BAB II KAJIAN TEORETIK. Sekolah Menengah Pertama Terbuka atau disingkat SMP Terbuka adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan matematika. Matematika mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendidikan juga di pandang sebagai sarana untuk menjadikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam. pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

BAB I PENDAHULUAN. siswa terlatih dan mempunyai kebiasaan melakukan tindakan yang baik serta

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan. pendidikan dalam berbagai bidang, diantaranya matematika.

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melalui kegiatan ini, aspek-aspek kemampuan pemecahan masalah sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang

PEMBELAJARAN TIPE TGT BERBANTU PERMAINAN MISKIN UNTUK PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencoba menjawab tingkat pemahaman siswa dalam

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi untuk masa depan. Kemakmuran Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari,terut a-ma di sekolah sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika. Melalui pemecahan masalah siswa dapat. memahami masalah dari soal yang ada dengan benar.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Sekolah Menengah Pertama Terbuka Sekolah Menengah Pertama Terbuka atau disingkat SMP Terbuka adalah pendidikan alternatif pada jalur pendidikan formal yang tidak berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari SMP Induk yang dalam menyelenggarakan pendidikannya menggunakan belajar mandiri. SMP Induk adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri yang telah memenuhi syarat dan ditunjuk sebagai pengelola SMP Terbuka. Dasar hukum didirikannya SMP Terbuka adalah Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0553/U/1996 Tentang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Terbuka. Tujuan didirikannya SMP Terbuka adalah untuk memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah dasar. Kemampuan dasar ini bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan yang akan datang sebagai pribadi anggota masyarakat dan warga negara sesuai dengan tingkat perkembangan serta persiapan siswa untuk hidup dalam masyarakat dan/atau mengikuti pendidikan menengah. SMP Terbuka juga memberikan kesempatan bagi anak yang karena faktor ekonomi, geografi, sosial, waktu, dan lainnya tidak atau belum dapat mengikuti pendidikan pada SMP dan atau yang setara. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada SMP Terbuka yaitu siswa belajar secara mandiri atau berkelompok. Siswa belajar dalam kelas di Sekolah Induk 6

7 sekurang-kurangnya selama 12 jam pelajaran dalam seminggu. Selain di Sekolah Induk, siswa juga belajar di TKB (Tempat Kegiatan Belajar), yaitu tempat yang telah ditetapkan atau disepakati sebagai tempat untuk kegiatan belajar siswa secara mandiri atau kelompok. Siswa belajar di TKB sekurang-kurangnya 16 jam pelajaran dalam seminggu. Bahan belajar utama pada SMP Terbuka adalah bahan belajar cetak berupa modul. Tenaga pengajar di SMP Terbuka terdiri dari guru bina dan guru pamong. Guru bina adalah guru pada SMP Induk yang bertanggung jawab terhadap pembinaan mata pelajaran pada SMP Terbuka, sedangkan guru pamong adalah guru atau tokoh masyarakat yang bertanggung jawab dalam membimbing dan memandu siswa dalam belajar mandiri dan kelompok di TKB. 2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis NCTM (2000) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya pada situasi baru dan berbeda. Selain itu NCTM juga mengungkapkan tujuan pengajaran pemecahan masalah secara umum adalah untuk: a) Membangun pengetahuan matematika baru, b) Memecahkan masalah yang muncul dalam matematika dan di dalam kontekskonteks lainnya, c) Menerapkan dan menyesuaikan bermacam strategi yang sesuai untuk memecahkan permasalahan, dan d) Memantau dan merefleksikan proses dari pemecahan masalah matematika. Menurut Wardhani (2008), pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Ciri dari pertanyaan atau penugasan berbentuk pemecahan masalah adalah

8 adanya tantangan dalam materi tugas atau soal dan tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku. Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006), kemampuan pemecahan masalah adalah suatu kemampuan yang membutuhkan proses penyelesaian untuk pemikiran tingkat tinggi dan mempunyai peranan yang penting dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu dalam pengelolaannya diperlukan perencanaan pembelajaran yang matang dan perubahan pola pikir pada guru itu sendiri. Dalam perencanaan, guru harus merancang sedemikian rupa sehingga mampu merancang berpikir dan mendorong siswa menggunakan pikirannya secara sadar untuk memecahkan masalah. Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006), secara rinci menguraikan empat langkah penyelesaian pemecahan masalah matematika yaitu : a) Pemahaman masalah, b) Membuat rencana penyelesaian, c) Mengerjakan rencana, dan d) Peninjauan kembali hasil perhitungan. Adapun penjabaran dari keempat langkah yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan suatu masalah dapat diuraikan sebagai berikut : a. Memahami masalah Pada langkah ini siswa harus memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal tersebut. Pada langkah memahami masalah meliputi : 1) Siswa mampu menganalisis soal, hal ini dapat terlihat apakah siswa tersebut paham dan mengerti terhadap apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. 2) Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam bentuk rumus, dan kata-kata sederhana.

9 b. Merencanakan penyelesaian Pada tahap ini siswa harus dapat merencanakan langkah-langkah apa saja yang paling penting dan saling menunjang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, diantaranya adalah siswa dapat mencari konsep-konsep atau teori-teori yang saling menunjang dan siswa dapat mencari rumus-rumus yang diperlukan. c. Melaksanakan perhitungan Pada tahap ini siswa dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku, dalam arti rumus yang digunakan sudah merupakan rumus yang siap untuk digunakan dalam soal, kemudian siswa memulai memasukkan data-data hingga menjurus ke rencana pemecahan masalah, setelah itu siswa baru melaksanakan langkah-langkah rencana sehingga diharapkan soal dapat dibuktikan atau diselesaikan. d. Memeriksa Kembali Proses dan Hasil Keterampilan siswa yang diharapkan dalam memecahkan masalah untuk langkah ini adalah siswa harus berusaha mengecek ulang dan menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang digunakan sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang sesuai dengan masalah yang diberikan. Siswa mengecek ulang dengan mengerjakan kembali langkah pemecahan masalah menggunakan hasil perhitungan, sehingga didapat apa yang diketahui dalam soal. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam memahami masalah matematis sehingga mampu memecahkan masalah matematis, menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah matematis sehingga dapat memeriksa hasil

10 dengan pasti dan tepat. Kemudian peneliti akan mengambil indikator-indikator pemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut : 1) Memahami masalah, 2) Merencanakan penyelesaian, 3) Melaksanakan perhitungan, 4) Memeriksa kembali proses dan hasil. 3. Kemandirian Belajar Kata mandiri mengandung arti tidak tergantung kepada orang lain, bebas, dan dapat melakukan sendiri. Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif dari dalam diri untuk menguasai suatu kompetensi, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Haris, 2011). Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Belajar mandiri bukan merupakan usaha untuk mengasingkan peserta didik dari teman belajarnya dan dari guru/instrukturnya. Hal terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya peserta didik tidak tergantung pada guru/pendidik, pembimbing, teman atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media pandang dengar. Kalau mendapat kesulitan, barulah peserta didik akan bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur, atau orang lain. Peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkan (Rusman, 2013). Jika seorang siswa dapat belajar mandiri maka siswa tersebut memiliki kemandirian dalam belajarnya. Menurut Rusman (2013) kemandirian belajar adalah

11 sifat dan sikap serta kemampuan dan kemauan dari siswa untuk belajar berdasarkan keinginan sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain, baik dalam hal penentuan tujuan belajar, model belajar, ataupun evaluasi hasil belajar. Kesiapan belajar mandiri merupakan bagian dari kepribadian yang berkembang dari waktu ke waktu melalui interaksi sosial. Kemandirian belajar siswa ini merupakan kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada aktivitas, tanggung jawab, dan motivasi yang ada dalam diri siswa sendiri. Menurut Prayitno dan Widyantini (2011) kemandirian belajar adalah siswa: menggunakan berbagai sumber belajar, menggunakan strategi belajar, memiliki motivasi belajar, melakukan perencanaan, melakukan monitoring, melakukan evaluasi, struktur LKS membantu siswa belajar mandiri, dan tugas/latihan membantu siswa untuk belajar mandiri. Selanjutnya, menurut Desmita (2009) kemandirian belajar adalah sebagai berikut : a. Adanya hasrat atau keinginan untuk belajar demi kebaikan dirinya. Siswa memiliki ambisi dan keinginan untuk menjadi orang yang lebih baik. b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk menghadapi masalah. Siswa dituntut untuk berinisiatif sendiri apakah siswa akan mencatat bagianbagian yang penting supaya tidak mudah terlupakan, atau apakah juga akan mencatat bagian-bagian yang tidak dipahami. Bahkan siswa harus mengambil keputusan sendiri apakah siswa akan meneruskan belajarnya atau tidak. Siswa juga harus berinisiatif sendiri apakah siswa akan menanyakan bagian yang tidak diketahuinya itu kepada orang yang dianggap mengetahuinya. Siswa harus membuat pertimbangan

12 dan mengambil keputusan sendiri mengenai strategi, cara atau metode belajar yang akan digunakan untuk memahami isi pelajaran dalam program pembelajaran. c. Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Siswa bertanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemampuan sendiri. d. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya secara mandiri. Siswa memiliki kepercayaan diri untuk melaksanakan semua yang menjadi tugastugasnya sebagai seorang siswa. Berdasarkan uraian di atas, kemandirian belajar adalah sifat dan sikap serta kemampuan dan kemauan dari siswa untuk berusaha belajar berdasarkan keinginan sendiri dengan pilihan sendiri, serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya, memiliki bahan belajar yang memadai serta mampu mengevaluasi pembelajarannya. Selain itu siswa memiliki rasa percaya diri dan mampu memotivasi sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain yang relevan untuk menguasai kompetensi tertentu, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Kemudian peneliti akan mengambil indikator-indikator kemandirian belajar siswa adalah sebagai berikut : 1) Adanya hasrat atau keinginan untuk belajar demi kebaikan dirinya, dengan sub indikator : menggunakan strategi belajar dan memiliki motivasi belajar. 2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk menghadapi masalah, dengan sub indikator : menggunakan berbagai sumber belajar. 3) Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya, dengan sub indikator : melakukan perencanaan, monitoring, dan evaluasi.

13 4) Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya secara mandiri, dengan sub indikator : struktur LKS membantu siswa belajar mandiri dan tugas/latihan membantu siswa untuk belajar mandiri. B. Penelitian Relevan Beberapa penelitian yang relevan telah dilakukan dan berhubungan dengan penelitian ini, yaitu penelitian oleh Setianingsih (2015), bahwa siswa dengan hasil belajar tinggi memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik, yaitu sudah mampu memenuhi maksimal tiga indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, sedangkan siswa dengan hasil belajar sedang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang belum cukup baik, yaitu memenuhi maksimal dua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, serta siswa dengan hasil belajar rendah memiliki kemampuan pemecahan masalah yang kurang baik, siswa belum memenuhi semua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis karena beberapa soal yang mereka kerjakan masih salah dalam merencanakan penyelesaian dari suatu soal. Selanjutnya, penelitian oleh Bistari (2010), bahwa apabila komunikasi matematik terjadi kurang efektif dapat berakibat pada kemandirian belajar peserta didik yang tidak memadai, karena melalui komunikasi yang efektif diharapkan tujuan-tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai. Kemampuan komunikasi matematik yang baik tentunya dapat dilakukan bila percaya diri pada peserta didik ada, maka salah satu upaya membangun percaya diri peserta didik dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kemandirian peserta didik.

14 Uraian di atas terlihat bahwa ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu variabel yang akan diteliti. Penulis akan meneliti tentang kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemandirian belajar siswa. Kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat dari pencapaian indikator yang telah ditetapkan. Kemandirian belajar dalam diri siswa juga berkaitan dengan kemampuan matematik yang dimiliki. Perbedaan dengan penilitian yang akan dilakukan yaitu penulis ingin mengaitkan kemampuan pemecahan masalah matematis dengan kemandirian belajar siswa SMP Terbuka Wangon. C. Kerangka Pikir SMP Terbuka adalah SMP yang cara belajarnya menggunakan pendekatan sekolah terbuka atau jarak jauh. Siswa SMP Terbuka tidak diwajibkan datang setiap hari ke sekolah untuk mengikuti pelajaran dari guru. Mereka lebih banyak belajar dengan bahan belajar cetakan berupa modul secara mandiri. Kemandirian dalam belajar merupakan sikap belajar yang perlu dimiliki oleh siswa terutama mereka yang bersekolah di SMP Terbuka sebagai bekal untuk menerjuni kehidupan bermasyarakat, membangun kehidupan pribadinya, serta agar tidak terjadi hambatan dalam memasuki pendidikan lanjutan. Siswa berusaha belajar sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain berdasarkan keinginan sendiri dengan pilihan sendiri, serta mampu mempertanggungjawabkan tindakannya. Kemandirian belajar ini dapat pula membantu siswa dalam memecahkan masalah matematis, sehingga nantinya mereka mampu berfikir sistematis, logis dan kritis dalam memecahkan masalah matematis. Kemampuan dalam memecahkan masalah perlu terus diasah dan ditingkatkan sebelum siswa dihadapkan pada masalah

15 kehidupan nyata yang sangat kompleks. Sangat dianjurkan siswa memiliki kemampuan dan keterampilan pemecahan masalah agar terbiasa menghadapi masalah di kemudian hari.