HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN LAMA TINGGAL DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA MASYARAKAT YANG TERPAPAR BISING JALAN RAYA DI SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

DAMPAK KEBISINGAN LALU LINTAS TERHADAP PERMUKIMAN KOTA (KASUS KOTA SURAKARTA )

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

KEJADIAN KURANG PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN MESIN KERETA API PADA PEMUKIM PINGGIR REL DI KELURAHAN GEBANG KABUPATEN JEMBER

BAB III METODE PENELITIAN

Evi Setiawati Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

I. PENDAHULUAN. serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui undang- undang No. 13

PENGARUH PAPARAN BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN SISWA SMK NEGERI 2 MANADO JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI BATU BETON

STUDI HEARING LOSS TENAGA KERJA DAN MASYARAKAT DI WILAYAH BANDARA HASANUDDIN MAKASSAR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

ANALYSIS OF TRAFFIC NOISE IN PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA HOSPITAL ANALISIS KEBISINGAN AKIBAT ARUS LALU LINTAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PETUGAS GROUND HANDLING PT. GAPURA ANGKASA BANDARA ADI SOEMARMO BOYOLALI SKRIPSI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN NILAI AMBANG DENGAR TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. PUTRA KARANGETANG POPONTOLEN MINAHASA SELATAN

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI PT.INKA (PERSERO) MADIUN

Hubungan Paparan Kebisingan Dengan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja Industri Kerajinan Pandai Besi Di Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci : intensitas kebisingan, nilai ambang dengar, tenaga kerja bagian produksi

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

METODE PENELITIAN III.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

TARAF INTENSITAS BUNYI KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN RAYA PADA AKTIVITAS PENGUKURAN SIANG HARI. Jumingin

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS JALAN TOL PADALARANG-CILEUNYI TERHADAP PERUMAHAN TAMAN HOLIS INDAH KOTA BANDUNG.

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri

Rhaptyalyani Fakultas Teknik Univeristas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

HUBUNGAN DURASI TERPAPAR BISING DENGAN KEJADIAN NOISE INDUCED HEARING LOSS PADA PEKERJA PABRIK SPEAKER X DI PASURUAN

PENGARUH BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN PADA KARYAWAN YANG BEKERJA DI TEMPAT MAINAN ANAK MANADO TOWN SQUARE

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN LAMA TINGGAL TERHADAP DERAJAT GANGGUAN PENDENGARAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN PLTD TELAGA KOTA GORONTALO

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

Rhaptyalyani FakultasTeknik UniveristasSriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan. Abstract

GAMBARAN INTENSITAS KEBISINGAN DAN NILAI AMBANG DENGAR PEKERJA DI DISKOTIK CLOUD9, HOLLYWOOD, KOWLOON MANADO TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2

PENGARUH PERUBAHAN KETINGGIAN TERHADAP NILAI AMBANG PENDENGARAN PADA PERJALANAN WISATA DARI GIANYAR MENUJU KINTAMANI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

PENGARUH KEBISINGAN KERETA API TERHADAP KUALITAS HIDUP MASYARAKAT YANG TINGGAL DI BANTARAN REL KERETA API NUSUKAN SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS KEBISINGAN AKIBAT ARUS LALULINTAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS DAMPAK INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN PENDENGARAN PETUGAS LAUNDRY

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN MUSIK DISKOTIK DAN MASA KERJA DENGAN FUNGSI PENDENGARAN KARYAWAN DISKOTIK DI PONTIANAK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

BAB I PENDAHULUAN. guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO GEDE

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

ABSTRAK HUBUNGAN TOTAL LAMA KERJA DENGAN STATUS PENDENGARAN PADA PENERBANG TNI AU

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DI JALAN RAYA DENGAN NILAI AMBANG DENGAR PADA MASYARAKAT PEMUKIMAN DI KELURAHAN TITIWUNGEN SELATAN KOTA MANADO

DAILY MAPPING AIRCRAFT NOISE LEVEL IN UNIT APRON AHMAD YANI AIRPORT, SEMARANG, CENTRAL JAVA, USING CONTOUR NOISE METHOD

Hubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado.

DINASTI TUNGGAL DEWI J

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIMBULNYA GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING PADA TENAGA KERJA DI PT

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN EARPHONE DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO.

Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

Kajian Tingkat Kebisingan Komplek Permukiman di Ruang Peruntukan Perdagangan Dan Jasa Di Kota Jambi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. PUTRA NUGRAHA TRYAGAN

Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Gangguan Pendengaran pada Karyawan Tambang

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN LAMA TINGGAL DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA MASYARAKAT YANG TERPAPAR BISING JALAN RAYA DI SURAKARTA RELATIONSHIP BETWEEN AGE AND LENGTH OF STAY WITH HEARING LOSS OF COMMUNITY EXPOSED NOISY ROAD IN SURAKARTA Yeremia Rante Ada*, Sumardiyono, Cr. Siti Utari Program Studi D3 Hiperkes Dan Keselamatan Kerja FK, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Surakarta, Jawa Tengah 57126. Telp. (0271) 646994 * Email : yeremia08@gmail.com ABSTRAK Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki. Tiga faktor penyebab gangguan pendengaran karena bising adalah frekuensi, intensitas, dan waktu. Frekuensi bising berhubungan dengan tinggi rendahnya nada suara, intensitas berhubungan dengan kerasnya suara, sedangkan waktu berhubungan dengan lamanya paparan. Efek bising juga dipengaruhi oleh usia, kesehatan umum, jarak dengan sumber bising, dan jenis bising. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebisingan terhadap masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar jalan raya di Surakarta. Penelitian ini menggunakan jenis observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah penduduk sekitar jalan raya dengan intensitas bising 65-73 db di wilayah Surakarta Jawa Tengah. Sampel diambil melalui quota sampling berjumlah 55 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Ada hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga kanan (p=0,046), telinga kiri (p=0,042), dan tingkat ketulian telinga ganda (p=0,006) pada penduduk di sekitar jalan raya, 2) Tidak ada hubungan signifikan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kanan (p = 0,532), dengan telinga kiri (p = 0,335) maupun tingkat ketulian telinga ganda (p = 0,301) pada penduduk di sekitar jalan raya. Kesimpulan dari penelitian ini, faktor umur memiliki hubungan dengan gangguan pendengaran masyarakat sekitar jalan raya, sedangkan lama tinggal tidak berpengaruh pada gangguan pendengaran masyarakat sekitar jalan raya. Kata kunci: Gangguan Pendengaran, Kebisingan, Lama Tinggal, Umur. ABSTRACT Noise is unwanted sound. Three factors cause hearing loss due to noise is the frequency, intensity, and time. Frequency of noise associated with high and low tone of sound, the intensity associated with the rigors of the sound, while the time corresponding to the duration of exposure. The effect of noise is also affected by age, general health, the distance to the source of noise, and the type of noise. The aim of research to determine the effect of noise on communities residing around the highway in Surakarta. This research used of analytic observational with cross sectional approach. The research population is a population of around highway with 65-73 db noise intensity in Surakarta, Central Java. Samples were taken through quota sampling amounted to 55 people. The results showed: 1) There is a relationship between age and level of hearing loss right ear (p = 0.046), left ear (p = 0.042), and the degree of hearing loss ear doubles ( p = 0.006) in the population of around the highway, 2) None a significant relationship between the length of stay at the level of the right ear hearing loss (p = 0.532), with the left ear (p = 0.335) and the degree of hearing loss double ear (p = 0.301) in the population around the highway. The conclusion of this research, the age factor has related to 49

hearing loss of communities around the highway, while the length of stay has no effect on hearing loss of communities around the highway. Keywords: Age, Hearing Loss, Length of Stay, Noise PENDAHULUAN Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki (Suma mur, 2009). Bising merupakan bunyi yang ditimbulkan oleh gelombang suara dengan intensitas dan frekuensi yang tidak menentu. Tiga faktor penyebab gangguan pendengaran karena bising adalah frekuensi, intensitas, dan waktu. Frekuensi bising berhubungan dengan tinggi rendahnya nada suara, intensitas berhubungan dengan kerasnya suara, sedangkan waktu berhubungan dengan lamanya paparan. Selain itu efek bising juga dipengaruhi oleh usia, kesehatan umum, jarak dengan sumber bising, apakah bising terus menerus, intermitent atau tibatiba (Depnakertrans RI, 2009). Pada tahun 2005, WHO mencetuskan Program Sound Hearing 2030 yang memiliki misi menurunkan gangguan pendengaran dapat dicegah pada tahun 2030 melalui pengembangan sistem kesehatan berkelanjutan. Targetnya adalah mengurangi gangguan pendengaran dapat dicegah sebesar 50% pada tahun 2015 dan 90% pada tahun 2030 (Jenny, 2010). Lebih lanjut Jenny (2010), menyatakan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah menghasilkan manusia Indonesia yang cerdas, kritis, dan produktif; Indera pendengaran merupakan bagian yang penting dalam mewujudkan manusia yang produktif. Bila seseorang mengalami penurunan fungsi pendengaran, ia akan mengalami penurunan kualitas hidup. Dengan demikian masalah fungsi pendengaran sangat penting bagi kehidupan baik secara pribadi, bermasyarakat maupun dalam lingkup negara. Masyarakat di wilayah Surakarta Jawa Tengah yang terpapar bising pada berbagai tempat diantaranya masyarakat yang berdomisili di sekitar alur lalu-lintas seperti bandara dan jalan raya. Penelitian sebelumnya oleh Dyah (2008 ), ditemukan bahwa terdapat hubungan intensitas kebisingan dengan peningkatan tekanan darah diastole (p=0,019), sedangkan pada ting kat ketulian terjadi peningkatan yang signifikan (p=0,026) pada paparan kebisingan di sekitar jalan raya di Yogyakarta. Menurut Moeadi (2004) kebisingan menimbulkan penurunan daya pendengaran, hingga saat ini belum dapat disembuhkan secara normal tetapi dapat diusahakan melalui tindakan preventif. Upaya pencegahan dapat berhasil apabila dilakukan kerjasama antar berbagai instansi terkait. Pemeriksaan gangguan pendengaran dilakukan melalui tes pendengaran (audiometri), adalah suatu upaya mendeteksi dini ketulian akibat bising. Bising menyebabkan ketulian, melalui audiogram dapat ditentukan derajat ketulian. Kriteria ketulian : dengan nilai ambang rata-rata 0-25 db, tuli ringan dengan nilai ambang rata-rata 26-40 db, tuli sedang dengan nilai ambang rata-rata 41-55 db, tuli sedang berat dengan nilai ambang rata-rata 56-70 db, tuli berat dengan nilai ambang rata-rata 71-90 db, dan tuli sangat berat dengan nilai ambang rata-rata > 90 db. Di bidang lingkungan, kebisingan iidefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (MenLH, 1996). Kebisingan di sekitar jalan raya ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor yang semakin meluas, hal ini bisa ditunjukkan oleh semakin padatnya lalu lintas kendaraan di jalan raya penyebab kebisingan dari kendaraan bermotor. Besarnya intensitas kebisingan di sekitar jalan raya di Surakarta, telah dilakukan pengukuran oleh Widi (2010 ) di Jalan Veteran, Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Radjiman. Ketiga jalan ini termasuk Jalan Utama di kota Surakarta, selain itu juga dapat mewakili daerah pemukiman, perkantoran dan pendidikan. Hasil pengukuran tersaji pada tabel 1. Tingkat kebisingan di lokasi studi berdasarkan data sekunder menunjukkan bahwa pada beberapa lokasi pedesaan yang diukur saat tidak ada kereta api lewat secara umum masih berada di bawah baku mutu kebisingan (55 dba untuk pemukiman). Sementara untuk daerah perkotaan tingkat kebisingan memang cukup tinggi, diakibatkan intensitas kendaraan bermotor yang tinggi dan akibat kegiatan perdagangan. Pada saat kereta api lewat dari data terukur menunjukkan tingkat kebisingan melampaui baku mutu (Evi, 2011). Angka gangguan pendengaran dan ketulian di Indonesia tinggi. Data dari WHO tahun 2005 dijumpai 278 juta (4,2 %) penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran, 50 % di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Survei nasional 7 provinsi di Indonesia (1994 1996), penduduk Indonesia 50

mengalami gangguan pendengaran sebanyak 16,8 % dan ketulian 0,4 %. Menurut Ketua komnas penanggulangan pendengaran dan ketulian, Damayanti di Jakarta bahwa terdapat 250 juta atau 4,2 persen penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran, dimana 75-140 juta terdapat di Asean (Husni T.R, 2011 dalam Sindo Trijaya FM, 2012 ) Tabel 1. Hasil Pengukuran Kebisingan di Jalan Utama di Surakarta tahun 2010 LOKASI HARI MAKSIMUM Leg (db A ) LNP (db A ) TNI (db A ) 1 2 1 2 1 2 Jl. Slamet Riyadi Minggu Senin Kamis 73,1 71,1 75,9 75,2 76,8 74,3 87,9 82,5 87 87,7 87,8 88,9 98,0 99 108 96 99 101 Jl. Veteran Minggu Senin Selasa 75,7 75,1 78,3 75,1 76,6 73,4 94,1 89,2 90,1 88,4 89,6 88,9 108 100 107 95,5 108 99 Jl. Dr. Radjiman Keterangan : Minggu Senin Selasa 72,9 71,3 74,4 74,9 73,9 4,8 87,5 87,2 89,2 87,6 82,6 89,9 98,5 102 99 103 95,2 100 1. L eq (Level Equivalent), adalah suatu angka tingkat kebisingan tunggal dalam beban ( weighting Network) A, yang menunjukkan energi bunyi yang equivalen dengan energi yang berubah-ubah dalam selang waktu tertentu. 2. L NP (Tingkat polusi kebisingan/noise Polution Level), adalah kriteria kebisingan, yang biasa digunakan untuk menilai tanggapan manusia terhadap eksposure suatu kebisingan. 3. T NI (Indeks kebisingan lalu lintas), adalah angka yang menunjukkan hubungan antara perbedaan tingkat kebisingan maksimum dan minimum dengan gangguan yang ditimbulkan oleh kebisingan lalu lintas. Hasil pengukuran kebisingan di sepanjang lintasan rel kereta api yang berseberangan dengan wilayah RT 02/RW 03 Kelurahan Jebres Surakarta yang oleh Arief (2010), tersaji pada tabel 2. Tabel 2. Intensitas kebisingan di sekitar rel kereta api di Surakarta tahun 2010 No. Metode Ukur Nilai max Nilai min Leq 1. 24 Jam 85,56 68,63 78,06 Di Thailand, prevalensi gangguan pendengaran akibat bising meningkat dari tahun 1988 sebesar 28,1 % ke tahun 2001 sebesar 35,2 % (Viraporn, 2008). Kebisingan mengganggu kinerja pekerjaan yang kompleks, mengubah perilaku sosial dan menyebabkan gangguan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian penelitian ini menggunakan survey bersifat analitik dengan metode cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Surakarta Jawa Tengah. Populasi dalam penelitian ini masyarakat yang terpapar bising di wilayah Surakarta Jawa Tengah. Sampel diambil dengan teknik quota sampling. Jumlah sampel dari pemukiman masyarakat sekitar jalan raya sebanyak 55 orang. Instrumen Penelitian: 1) Sound level meter untuk mengukur intensitas kebisingan, 2) Audiometer untuk mengukur nilai ambang dengar pada indera pendengaran, 3) Kartu Tanda Penduduk untuk mengetahui usia masyarakat, 4) Kuesioner, untuk mengetahui data pendukung penelitian. Analisis data Chi Square Test, untuk menguji hubungan antar variabel yang berskala nominal. 51

1. Karakteristik Sampel Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN a. Karakteristik Sampel Penelitian Penduduk Sekitar Jalan Raya Karakteristik sampel penelitian dari penduduk sekitar jalan raya sebanyak 55 orang wanita dideskripsikan berdasarkan umur dan lama tinggal. Adapun hasil selengkapnya tersaji pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Karakteristik Penduduk Sekitar Jalan Raya No. Variabel Kategori Jumlah Total 1 Umur < 40 tahun 26 (47,3 %) 55 (100%) > 40 tahun 29 (52,7 %) 2 Lama Tinggal < 10 tahun 15 (27,3 %) 55 (100%) 10 s/d < 20 tahun 17 (30,9 %) > 20 tahun 23 (41,8 %) 2. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound level meter merk Rion. Pada saat pengukuran di sekitar jalan raya dilakukan di pinggir jalan raya dan rumahrumah penduduk yang tinggal di sekitar jalan raya. Hasil pengukuran intensitas kebisingan di sekitar jalan raya, tersaji pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan No. Lokasi pengukuran Range Intensitas Sumber kebisingan kebisingan (dba) 1 Sekitar jalan raya: - Pinggir jalan raya 65 73 Suara lalu-lintas 3. Deskripsi Karakteristik Penduduk Sekitar Jalan Raya. Deskripsi Karakteristik Penduduk Sekitar Jalan Raya tersaji pada tabel di bawah ini. a. Faktor Umur Penduduk Sekitar Jalan Raya. Subjek/Lokasi Tabel 5. Umur Penduduk Sekitar Jalan Raya Umur Jumlah < 40 tahun > 40 tahun n % n % n % Penduduk Sekitar Jalan Raya 26 47,3 29 52,7 55 100 Jumlah 26 47,3 29 52,7 55 100 Pada tabel tersebut, umur penduduk sekitar jalan raya lebih dominan berusia di atas 40 tahun berjumlah 29 orang (52,7%) dari total 55 orang. b. Faktor Lama Tinggal Penduduk Sekitar Jalan Raya. Batasan lama tinggal disesuaikan dengan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya, yaitu kurang dari 10 tahun, antara 10 sampai dengan kurang dari 20 tahun, dan lebih dari 20 tahun. Lama tinggal penduduk sekitar jalan raya tersaji pada tabel di bawah ini. 52

Subjek/Lokasi Tabel 6. Lama Tinggal Penduduk Sekitar Jalan Raya Masa Kerja/ Lama Tinggal Jumlah < 10 tahun 10 - < 20 tahun > 20 tahun n % n % n % n % Penduduk Sekitar Jalan Raya 15 27,3 17 30,9 23 41,8 55 100 Jumlah 15 27,3 17 30,9 23 41,8 55 100 Penduduk sekitar jalan raya lebih dominan lama tinggalnya di atas 20 tahun berjumlah 23 orang (41,8%), diikuti lama tinggal antara 10 sampai dengan 20 tahun sebanyak 17 orang (30,9%) dari total 55 orang. 4. Hubungan antar Variabel pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya a. Hubungan antara Umur dengan NAP Telinga Kanan pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Tabel 7. Hubungan antara Umur dengan NAP Telinga Kanan pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Umur NAP Telinga Kanan Ringan Sedang Jumlah χ 2 p < 40 tahun 3 11,5 19 73,1 4 15,4 0 0 26 100 6,155 0,046 > 40 tahun 12 41,4 14 48,3 3 10,3 0 0 29 100 Jumlah 15 27,3 33 60,0 7 12,7 0 0 55 100 Dari hasil uji hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga kanan pada penduduk yang terpapar bising di sekitar jalan raya, diperoleh nilai χ 2 = 6,155 dan p = 0,046. Karena p < 0,05, maka hasil uji dinyatakan signifikan, maka disimpulkan terdapat hubungan antara umur dengan tingkat ketulian pada penduduk di sekitar jalan raya. b. Hubungan antara Umur dengan NAP Telinga Kiri pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Tabel 8. Hubungan antara Umur dengan NAP Telinga Kiri pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Umur NAP Telinga Kiri Ringan Sedang Jumlah χ 2 p < 40 tahun 1 3,8 22 84,6 3 11,5 0 0 26 100 8.208 0,042 > 40 tahun 9 31,0 16 55,2 3 10,3 1 3,4 29 100 Jumlah 10 18,2 38 69,1 6 10,9 1 1,8 55 100 Dari hasil uji hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga kiri pada penduduk yang terpapar bising di sekitar jalan raya, diperoleh nilai χ 2 = 8,208 dan p = 0,042. Karena p < 0,05, maka hasil uji dinyatakan signifikan, maka disimpulkan terdapat hubungan antara umur dengan tingkat ketulian pada penduduk di sekitar jalan raya. c. Hubungan antara Umur dengan NAP Telinga Ganda pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya 53

Umur Tabel 9. Hubungan antara Umur dengan NAP Telinga Ganda pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya NAP Telinga Ganda Ringan Sedang Jumlah χ 2 p < 40 tahun 3 11,5 23 88,5 0 0 0 0 26 100 10.306 0,006 > 40 tahun 13 44,8 14 48,3 2 6,9 0 0 29 100 Jumlah 16 29,1 37 67,3 2 3,6 0 0 55 100 Dari hasil uji hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga ganda pada penduduk yang terpapar bising di sekitar jalan raya, diperoleh nilai χ 2 = 10,306 dan p = 0,006. Karena p < 0,05, maka hasil uji dinyatakan signifikan, maka disimpulkan terdapat hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga ganda pada penduduk di sekitar jalan raya. d. Hubungan antara Lama Tinggal dengan NAP Telinga Kanan pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Dari hasil uji hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kanan pada penduduk yang terpapar bising di sekitar jalan raya, diperoleh nilai χ 2 = 3,156 dan p = 0,532. Karena p > 0,05, maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan, maka disimpulkan tidak terdapat hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kanan pada penduduk di sekitar jalan raya. Tabel 10. Hubungan antara Lama Tinggal dengan NAP Telinga Kanan pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya NAP Telinga Kanan Jumlah χ 2 P Lama Tinggal Ringan Sedang < 10 tahun 5 33,3 9 60,0 1 6,7 0 0 15 100 3.156 0,532 10 s/d < 20 3 17,6 10 58,8 4 23,5 0 0 17 100 tahun > 20 tahun 7 30,4 14 60,9 2 8,7 0 0 23 100 Jumlah 15 27,3 33 60,0 7 12,7 0 0 55 100 e. Hubungan antara Lama Tinggal dengan NAP Telinga Kiri pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Tabel 11. Hubungan antara Lama Tinggal dengan NAP Telinga Kiri pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Lama Tinggal NAP Telinga Kiri Ringan Sedang Jumlah χ 2 P < 10 tahun 3 20,0 12 80,0 0 0 0 0 15 100 6.850 0,335 10 s/d < 20 tahun 3 17,6 13 76,5 1 5,9 0 0 17 100 > 20 tahun 4 17,4 13 56,5 5 21,7 1 1,8 23 100 Jumlah 10 18,2 38 69,1 6 10,9 1 1,8 55 100 54

Dari hasil uji hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kiri pada penduduk yang terpapar bising di sekitar jalan raya, diperoleh nilai χ 2 = 6,850 dan p = 0,335. Karena p > 0,05, maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan, maka disimpulkan tidak terdapat hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kiri pada penduduk di sekitar jalan raya. f. Hubungan antara Lama Tinggal dengan NAP Telinga Ganda pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Dari hasil uji hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga ganda pada penduduk yang terpapar bising di sekitar jalan raya, diperoleh nilai χ 2 = 4,868 dan p = 0,301. Karena p > 0,05, maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan, maka disimpulkan tidak terdapat hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga ganda pada penduduk di sekitar jalan raya. Tabel 12. Hubungan antara Lama Tinggal dengan NAP Telinga Ganda pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya NAP Telinga Kiri Jumlah χ 2 P Lama Tinggal Ringan Sedang n % n % n % n % N % < 10 tahun 5 33,3 10 66,7 0 0 0 0 15 100 4.868 0,301 10 s/d < 20 3 17,6 14 82,4 0 0 0 0 17 100 tahun > 20 tahun 8 34,8 13 56,5 2 8,7 0 0 23 100 Jumlah 16 29,1 37 67,3 2 3,6 0 0 55 100 KESIMPULAN 1. Variabel-variabel yang saling berhubungan pada pengaruh pemaparan kebisingan jalan raya sebesar 65 73 db kepada masyarakat sekitar jalan raya, yaitu: a. Ada hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga kanan pada penduduk di sekitar jalan raya (p=0,046). b. Ada hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga kiri pada penduduk di sekitar jalan raya (p=0,042). c. Ada hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga ganda pada penduduk di sekitar jalan raya (p=0,006). d. Tidak ada hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kanan pada penduduk di sekitar jalan raya (p=0,532). e. Tidak ada hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kiri pada penduduk di sekitar jalan raya (p=0,335). f. Tidak ada hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga ganda pada penduduk di sekitar jalan raya (p=0,301). DAFTAR PUSTAKA Depnakertrans RI. 2009. Apa Yang Anda Ketahui Tentang Konservasi Pendengaran (Buku Panduan Praktis). Pusat Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta. Dyah Suryani (2008), Kebisingan, Lama Tinggal, Tekanan Darah dan Nilai Ambang Pendengaran Komunitas di Terminal Umbulharjo Yogyakarta; Kesmas,Vol.2,No.3, September 2008:133:193. Evi Setiawati. 2011. Kajian Prediksi Peningkatan Kebisingan Akibat Konstruksi di Sekitar Daerah Sepanjang Jalan Kereta Api Lintas Cirebon-Kroya. J. Pengemb. Rek & tek. Volume 13 no 2. http://sindoradio.com/news/detail/1841/kebisingan-dapat-menyebabkan-ketulian. 06 Jul 2012 15:32WIB 55

Jenny Bashiruddin, 2010, Cegah Gangguan Pendengaran, Tingkatkan Kualitas Hidup, Universitaria- Edisi Februari 2010 (Vol.9 No.7). MenLH, 1996, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan. Moeadi. 2004, Gangguan Pendengaran Akibat Kebisingan. Forum Penelitian Th. 16, No. 2 Desember 2004, hlm. 143-158. Suma mur PK, 2009, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes), Sagung Seto, Jakarta. Viraporn A. Evaluation of Noise Induced Hearing Loss With Audiometer and Disortion Product Otoacoustic Emissions. J. Med Assoc Thai, 2008. vol. 91, no. 7. 1066-71. Widi Suroto, 2010, Dampak Kebisingan Lalu Lintas Terhadap Permukiman Kota (Kasus Kota Surakarta), Journal of Rural and Development. Volume 1 No. 1 Februari 2010. 56