BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang penting untuk kehidupan manusia karena hutan memiliki fungsi sosial, ekonomi dan lingkungan. Fungsi lingkungan dari hutan salah satunya adalah kemampuan hutan dalam menyerap karbon. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses ini karbon diubah menjadi energi dan kemudian disimpan di dalam pohon. Dengan adanya hutan yang dapat menyimpan karbon dapat membantu dalam menurunkan gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Hal ini sesuai dengan pernyataan Manuri, dkk. (2011) hutan memiliki kemampuan menyerap karbon yang ada di atmosfer, sehingga hutan dapat mempertahankan keseimbangan iklim global karena adanya peningkatan suhu bumi. Karbon (C) yang bebas di udara biasanya terikat dengan oksigen (O2) menjadi karbondioksida (CO2). CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan panas bumi meningkat akibat adanya efek rumah kaca. Suhu bumi yang meningkat mengakibatkan perubahan iklim di berbagai belahan bumi. Akibat perubahan iklim menyebabkan banyak terjadinya bencana seperti, kekeringan, banjir, meningkatnya permukaan laut akibat melelehnya es di kutub, longsor, dan badai. Hutan di Pulau Jawa di dominasi oleh tanaman jati yang terdapat pada kawasan hutan negara atau hutan milik rakyat. Hutan negara di Pulau Jawa dan Pulau Madura di kelola oleh Perum Perhutani dengan memperhatikan aspek. 1
2 produksi/ ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan. Berdasarkan laporan keberlanjutan Perhutani (2014). Perum Perhutani mengelola kawasan hutan di Jawa dan Madura seluas 2.445.006 Ha, terdiri dari Hutan Produksi (HP) seluas 1.806.448 Ha dan Hutan Lindung (HL) seluas 638.558 Ha. Pada hutan milik negara kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan dilakukan secara tetap dan berkelanjutan karena memiliki kepastian hukum dalam penataan kawasan, pemilihan jenis pohon yang ditanam serta adanya kelembagaan bersama masyarakat. Hutan negara dengan tanaman jati di Pulau Jawa fungsi utamanya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan kayu untuk industri kayu di Indonesia. Hutan tanaman jati secara ekosistem tidak hanya kumpulan pohon-pohon jati, tetapi di dalamnya terdapat interaksi komponen-komponen lain penyusun hutan tanaman tersebut dangan lingkungan. Dalam perencanaan hutan tanaman di Jawa diperlukan perencanaan yang sesuai serta memperhatikan aspek produksi, sosial dan lingkungan. Berjalannya aspek produksi dilihat dari hasil produktivitas tebangan setiap tahunnya, untuk aspek hutan memberikan manfaat bagi masyarakat diantarnya sumber pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat sekitar hutan, obat-obatan, kegiatan mencari pakan, dan memanfaatkan hasil hutan baik dari kayu maupun non kayu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat sekitar hutan, sedangkan aspek lingkungan salah satunya dapat dilihat dari besarnya simpanan karbon yang disimpan dalam hutan tersebut. Hutan jati memiliki peranan besar dalam penyimpanan karbon dan pengurangan kadar CO2 di atmosfer, hal ini dikarenakan umur masak tebang tanaman jati yang relatif panjang sehingga penyerapan kadar CO2 di atmosfer
3 melalui proses fotosintesis juga relatif lama. Pohon dalam hutan akan menyerap karbon yang ada di udara selama proses fotosintesis, namun ketika pohon tersebut ditebang tidak semua karbon akan terlepas secara langsung ke udara. Kandungan karbon pada pohon yang telah ditebang masih tersimpan dalam produk kayu sebagai manfaat nilai ekonomi hutan. Lama waktu karbon tersebut tersimpan tergantung dari masa pakai produk dan tingkat keawetan kayu yang digunakan (Lestari, 2011) Terjadinya perubahan ekosistem hutan yang semakin cepat akibat banyaknya tekanan sosial dan ekonomi penduduk harus menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam mengelola hutan (Simon, 1999). Pemanfaatan pengetahuan penginderaan jauh dengan memperhatikan teknologi, metode dan sumber dayanya akan banyak membantu meningkatkan kinerja sistem pengelolaan hutan jati untuk memantau berbagai perkembangan dan perubahan hutan secara lebih cepat dengan biaya yang lebih efektif. Salah satu penerapan teknologi penginderaan jauh digunakan untuk mengestimasi simpanan karbon yang ada pada suatu tegakan. Informasi simpanan karbon dengan menggunakan pengindraan jauh dimungkinkan data yang diperoleh bersifat kontinyu dan dapat digunakan untuk memantau kondisi sumber daya hutan jati. Kesulitan dalam kegiatan inventarisasi hutan jati yang dilaksanakan secara konvensional dapat dilakukan pendekatan dengan memanfaatkan analisis kuantitatif data citra yang berbasis digital. Pengenalan vegetasi hutan pada citra digital mampu memberikan gambaran yang baik dengan memahami pola karakteristik spektral vegetasi. Setiap perubahan hutan yang terjadi pada selang
4 waktu yang pendek dengan wilayah yang luas relatif mudah untuk dilakukan analisis multispektral secara digital dengan melakukan transformasi matematis terhadap data digital yang memungkinkan untuk menonjolkan aspek kerapatan vegetasi atau biomasa. BKPH Getas KPH Ngawi merupakan salah satu hutan negara yang memiliki kelas perusahaan jati. Secara administrasi BKPH Getas termasuk wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah dan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. BKPH Getas memiliki luas wilayah 5.342,11 Ha, dengan luasan tersebut pemilihan metode nondestructive dengan persamaan alometrik dan penggabungan inventarisasi terestris dengan penginderaan jauh akan menjadi lebih efektif dan efisien untuk inventarisasi simpanan karbon. Hal ini didukung oleh pendapat Asner (2009) yang menyatakan metode penginderaan jauh dapat mencakup wilayah yang lebih luas dengan ketelitian yang cukup baik. Karena itu keperluan praktis, pendugaan cadangan karbon dengan metode penginderaan jauh efektif dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode inventarisasi dengan pengambilan sampel di lapangan akan menghemat waktu dan tenaga, dengan menggabungkan metode penginderaan jauh dengan citra resolusi tinggi (SPOT 6) yang akan didapatkan informasi wilayah yang lebih luas dengan ketelitian yang cukup baik. Lokasi penelitian berada di BKPH Getas dengan kelas perusahaan jati dan dimungkinkan akan terdapat simpanan karbon dan potensi pengurangan kadar CO2 di atmosfer yang besar, sehingga membantu menurunkan suhu bumi akibat akumulasi gas rumah kaca (GRK).
5 1.2. Rumusan Masalah Hutan produksi merupakan hutan yang fungsi utamanya untuk memproduksi kayu untuk memenuhi kebutuhan industri kayu, seperti mebel, kerajinan, bahan konstruksi, dan lain-lain. Selain digunakan untuk memproduksi kayu, hutan produksi memiliki peran untuk menjaga lingkungan. Salah satunya dengan cara menyimpan karbon. Untuk mengetahui simpanan karbon dalam hutan produksi dapat dilakukan dengan bantuan penginderaan jauh untuk mempermudah dalam memperoleh data. Berdasarkan uraian tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Model transformasi indeks vegetasi apakah yang paling baik untuk mengestimasi simpanan karbon hutan tanaman jati di BKPH Getas KPH Ngawi dengan citra SPOT 6; dan 2. Berapa simpanan karbon di atas permukaan tanah yang terdapat pada hutan produksi di BKPH Getas KPH Ngawi 1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mengetahui model transformasi indeks vegetasi yang paling baik untuk mengestimasi simpanan karbon tegakan jati di BKPH Getas KPH Ngawi dengan citra SPOT 6; dan 2. Mengetahui estimasi simpanan karbon tegakan jati di atas permukaan tanah di BKPH Getas KPH Ngawi dengan citra SPOT 6.
6 1.4. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi simpanan karbon tegakan jati di atas permukaan tanah yang ada di BKPH Getas KPH Ngawi. 2. Didapatkan model transformasi indeks vegetasi citra SPOT 6 untuk mengestimasi simpanan karbon pada tegakan jati. 3. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.