BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan negara Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, sesuai dengan visi Indonesia 2020 yaitu Mewujudkan Indonesia yang Religius, Manusiawi, Bersatu, Demokratis, Adil, Sejahtera, Maju, Mandiri serta baik dan Bersih dalam penyelenggaraan Negara. Cita cita ini merupakan target yang harus dicapai hingga tahun 2020. Berangkat dari cita-cita yang telah dirumuskan dalam UUD 1945 dan Visi Indonesia 2020, penggalangan segala potensi patut kita berdayakan. Salah satu diantaranya mengoptimalkan penggunaan air sesuai dengan amanat psal 33 UUD 1945 ayat (3) yaitu Bumi dan air kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Perangkat hukum lainnya yang mengatur pemanfaatan air juga dituangkan dalam UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, UU No.5 Tahun1962 Tentang BUMD (PDAM), Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1987 Tentang Desentralisasi Suplai Air Bersih, Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1979 Tentang PDAM. Karena itu, salah satu upaya untuk mempengaruhi percepatan kesejahteraan masyarakat di republik ini tersedianya air bersih. Sebab air adalah urat nadi dan sumber kehidupan atau materi yang paling essential didalam kehidupan 1
umat manusia. Tegasnya, tidak ada satupun mahluk hidup yang berada diplanet bumi ini yang tak membutuhkan air. Didalam sel hidup baik pada tumbuh-tumbuhan ataupun pada hewan termasuk didalamnya manusia akan terkandung air, yakni lebih dari 75% kandungan sel tumbuh-tumbuhan atau lebih 67% kandungan sel hewan, terdiri dari air dan jika kandungan air ini berkurang, misalnya dehidrasi pada manusia akibat muntaber kalau tidak cepat diatasi akan menyebabkan kematian, demikian pada tanaman kalau tidak ada air akan layu, dan kalau dibiarkan akan mati. (Butir, 2006). Pertumbuhan penduduk dan industri mempertinggi kesenjangan antara permintaan dan penawaran air, khususnya terhadap air bersih. Dengan bertambahnya penduduk konsumsi terhadap air bersihpun akan semakin meningkat. Dimasa lalu manusia membutuhkan air bersih hanya untuk keperluan mandi, minum dan pertanian. Akan tetapi saat ini kebutuhan air sudah mencakup untuk kebutuhan industri. Konsumsi air bersih rata-rata disebuah kota besar yang modern diperkirakan sekitar 2000 liter perkapita per hari, yang meliputi konsumsi untuk keperluan publik dan keperluan industri (Dumairy, 1992) Sejak digulirkannya Undang Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum. Pada pasal 46 ayat (3) dalam PP ini secara tegas dikatakan Bahwa partisipasi swasta bisa dilakukan dalam keseluruhan tahapan penyediaan air minum, artinya privatisasi air minum di Indonesia semakin terbuka. Kebijakan regulator ini merupakan peluang sekaligus ancaman untuk berkompetisi.
Penyediaan air bersih terutama yang memenuhi syarat higienis akan dapat memperbaiki kesehatan dan kesejahteraa masyarakat. Penyediaan air bersih umumnya dilakasanakan oleh pemerintah. Perusahaan penyediaan air minum memerlukan biaya yang cukup besar, sehingga tingkat efisiensi baru dapat dicapai bila skala produksinya besar (Large Scale of Production). PDAM Tirtanadi merupakan perusahaan milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang bertugas memberikan jasa penyediaan air bersih kepada masyarakat kota Medan dan sekitarnya. Kualitas air bersih yang diberikan kepada masayarakat telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.207/Tahun 2002. PDAM Tirtanadi masih berkewajiban untuk meningkatkan kuantitas pasokannya jauh dari yang ada sekarang ini, apalagi setelah melonjaknya harga BBM dan tarif listrik yang naik dalam tiga tahun terakhir ini kebijakan untuk penyesuaian tarif air minum juga harus dipertimbangkan. Besarnya inflasi yang terjadi membuat harga harga kebutuhan pokok menjadi naik karena sebagian industri pengolahan juga menggunakan bahan baku impor dan kenaikan pada harga harga input produksi mengakibatkan kenaikan pada biaya produksi. PDAM Tirtanadi dapat lebih meningkatkan kualitas air diberbagai daerah pasokannya bila tarif air disesuaikan dengan kondisi nyata perekonomian negara saat ini. Bila PDAM di belenggu dalam penentuan kenaikan harga maka usaha usaha untuk meningkatkan kuantitas air, kualitas air dan kontinuitas air tidak mungkin dilakukan. Untuk itu PDAM Tirtanadi sebagai perusahaan monopoli harus
lebih bijak dan tepat menentukan harga yang pantas bagi masyarakat dan bagi PDAM sebagai pelaksana penyediaan air minum. Selama ini PDAM dalam melakukan penetapan harga dengan sistem diskriminasi derajat ketiga dan derajat kedua, yaitu dengan cara membagi pasar pada beberapa segmen dan penetapan harga (terendah) yang berbeda beda untuk setiap segmen pasar. Sedangkan pada metode derajat kedua (multipart pricing) dalam penetapan harga tidak mengikuti declining block pricing, sebaliknya ditetapkan secara increasing block pricing, yaitu harga ditetapkan lebih tinggi untuk tambahan setiap blok yang dijual atau dibeli konsumen. Penetapan harga seperti ini dilakukan untuk menghindari penetapan harga dasar yang terlalu tinggi bagi kelompok konsumen yang berpendapatan rendah. Dalam melakukan penggolongan pelanggan dan penentuan tarif PDAM Tirtanadi mempunyai penggolongan sebagai berikut : Sosial Khusus Golongan pelanggan yang setiap harinya memberikan pelayanan kepentingan umum khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, antara lain : Hydran Umum, WC Umum, Rumah rumah ibadah. Sosial Umum Golongan pelanggan yang setiap harinya memberikan pelayanan kepentingan umum dan masyarakat serta mendapatkan sumber dana sebagian dari kegiatannya, antara lain: Sekolah Neger/Swasta, Panti Asuhan, RS. Pemerintah, Perguruan Tinggi Negeri.
Rumah Tangga A (RT-A) Rumah semi permanen dengan type/luas lantai sampai dengan 36 m 2. Rumah Tangga B (RT-B) Rumah permanen dengan type/luas lantai diatas 36 m 2 s/d 54 m 2 Rumah Tangga C (RT-C) Rumah permanen dengan type/luas lantai diatas 54 m 2 s/d 100 m 2 Rumah Tangga D (RT-D) Rumah permanen dengan type/luas lantai sampai dengan 100 m 2 s/d 200 m 2 Niaga Kecil (N-1) Golongan pelanggan yang rumah tempat tinggalnya terdapat kegiatan usaha yang mendatangkan keuntungan, antara lain : Kios, Pedagang kaki lima, Rumah makan, penjahit, losmen, hotel melati, apotek, wartel, praktek dokter. Niaga Besar (N-2) Golongan pelanggan yang rumah tempat tinggalnya dominan kegiatan usahanya, antara lain : RS Swasta type A,B,C, Hotel Bintang, Restoran, Bengkel Mobil, Bengkel sepeda motor, Mall, palza supermarket, Gudang Distributor. Industri Kecil (IN-1) Golongan pelanggan yang dalam kegiatan usahanya megubah suatu barang menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, antara lain : Kerajinan tangan, Kerajinan Rumah tangga, Usaha Konveksi, peternakan kecil.
Industri Besar (IN-2) Golongan pelanggan yang dalam kegiatan usahanya megubah suatu barang menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan berskala besar, antara lain : Pabrik Mobil, Pabrik kimia, pertambangan, pabrik minuman dan makanan, peternakan besar. Golongan Khusus Pelabuhan Udara, Pelabuhan Laut,Pelabuhan Sungai Dalam melakukan penetapan harga PDAM Tirtanadi menggunakan blok konsumsi dengan harga yang berbeda. Penggunaan blok konsumsi berdasarkan jumlah kubikasi air yang digunakan pelanggan dan perhitungan harganya dilakukan dengan sistem progresif. Berikut ini Tabel 1.1 Blok konsumsi pelanggan dan harga. Tabel 1.1 Penggolongan Pelanggan PDAM Tirtanadi dan Blok Harga Golongan Pelanggan Blok 0-10 11-20 > 20 Sosial Khusus 575 575 575 Sosial Umum 575 630 690 Rumah Tangga A 575 630 690 Rumah Tangga B 725 1.335 2.355 Rumah Tangga C 990 1.885 3.105 Rumah Tangga D 1.170 2.930 4.600 Niaga Kecil 2.045 2.180 3.620 Niaga Besar 4.565 4.655 5.450 Industri Kecil 3.400 3.400 6.025 Industri Besar 4.550 4.560 7.750 Pelabuhan Udara Pelabuhan Laut Pelabuhan Sungai 12.800 12.800 12.800 Sumber : Data Sosialisasi Tim Tarif 2004 PDAM Tirtanadi Beranjak dari persoalan diatas PDAM Tirtanadi sebagai perusahaan monopoli perlu melakukan analisis yang lebih mendalam tentang penetapan harga air
agar pendapatan yang diperoleh perusahaan dapat menutupi seluruh biaya operasional yang juga diharapkan dapat memberikan kontribusi ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Bertitik tolak dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang mendalam tentang Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Harga Air Di PDAM Tirtanadi. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor faktor apa yang mempengaruhi harga air PDAM Tirtanadi? 2. Bagaimana menentukan skala produksi dan tingkat elastisitas harga? 3. Bagaimana PDAM Tirtanadi melakukan penetapan harga air? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga air. 2. Untuk mengetahui skala produksi dan tingkat elastisitas harga. 3. Untuk mengetahui bagaimana penetapan harga air di PDAM Tirtanadi. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun Manfaat dari Penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi PDAM Tirtanadi dalam membuat kebijakan kenaikan tarif air. 2. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya; 3. Sebagai sumber referensi dan informasi bagi semua pihak terutama masyarakat yang ingin mengetahui dasar dari kebijakan kenaikan tarif air minum. 4. Sebagai penambah wawasan bagi penulis.