Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

MAKALAH KIMIA ANALITIK 1. Iodo Iodimetri

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

Setiap system kesetimbangan melibatkan reaksi-reaksi endoterm dan eksoterem. Kenaikan suhu system akan menguntungkan reaksi eksoterem

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

MAKALAH KIMIA ANALITIK I TITRASI REAKSI OKSIDASI DISUSUN OLEH : A. NURUL ANA HUSAIN PENDIDIKAN KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI)

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

PENENTUAN KADAR VITAMIN C METODE IODIMETRI BAB V PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih terdapat dalam produk ruahan (Siregar,2010).

Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

MODUL 2 PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT DALAM YOU C Kurnia Sandwika Henry Liyanto Ignatio Glory

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

MODUL Dasar-Dasar Kimia Analitik. Kelompok 2 :

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

PENENTUAN DAYA SERAP ARANG AKTIF TEKNIS TERHADAP IODIUM SECARA POTENSIOMETRI

Titrasi Pengendapan. Titrasi yang hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga produk tersebut layak BAB II TINJAUAN PUSTAKA

So 4, K 3, HCO 3-, Br -, dan

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Soal ini terdiri dari 25 soal PG (50 poin) dan 6 soal essay (88 poin)

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut.

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN. Kelompok Vol. EDTA 0.01 M Vol. Magnesium ml 11.3 ml 14.1 ml 12 ml 11.3 ml 11.3 ml

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Guru Mata Pelajaran (Kompetensi Dasar)

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

Sophie Damayanti / SF ITB

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

LOGO TEORI ASAM BASA

BAB II LANDASAN TEORI

PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH


LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS HASIL PERTANIAN

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

CH 3 COOH (aq) + NaOH (aq) CH 3 COONa (aq) + H 2 O (l)

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

Transkripsi:

Analisis Vitamin C Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen intraselular. Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan hidrosilisin. Kedua senyawa ini merupakan komponen kolagen yang penting. Peranan vitamin C juga dalam proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stres. Vitamin C juga banyak hubungannya dengan berbagai fungsi yang melibatkan reespirasi sel dan kerja enzim yang mekanismenya belum sepenuhnya dimengerti. Peranannya antara lain oksidasi fenilalanin menjadi tirosin, reduksi ion feri menjadi fero dalam saluran pencernaan sehingga besi lebih mudah diserap. Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang. Gambar 2.17 Reaksi vitamin C dengan iod Sumber : Keusch (2007)

Metode Titrasi Iodometri Prinsip Kerja Banyaknya zat pengoksida kuat dapat dianalisa dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan menitrasi iodida yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksida yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodide, natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai titran (Day dan Underwood, 1989). Kelebihan, Kekurangan, dan Spesifikasi Analisa vitamin C dengan metode iodometri memiliki kelebihan yaitu prosedur analisa yang mudah dilakukan, tidak membutuhkan waktu yang lama, instrumen yang dibutuhkan cukup sederhana, perhitungan hasil analisa dapat langsung didapatkan. Namun, analisa dengan iodometri ini memiliki kekurangan dalam melakukan analisa vitamin C. Hasil analisa vitamin C yang diperoleh kurang akurat karena penggunaan standart Na 2 S 2 O 3 tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakan belerang akhirnya masuk ke larutan itu, dan proses 2-2- metaboliknya akan mengakibatkan pembentukkan SO 3, SO 4, dan belerang koloidal. Belerang ini akan menyebabkan kekeruhan, bila timbul keruh harus dibuang.

Tahap-tahap Analisis Standarisasi Larutan Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O Pembuatan Titrat Larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetrik. Iodium dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang dengan teliti sebelum dan setelah penambahan iodium. Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer (Day dan Underwood, 1989). Tahap Titrasi Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah larutan natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na 2 S 2 O 3.5 H 2 O. Larutan tidak boleh distandarisasikan terhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk untuk waktu yang lama. Tiosulfat terurai dalam larutan asam, membentuk belerang sebagai endapan seperti susu : S 2 O 3 2- + 2 H + H 2 S 2 O 3 H 2 SO 3 + S (p) Akan tetapi reaksi lambat dan tidak terjadi apabila tiosulfat dititrasi dalam larutan asam dan iodium jika larutannya diaduk dengan baik. Reaksi antara iodium dan tiosulfat adalah lebih cepat daripada reaksi penguraian (Day dan Underwood, 1989). Iodium mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat : 2- I 2 + 2 S 2 O 3 2 I - 2- + S 4 O 6

Reaksi itu cepat, dan berlangsung sampai lengkap benar dan tak ada reaksi samping. Jika ph larutan di atas 9, tiosulfat dioksidasi sebagian menjadi sulfat: 2-4I 2 + S 2 O 3 + 5H 2 O 8I - 2- + 2SO 4 + 10H + Dalam larutan netral atau sedikit sekali basa, oksidasi ke sulfat itu tidak terjadi, terutama jika digunakan sebagai titran (Day dan Underwood, 1989). Warna larutan iodium cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau khloroform dan kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi (Day dan Underwood, 1989). Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakkai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Day dan Underwood, 1989). Mekanisme yang tepat dari pembentukan kompleks berwarna tidak diketahui. Akan tetapi diduga bahwa molekul iodium ditahan pada permukaan β- amilosa (sebuah unsur dari kanji). Unsur kanji yang lain, α-amilosa atau amilopektin, membentuk kompleks kemerah-merahan dengan iodium, yang tidak mudah dihilangkan warnanya (Day dan Underwood, 1989). Larutan kanji mudah diurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat diperlambat dengan jalan sterilisasi atau penambahan zat pengawet. Hasil-hasil peruraian memakai iodium dan berubah menjadi kemerah-merahan. Merkuri (II) iodida, asam borat atau asam furoat dapat digunakan sebagai bahan pengawet.

Keadaan-keadaan yang menyebabkan hidrolisa atau koagulasi dari kanji harus dihindarkan. Kepekaan indikator berkurang dengan kenaikan suhu dan oleh beberapa zat organik, seperti metal dan etil alkohol (Day dan Underwood, 1989). Menurut Harjadi (2006), penambahan amilum harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi. Maksudnya ialah agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkannya sukar lepas kembali. Hal ini dapat berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir. Analisa Sampel Proses kedua setelah standarisasi larutan Na 2 S 2 O 3.5H 2 O adalah analisa sampel. Perlakuan yang dilakukan adalah sama dengan standarisasi larutan Na 2 S 2 O 3.5H 2 O. Perlakuan dimulai dari pembuatan titrat sampai dengan tahap titrasi sehingga warna biru lenyap. Penetapan vitamin C dapat dilakukan dengan analisis iodometri yang merupakan reaksi oksidasi reduksi. Kelarutan dari iodin meningkat lewat kompleksasi oleh iodida untuk membentuk triiodida. I 2(aq) + I - - I 3 Triiodida kemudian mengoksidasi vitamin C (C 6 H 8 O 6 ) menjadi asam dehidroaskorbat (C 6 H 6 O 6 ), menurut reaksi berikut: C 6 H 8 O 6 + I 3 - + H 2 O C 6 H 6 O 6 + 3I - + 2H + Vitamin C Asam dehidroaskorbat

Titik akhir dari reaksi ini diindikasikan oleh reaksi dari iodin dengan larutan pati (starch) yang akan membentuk warna biru gelap. Selama vitamin C masih terdapat dalam larutan, triiodida secara cepat dikonversi menjadi ion iodida sehingga tidak ada warna biru gelap yang terbentuk dari reaksi antara iodin - pati. Namun ketika vitamin C telah dioksidasi, maka triiodida berlebih dalam kesetimbangan dengan iodin akan membentuk warna biru gelap akibat reaksi dengan pati. - - Setelah vitamin C habis bereaksi dengan I 3 maka I 3 yang tersisa akan dititrasi dengan larytan thiosulfat seperti persamaan reaksi di bawah ini. Penambahan pati berfungsi sebagai indikator, di mana pati akan membentuk - kompleks berwarna biru dengan I 3-. Bila I 3 sudah habis bereaksi menjadi I - maka warna biru yang terbentuk akan hilang. - 2- I 3 + 2 S 2 O 3 3I - 2- + S 4 O 6 Senyawa yang berperan sebagai pereaksi pembatas pada reaksi ini adalah senyawa KIO 3 karena KIO 3 atau kalium iodat akan habis bereaksi terlebih dahulu dibandingkan dengan KI dalam proses pembentukan I 3-. Day, R.A. dan A.L. Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 1989.