapat menentukan perkembangan suatu usaha. Usaha yang semakin berkembang akan membutuhkan pendanaan yang relatif besar. Pendanaan akan diupayakan menggunakan sumber internal terlebih dahulu, baik dari setoran modal pemilik maupun laba ditahan. Apabila sumber pendanaan internal perusahaan tidak mencukupi kebutuhan pendanaan maka perusahaan akan mencari sumber pendanaan dari luar perusahaan yaitu hutang. Variabel non keuangan lain yang memengaruhi Kinerja Keuangan adalah Budaya Organisasi yang berlaku dan diterapkan dalam perusahaan. Budaya yang berkembang dan diterapkan pada sebuah organisasi atau perusahaan, akan

10 mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manajemen atau pemilik perusahaan terkait dengan keberanian menggunakan sumber pendanaan eksternal yang pada akhirnya akan mempengaruhi Kinerja Keuangan (Wiagustini, 2011). Budaya Organisasi merupakan salah satu variabel non keuangan yang berperan dalam mewujudkan Kinerja Keuangan (Lee and Yu, 2004). Budaya Organisasi juga berpengaruh terhadap pengembangan serta keberhasilan perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil (Armstrong and Chouke, 2000). Budaya diantaranya menunjukkan nilai, sikap, kepercayaan dan norma serta pandangan hidup yang berlaku di masyarakat dapat menciptakan nilai ekonomi yang dapat dipergunakan sebagai modal untuk melakukan kegiatan ekonomi (Yuliarmi dkk, 2012). Penelitian tentang Budaya Organisasi terkait dengan Kinerja Keuangan telah banyak dilakukan diantaranya Lee and Yu (2004) di Singapura, Kessapidou and Versakelis (2002) di Yunani, Uzkurt et al (2013) di Turki menemukan hasil positif signifikan, artinya semakin meningkat penerapan nilai-nilai budaya dalam sebuah organisasi maka Kinerja Keuangan akan semakin meningkat. Budaya Organisasi merupakan salah satu kunci pencapaian keunggulan perusahaan karena mampu membuat kelompok dalam organisasi mengambil tindakan cepat dan terkoordinasi terhadap pesaing, pelanggan dan berbagai proses dalam organisasi. Penelitian sejenis dengan hasil yang berbeda ditemukan oleh Farley et al (2008) di Afrika Selatan, yaitu Budaya Organisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap Kinerja Keuangan. Budaya Organisasi yang diterapkan dalam perusahaan di Afrika Selatan tidak secara substansial meningkatkan Kinerja Keuangan.

11 Budaya Organisasi selain berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan juga berpengaruh terhadap Keputusan Pendanaan. Penelitian terkait Budaya Organisasi dengan Keputusan Pendanaan telah dilakukan diberbagai Negara diantaranya Chui et al., (2002) ; Cao and Mauer., (2010) ; Li et al., (2010) ; Zheng et al., (2012) dimana budaya organisasi diukur dengan konsep Budaya Organisasi yang berlaku secara umum yaitu konsep Hofstede yang pertama kali dikemukakan tahun 1984. Pola kebiasaan dalam sebuah perusahaan mempengaruhi pemilik perusahaan dalam penentuan komposisi penggunaan hutang. Budaya Organisasi dalam penelitian ini adalah menggali budaya berdasarkan konsep lokal Bali sebagai inspirasi inovatif yang dipertahankan untuk meningkatkan Kinerja Keuangan. Budaya Organisasi pada penelitian ini adalah budaya dari nilai-nilai lokal yang unik mengenai tujuan hidup masyarakat Bali yang disebut dengan Catur Purusa Artha. Konsep ini terdiri atas Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Konsep lokal Catur Purusa Artha dalam penelitian ini digali melalui pendekatan kualitatif berupa wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan kunci yaitu pakar Budaya, asosiasi terkait subyek penelitian dan pelaku (pemilik atau manajer) untuk mengeskplorasi aplikasi konsep pada Industri Kecil Menengah di Provinsi Bali. Konsep Catur Purusa Artha diaplikasi dalam aktivitas bisnis IKM di Bali. Dharma merupakan proses bisnis internal perusahaan yang diwujudkan dengan aktivitas operasi, manajemen pelanggan, dan regulasi pemerintah. Artha merupakan target financial yang dimiliki oleh perusahaan yang diwujudkan dengan berusaha untuk beroperasi yang efisien, meningkatkan volume penjualan dan usaha (bisnis). Kama merupakan upaya

12 untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui harga yang bersaing, pelayanan yang cepat, produk yang berkualitas dan kemitraan dengan pelanggan. Moksa merupakan tujuan suatu usaha (bisnis) yaitu meningkatkan nilai (value) usaha yang diwujudkan dengan berupaya meningkatkan laba, reputasi dan kapabilitas usaha yang berkelanjutan (PHDI, 2013). Budaya organisasi yang digali dari kearifan lokal Bali (Catur Purusa Artha) merupakan sumber daya tidak berwujud (intangible asset) yang dapat mendorong meningkatkan Kinerja Keuangan IKM di Bali adalah sesuai dengan Resource Based View (RBV) Theory. Teori RBV mengungkapkan bahwa kemampuan internal perusahaan sebagai faktor penting dalam mengelola sumber daya unik yang dimiliki perusahaan agar perusahaan mampu meraih keunggulan bersaing (competitive advantage) (Barney : 1991) (Schienstock : 2009). Budaya organisasi yang digali dari kearifan lokal Bali (Catur Purusa Artha) merupakan sumber daya yang unik tidak tergantikan hanya ada di Bali, dapat mendorong meningkatkan Kinerja Keuangan IKM di Bali Keunikan penelitian ini selain mengangkat Budaya Organisaisi yang digali dari konsep budaya lokal Catur Purusa Artha yang membedakan dengan budaya lainnya, juga mengkaji tentang bagaimana peran variabel non keuangan (Budaya Organisasi dan Orientasi Kewirausahaan) terhadap Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan. Penelitian keuangan pada umumnya mengkaji keterkaitan antar variabel keuangan. Hal lain yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan pada IKM yang tidak

13 memiliki laporan keuangan yang teraudit, sehingga menggunakan data persepsi. Penelitian keuangan pada umumnya menggunakan data rasio. Penelitian ini merupakan aplikasi dari teori struktur modal Modigliani and Miller (1958) ; Modigliani and Miller (1963) ; Myers and Majluf (1984) dimana teori tersebut mengungkapkan hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan yang hanya bisa diterapkan pada perusahaan yang go public. IKM sebagai perusahaan yang tidak go public, dan merupakan private company Keputusan Pendanaan (struktur modal) tidak dapat dilihat pengaruhnya terhadap nilai perusahaan melainkan hanya pada peningkatan Kinerja Keuangan yaitu peningkatan laba dan peningkatan jumlah asset (Cassar and Holmes, 2003) Berdasarkan pada uraian tersebut maka Industri Kecil Menengah (IKM) Unggulan di Bali layak untuk diteliti terkait dengan Pengaruh Variabel Non Keuangan terhadap Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1) Bagaimana pengaruh Budaya Organisasi terhadap Keputusan Pendanaan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali? 2) Bagaimana pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali? 3) Bagaimana pengaruh Keputusan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali?

14 4) Bagaimana pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Keputusan Pendanaan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali? 5) Bagaimana pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Menjelaskan pengaruh Budaya Organisasi terhadap Keputusan Pendanaan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali. 2) Menjelaskan pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali. 3) Menjelaskan pengaruh Keputusan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali. 4) Menjelaskan pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Keputusan Pendanaan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali. 5) Menjelaskan pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu manajemen keuangan berkaitan dengan :

15 1) Pengembangan konsep Budaya Organisasi berdasarkan atas nilai-nilai budaya lokal, dengan mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam konsep Catur Purusa Artha (Dharma, Artha, Kama dan Moksa). 2) Memberikan kontribusi empiris tentang Keputusan Pendanaan (struktur modal) pada Industri Kecil Menengah (IKM) dimana variabel non keuangan (Budaya Organisasi dan Orientasi Kewirausahaan) mempengaruhi Keputusan Pendanaan (struktur modal) IKM dalam meningkatkan Kinerja Keuangan. 3) Memberikan kontribusi empiris terhadap Resource Based View (RBV) Theory, dimana Budaya organisasi yang digali dari kearifan lokal (Catur Purusa Artha) merupakan sumber daya tidak berwujud (intangible asset) dan unik yang dapat mendorong meningkatkan Kinerja Keuangan sehingga mampu meraih keunggulan bersaing (competitive advantage). 4) Pengembangan model penelitian yang terintegrasi tentang variabel non keuangan (Budaya Organisasi dan Orientasi Kewirausahaan) terhadap Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan. 1.4.2. Manfaat Untuk Praktisi Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada : 1) Pemilik Industri Kecil Menengah (IKM) di Provinsi Bali, sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan Kinerja Keuangannya. 2) Pemerintah Provinsi Bali, sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan IKM di Provinsi Bali