PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam UUD

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

MEMUTUSKAN: : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BANYUWANGI.

BUPATI BANDUNG BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PONOROGO PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PONOROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 4 Tahun 2009 Seri E

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PADANG PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

Berdasarkan : Pelanggan dikelompokkan menjadi : 1. Kelompok Sosial Umum

WALIKOTA PROBOLINGGO

PENGUMUMAN NOMOR : PDAM.82/AM/2/2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BADUNG

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2007 T E N T A N G PENYESUAIAN TARIP AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA YOGYAKARTA

PENGUMUMAN NOMOR : PDAM.65/AM/2/2013

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2013 T E N T A N G TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA YOGYAKARTA

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR/ TAHUN 2010 TENTANG TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 28 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BUPATI SIDOARJO PERA TURAN BUPA TI SIDOARJO NOM OR 17 T AHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2009 T E N T A N G PENYESUAIAN TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA YOGYAKARTA

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014 SERI BUPATI CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 42 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BANGLI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TARIF DASAR DAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR '-'.-'" TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2016 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DENPASAR CAKUPAN PELAYANAN PELANGGAN ATAS PENDUDUK BULAN : DESEMBER 2013 KOTA DENPASAR

BUPATI MALUKU TENGGARA

WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG KLASIFIKASI GOLONGAN TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN /

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2001

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 9 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TARIF AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 131 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 8 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 48 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 16 SERI E

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Barat. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya kegiatan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 32 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 9 SERI E

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUNCULNYA GOLPUT SKRIPSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 50 TAHUN 2001 TENTANG TARIF AIR MINUM DAN NON AIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Air merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh

PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BANGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya mutu hidup manusia adalah terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI WILAYAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. ada satupun makhluk hidup di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Air

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BPS PROVINSI LAMPUNG PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan ekonomi kota Medan. Konsumsi rumah tangga Medan

I. Latar belakang penyesuaian tarif air minum tahun 2013 meliputi :

FORMULA PERHITUNGAN DAN MEKANISME PENETAPAN TARIF PADA BUMD AIR MINUM

Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 03/P/BPH MIGAS/I/2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terus menerus dengan melakukan perbaikan-perbaikan serta

BAB I PENDAHULUAN. tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi. Tubuh manusia 65%-nya terdiri atas air.

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Kota Lhokseumawe, Aceh, dengan ketinggian 2-24 meter diatas. wilayah 55,90 Km² dan Kecamatan Banda Sakti luas wilayah 11,24 Km².

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan suatu kebutuhan vital bagi setiap orang. Arti penting air

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 1 TAHUN : 1991 SERI : D.15

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

ANALISIS MANAJEMEN STRATEGI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA DHARMA BOYOLALI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan negara Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, sesuai dengan visi Indonesia 2020 yaitu Mewujudkan Indonesia yang Religius, Manusiawi, Bersatu, Demokratis, Adil, Sejahtera, Maju, Mandiri serta baik dan Bersih dalam penyelenggaraan Negara. Cita cita ini merupakan target yang harus dicapai hingga tahun 2020. Berangkat dari cita-cita yang telah dirumuskan dalam UUD 1945 dan Visi Indonesia 2020, penggalangan segala potensi patut kita berdayakan. Salah satu diantaranya mengoptimalkan penggunaan air sesuai dengan amanat psal 33 UUD 1945 ayat (3) yaitu Bumi dan air kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Perangkat hukum lainnya yang mengatur pemanfaatan air juga dituangkan dalam UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, UU No.5 Tahun1962 Tentang BUMD (PDAM), Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1987 Tentang Desentralisasi Suplai Air Bersih, Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1979 Tentang PDAM. Karena itu, salah satu upaya untuk mempengaruhi percepatan kesejahteraan masyarakat di republik ini tersedianya air bersih. Sebab air adalah urat nadi dan sumber kehidupan atau materi yang paling essential didalam kehidupan 1

umat manusia. Tegasnya, tidak ada satupun mahluk hidup yang berada diplanet bumi ini yang tak membutuhkan air. Didalam sel hidup baik pada tumbuh-tumbuhan ataupun pada hewan termasuk didalamnya manusia akan terkandung air, yakni lebih dari 75% kandungan sel tumbuh-tumbuhan atau lebih 67% kandungan sel hewan, terdiri dari air dan jika kandungan air ini berkurang, misalnya dehidrasi pada manusia akibat muntaber kalau tidak cepat diatasi akan menyebabkan kematian, demikian pada tanaman kalau tidak ada air akan layu, dan kalau dibiarkan akan mati. (Butir, 2006). Pertumbuhan penduduk dan industri mempertinggi kesenjangan antara permintaan dan penawaran air, khususnya terhadap air bersih. Dengan bertambahnya penduduk konsumsi terhadap air bersihpun akan semakin meningkat. Dimasa lalu manusia membutuhkan air bersih hanya untuk keperluan mandi, minum dan pertanian. Akan tetapi saat ini kebutuhan air sudah mencakup untuk kebutuhan industri. Konsumsi air bersih rata-rata disebuah kota besar yang modern diperkirakan sekitar 2000 liter perkapita per hari, yang meliputi konsumsi untuk keperluan publik dan keperluan industri (Dumairy, 1992) Sejak digulirkannya Undang Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum. Pada pasal 46 ayat (3) dalam PP ini secara tegas dikatakan Bahwa partisipasi swasta bisa dilakukan dalam keseluruhan tahapan penyediaan air minum, artinya privatisasi air minum di Indonesia semakin terbuka. Kebijakan regulator ini merupakan peluang sekaligus ancaman untuk berkompetisi.

Penyediaan air bersih terutama yang memenuhi syarat higienis akan dapat memperbaiki kesehatan dan kesejahteraa masyarakat. Penyediaan air bersih umumnya dilakasanakan oleh pemerintah. Perusahaan penyediaan air minum memerlukan biaya yang cukup besar, sehingga tingkat efisiensi baru dapat dicapai bila skala produksinya besar (Large Scale of Production). PDAM Tirtanadi merupakan perusahaan milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang bertugas memberikan jasa penyediaan air bersih kepada masyarakat kota Medan dan sekitarnya. Kualitas air bersih yang diberikan kepada masayarakat telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.207/Tahun 2002. PDAM Tirtanadi masih berkewajiban untuk meningkatkan kuantitas pasokannya jauh dari yang ada sekarang ini, apalagi setelah melonjaknya harga BBM dan tarif listrik yang naik dalam tiga tahun terakhir ini kebijakan untuk penyesuaian tarif air minum juga harus dipertimbangkan. Besarnya inflasi yang terjadi membuat harga harga kebutuhan pokok menjadi naik karena sebagian industri pengolahan juga menggunakan bahan baku impor dan kenaikan pada harga harga input produksi mengakibatkan kenaikan pada biaya produksi. PDAM Tirtanadi dapat lebih meningkatkan kualitas air diberbagai daerah pasokannya bila tarif air disesuaikan dengan kondisi nyata perekonomian negara saat ini. Bila PDAM di belenggu dalam penentuan kenaikan harga maka usaha usaha untuk meningkatkan kuantitas air, kualitas air dan kontinuitas air tidak mungkin dilakukan. Untuk itu PDAM Tirtanadi sebagai perusahaan monopoli harus

lebih bijak dan tepat menentukan harga yang pantas bagi masyarakat dan bagi PDAM sebagai pelaksana penyediaan air minum. Selama ini PDAM dalam melakukan penetapan harga dengan sistem diskriminasi derajat ketiga dan derajat kedua, yaitu dengan cara membagi pasar pada beberapa segmen dan penetapan harga (terendah) yang berbeda beda untuk setiap segmen pasar. Sedangkan pada metode derajat kedua (multipart pricing) dalam penetapan harga tidak mengikuti declining block pricing, sebaliknya ditetapkan secara increasing block pricing, yaitu harga ditetapkan lebih tinggi untuk tambahan setiap blok yang dijual atau dibeli konsumen. Penetapan harga seperti ini dilakukan untuk menghindari penetapan harga dasar yang terlalu tinggi bagi kelompok konsumen yang berpendapatan rendah. Dalam melakukan penggolongan pelanggan dan penentuan tarif PDAM Tirtanadi mempunyai penggolongan sebagai berikut : Sosial Khusus Golongan pelanggan yang setiap harinya memberikan pelayanan kepentingan umum khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, antara lain : Hydran Umum, WC Umum, Rumah rumah ibadah. Sosial Umum Golongan pelanggan yang setiap harinya memberikan pelayanan kepentingan umum dan masyarakat serta mendapatkan sumber dana sebagian dari kegiatannya, antara lain: Sekolah Neger/Swasta, Panti Asuhan, RS. Pemerintah, Perguruan Tinggi Negeri.

Rumah Tangga A (RT-A) Rumah semi permanen dengan type/luas lantai sampai dengan 36 m 2. Rumah Tangga B (RT-B) Rumah permanen dengan type/luas lantai diatas 36 m 2 s/d 54 m 2 Rumah Tangga C (RT-C) Rumah permanen dengan type/luas lantai diatas 54 m 2 s/d 100 m 2 Rumah Tangga D (RT-D) Rumah permanen dengan type/luas lantai sampai dengan 100 m 2 s/d 200 m 2 Niaga Kecil (N-1) Golongan pelanggan yang rumah tempat tinggalnya terdapat kegiatan usaha yang mendatangkan keuntungan, antara lain : Kios, Pedagang kaki lima, Rumah makan, penjahit, losmen, hotel melati, apotek, wartel, praktek dokter. Niaga Besar (N-2) Golongan pelanggan yang rumah tempat tinggalnya dominan kegiatan usahanya, antara lain : RS Swasta type A,B,C, Hotel Bintang, Restoran, Bengkel Mobil, Bengkel sepeda motor, Mall, palza supermarket, Gudang Distributor. Industri Kecil (IN-1) Golongan pelanggan yang dalam kegiatan usahanya megubah suatu barang menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, antara lain : Kerajinan tangan, Kerajinan Rumah tangga, Usaha Konveksi, peternakan kecil.

Industri Besar (IN-2) Golongan pelanggan yang dalam kegiatan usahanya megubah suatu barang menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan berskala besar, antara lain : Pabrik Mobil, Pabrik kimia, pertambangan, pabrik minuman dan makanan, peternakan besar. Golongan Khusus Pelabuhan Udara, Pelabuhan Laut,Pelabuhan Sungai Dalam melakukan penetapan harga PDAM Tirtanadi menggunakan blok konsumsi dengan harga yang berbeda. Penggunaan blok konsumsi berdasarkan jumlah kubikasi air yang digunakan pelanggan dan perhitungan harganya dilakukan dengan sistem progresif. Berikut ini Tabel 1.1 Blok konsumsi pelanggan dan harga. Tabel 1.1 Penggolongan Pelanggan PDAM Tirtanadi dan Blok Harga Golongan Pelanggan Blok 0-10 11-20 > 20 Sosial Khusus 575 575 575 Sosial Umum 575 630 690 Rumah Tangga A 575 630 690 Rumah Tangga B 725 1.335 2.355 Rumah Tangga C 990 1.885 3.105 Rumah Tangga D 1.170 2.930 4.600 Niaga Kecil 2.045 2.180 3.620 Niaga Besar 4.565 4.655 5.450 Industri Kecil 3.400 3.400 6.025 Industri Besar 4.550 4.560 7.750 Pelabuhan Udara Pelabuhan Laut Pelabuhan Sungai 12.800 12.800 12.800 Sumber : Data Sosialisasi Tim Tarif 2004 PDAM Tirtanadi Beranjak dari persoalan diatas PDAM Tirtanadi sebagai perusahaan monopoli perlu melakukan analisis yang lebih mendalam tentang penetapan harga air

agar pendapatan yang diperoleh perusahaan dapat menutupi seluruh biaya operasional yang juga diharapkan dapat memberikan kontribusi ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Bertitik tolak dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang mendalam tentang Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Harga Air Di PDAM Tirtanadi. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor faktor apa yang mempengaruhi harga air PDAM Tirtanadi? 2. Bagaimana menentukan skala produksi dan tingkat elastisitas harga? 3. Bagaimana PDAM Tirtanadi melakukan penetapan harga air? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga air. 2. Untuk mengetahui skala produksi dan tingkat elastisitas harga. 3. Untuk mengetahui bagaimana penetapan harga air di PDAM Tirtanadi. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun Manfaat dari Penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi PDAM Tirtanadi dalam membuat kebijakan kenaikan tarif air. 2. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya; 3. Sebagai sumber referensi dan informasi bagi semua pihak terutama masyarakat yang ingin mengetahui dasar dari kebijakan kenaikan tarif air minum. 4. Sebagai penambah wawasan bagi penulis.