PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh MELDA SARI SUPRIYADI A.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL INCREASE OF LEARNING ENGLISH THROUGH APPLICATION REMEDIAL TEACHING

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 11 PEKANBARU

Uswatun Hasana, R. Usman Rery, Islamias

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

ARTIKEL SKRIPSI OLEH PUTU AMIK WIANTARI NIM

PENGARUH KREATIVITAS MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 6 PEKANBARU

Paulina Lelly *, Zulhelmi **, M. Nasir ** Paulina ABSTRACT

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

TINJAUAN PELAKSANAAN PRAKTEK DASAR KERJA KAYU SISWA KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN DI SMK NEGERI 1 PADANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR K3LH MELALUI PEMBERIAN KUIS PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 MARE KABUPATEN BONE

Keywords: cooperative learning, Two Stay Two Stray, learning outcomes.

PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT

PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS. (Jurnal Skripsi)

STUDI EKSPLORASI KESULITAN GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN IPS BERDASARKAN KURIKULUM 2013

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI SMA NEGERI KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL. Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH

PENGAJARAN REMEDIAL KERJA KELOMPOK DALAM PENGUASAAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH

PENGGUNAAN METOE TANYA JAWAB DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pembelajaran Remedial

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU

TINGKAT KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PERHITUNGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA 2 DI SMA NEGERI 1 TELAGA

PENDAPAT GURU FISIKA TERHADAP PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL SE-SMA NEGERI DI KOTA PEKANBARU

Amrullah SMA Negeri 1 Angsana Kabupaten Tanah Bumbu

PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II SD N 1 SEDAYU

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu kegiatan sosial antara peserta

JURNAL. Oleh. Naelal Ngiza NIM

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh

KEMAMPUAN MENYIMAK KHOTBAH BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMAK RANGKUM SISWA KELAS XI SMA PERTIWI 2 PADANG ARTIKEL ILMIAH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EFEKTIFITAS GABUNGAN TES SUBJEKTIF DAN TES OBJEKTIF DALAM MENGEVALUSI HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP NEGERI 11 BANDA ACEH

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MURDER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 12 MAKASSAR

STUDENT ACADEMIC SKILLS THROUGH PROJECT BASED LEARNING IN CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL BABUSSALAM

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SERTA PERAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI

PENERAPAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PAKEM PADA PEMBELAJARAN

Murniati 1,sainab 2. Kata Kunci : Hasil Belajar Kognitif, IPA Terpadu, Model Pembelajaran Aktif, dan Quiz Team

TINGKAT MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN GULING DEPAN KELAS VIII TAHUN AJARAN 2016/2017 DI SMP NEGERI 7 KOTA MAGELANG

Azizahwati Laboratorium Pendidikan Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp May 2013

PENERAPAN TEORI BRUNER BERBANTUAN KARTU SAPURA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI SMP

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PENILAIAN PADA PEMBELAJARAN BATIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

PELAKSANAAN PROGRAM REMEDI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA NEGERI DI KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1

FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL

INJAUAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 1 PADANG GELUGUR KABUPATEN PASAMAN

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

*Keperluan korespondensi, telp: ,

Naskah Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Srata-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

ANALISIS TINGKAT KETERLAKSANAAN PENILAIAN BERBASIS KELAS PADA MATA PELAJARAN IPA FISIKA KELAS VII SMP NEGERI PEKANBARU

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA

Chemical Education Study Program Teachers Training and Education Faculty University of Riau

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII B SMP BEER SEBA PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

THE USE OF MEDIA HYDROCARBON DOMINO CARD TO IMPROVE STUDENTS LEARNING ACTIVITY AND MASTERY LEARNING AT X.10 CLASS OF SMA NEGERI 5 PEKANBARU

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI KOGNITIF IPA MELALUI MODEL LEARNING CYCLE KELAS V SDN PODOSOKO

Tingkat Keterlaksanaan Administrasi (Sumi Fitriana)

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENEMUKAN (INQUIRY) JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Keywords: inquiry learning, science process skills, learning outcomes, the light

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS VII MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

THE EFFECT OF LEARNING FACILITIES TOWARD STUDENTS S LEARNING OUTCOMES OF CLASS X AND XI SOCIAL ON ECONOMICS OF SMA 3 PEKANBARU ABSTRACT

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

PENGGUNAAN POHON FAKTOR PADA MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL DAN FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MATA PELAJARAN TEKNIK ANIMASI 2D KELAS XI MM DI SMKN 1 BANTUL

Implementasi Model Pembelajaran... (Iqbal Wahyu Perdana) 1

HUBUNGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 1 PADANG

KETERAMPILAN MENYIMAK KHOTBAH BERBANTUAN MEDIA AUDIO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 16 PADANG ARTIKEL ILMIAH DELVA YENI NPM

Transkripsi:

PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU Resiana Heri Agusti 1, Azhar 2, Azizahwati 2 Email : resiana.heri.agusti@gmail.com ABSTRACT This study aims to determine the implementation of Remedial Teaching in achieving mastery learning students in the subject of physics of Senior High School in the city of Pekanbaru. The method that is used a survey method in this study. Populations or subjects in this study were all students of class XI Science Senior High School around Pekanbaru city who have the physics remedial teaching in first semester 2012/2013 shool year, as many as 800 students. While the sample amounted to 243 people are determined from tables developed by Ishack and Michael, with an error rate of 5%, and their extraction technique using the Proportionate Stratified Random Sampling. Data collection techniques used were distributing questionnaires and interviews to students and teachers in each schools, concerning the implementation of Remedial Teaching in achieving mastery learning students in the subjects of Physics All of Senior High School around Pekanbaru. Data analysis techniques used in this study is descriptive analysis of quantitative and qualitative. The result indicates that in the opinion of students and teachers, the implementation of Remedial Teaching in Senior High School in the city of Pekanbaru quite accomplished. Keywords: remedial teaching, mastery learning, physics subject of senior high school PENDAHULUAN Peranan pendidikan begitu penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan kehidupan dan bernegara karena sasarannya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Perwujudan masyarakat yang berkualitas menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek didik yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya, yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. Salah satu tujuan pendidikan adalah membimbing peserta didik (siswa) kearah suatu tujuan yang dinilai tinggi, baik intelektual (kecerdasan), sikap maupun perilaku. 1 Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Riau 2 Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau 1

Berdasarkan hal tersebut, proses pembelajaran yang dilakukan mestilah mampu membina peserta didik untuk dapat menguasai bahan ajar dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang demikian dinamakan belajar tuntas (Mastery Learning). Belajar tuntas (mastery learning) adalah filosofi pembelajaran yang berdasar pada anggapan bahwa semua siswa dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai bahwa siswa dapat mencapai penguasaan akan suatu materi bila standar kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas, penilaian mengukur dengan tepat kemajuan siswa dalam suatu materi, dan pembelajaran berlangsung sesuai dengan kurikulum. Dalam metoda belajar tuntas, siswa tidak berpindah ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum menunjukkan kecakapan dalam materi sebelumnya (Kunandar, 2011). Dalam rangka membantu peserta didik agar menguasai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dirumuskan dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), guru perlu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran berkualitas dimaksudkan sebagai pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Cholil, 2012) Karena peserta didik adalah individu-individu yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang berbeda satu sama lainnya, maka kemampuan peserta didik dalam mencapai SK dan KD pembelajaran juga berbeda-beda. Ada peserta didik yang cepat dalam menguasai materi pembelajaran yang diikutinya, namun ada pula siswa yang sangat lambat dan bahkan tidak mampu dalam mencapai SK dan KD tersebut. Selain harus melaksanakan pembelajaran utama dalam bentuk klasikal, guru juga harus melaksanakan pembelajaran individual dalam bentuk pembelajaran Remedial agar dapat membantu para siswa yang mengalami keterlambatan belajar ini (Cholil, 2012). Remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat penyembuhan atau perbaikan (Mulyadi, 2010). Remedial merupakan kegiatan pembelajaran khusus yang bersifat individual untuk memperbaiki hasil belajarnya. Pembelajaran Remedial merupakan layanan bimbingan belajar yang diberikan khusus kepada peserta didik agar mereka dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pembelajaran yang ditetapkan. Sesuai pengertiannya, tujuan pembelajaran Remedial adalah untuk membantu peserta didik yang terlambat atau tidak mampu menguasai kompetensi pembelajaran regular (klasikal) untuk diberikan layanan khusus (individual) agar mereka mampu menguasai kompetensi pembelajaran sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pembelajaran yang telah ditetapkan dalam KTSP masing-masing sekolah (Cholil, 2012). Isjoni mengemukakan bahwa tujuan dari pada diadakannya pengajaran perbaikan (remedial teaching) adalah agar siswa mencapai ketuntasan 2

minimal sebanyak 75% dari setiap materi pokok atau sub pokok bahasan (Isjoni, 2002). Berdasarkan wawancara penulis dengan 3 orang mahasiswa PPL maupun 3 orang siswa SMA pada tanggal 6 April 2013, khususnya dalam mata pelajaran Fisika, masih banyak siswa yang mengalami kegagalan dalam proses belajarnya. Namun, dalam pelaksanaan Remedialnya belumlah sesuai dengan yang seharusnya. Menurut guru PPL, jika peserta didik gagal atau tidak mencapai ketuntasan (KKM) yang telah ditetapkan, maka guru akan memberikan ujian ulang dengan soal yang sama, dan apabila setelah di Remedial kan belum juga mencapai ketuntasan yang diharapkan, maka nilai akan langsung dicukupkan dengan KKM yang ada. Sementara itu, menurut peserta didik sendiri apabila mereka tidak mencapai KKM, maka mereka akan diberi ujian ulang, dan jika masih belum tercapai, maka tidak diberikan tindak lanjut lagi, melainkan langsung dicukupkan sesuai KKM. Bahkan, ada juga yang langsung dinaikkan nilainya, sebab nyaris satu kelas tidak tuntas. Begitulah pendapat beberapa orang responden, kebanyakan pelaksanaan Remedial yang dilakukan hanya sebatas pemberian tugas atau ujian kembali, tanpa memperhatikan tuntas atau tidaknya siswa tersebut setelah diadakan perbaikan. Adapun hasil belajar atau prestasi belajar siswa tersebut setelah diadakannya Remedial tetap tidak mengalami peningkatan atau masih rendah. Apabila siswa yang mengalami Remedial belum mencapai ketuntasan yang seharusnya, kebanyakan guru tidak lagi memberi tindakan lanjut, melainkan langsung menaikkan nilai tiap siswa sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah. Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Remedial belumlah berjalan dengan semestinya. Sementara itu, sebagian siswa juga terkesan menganggap remeh dengan Remedial. Mereka berkeyakinan bahwa jika mereka sudah Remedial, maka nilai mereka akan tuntas, tanpa peduli benar atau tidaknya. Ini akan mengerdilkan semangat siswa untuk senantiasa meningkatkan potensi dan kualitas dirinya. Adapun ciri-ciri pengajaran perbaikan yang seharusnya yaitu : (1) Pengajaran Remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakangnya (2) Dalam pengajaran Remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid (3) Metode yang digunakan pada pengajaran Remedial bersifat diferensial artinya disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajarnya (4)Alat-alat yang digunakan dalam pengajaran Remedial lebih bervariasi dan mungkin murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya : penggunaan test diagnostic, sosiometri, dan alat-alat laboratorium (5) Pengajaran Remedial dilaksanakan dengan kerjasama pihak lain. Misalnya: pembimbing, ahli lain, dan sebagainya (6) Pengajaran Remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih diferensial, maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing pribadi murid yang akan dibantu. Misalnya : pendekatan individualisme melalui konseling lebih banyak digunakan dalam pengajaran Remedial (7) Dalam pengajaran 3

Remedial, alat evaluasi yang digunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid (Mulyadi, 2010). Pelaksanaan pengajaran perbaikan di sekolah secara skematis digambarkan Abi Syamsuddin (dalam Basuki,2012) sebagai berikut : Gambar 1. Skema Pelaksanaan Pengajaran Perbaikan METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013. Waktu penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, mulai dari bulan April sampai bulan Juni 2013. Adapun yang menjadi populasi atau subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru yang mengalami Remedial pada mata pelajaran Fisika semester ganjil TA 2012/2013. Sedangkan sampelnya yaitu sebagian siswa kelas XI IPA SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru yang mengalami Remedial pada mata pelajaran Fisika semester 4

ganjil TA 2012/2013. Untuk menentukan jumlah sampel ditentukan dari tabel yang dikembangkan oleh Ishack dan Michael, dengan tingkat kesalahan 5%, dan teknik pengambilannya dengan menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menyebarkan angket serta wawancara kepada siswa dan guru mata pelajaran Fisika di tiap sekolah, tentang pelaksanaan Remedial Teaching dalam mencapai ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Fisika di SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru. Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu dengan analisis deskriptif secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengolahan data ditentukan berdasarkan besar persentase alternatif jawaban responden dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P = x 100% Keterangan : P = Besar persentase alternatif jawaban F = Frekuensi alternatif jawaban responden N = Jumlah sampel penelitian Setiap jawaban dari pertanyaan memiliki 3 alternative jawaban yaitu 1) Ya =, 2) Kadang-kadang/kurang = Cukup, 3) Tidak = Kurang. Hasil analisa dikelompokkan menurut presentase jawaban responden dan menjadi tolak ukur dalam mengambil kesimpulan. Adapun tolak ukur yang peneliti maksud adalah apabila responden memilih A (Ya), maka a) Sebesar 66,67 % - 100% = Terlaksana, b) Sebesar 33,34 % - 66,66 % = Cukup, c) Sebesar 0% - 33,33% = Kurang (Sutrisno Hadi dalam Haryati, 2009). HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah hasil angket yang disebarkan kepada siswa dan guru Fisika ditiap sekolah. Adapun kisi-kisi dari angket tersebut dibuat berdasarkan teori mengenai remedial yang ada. 1. Data hasil angket siswa tiap sekolah a. Pembelajaran Remedial Deskripsi mengenai pengetahuan siswa mengenai remedial dapat dilihat seperti pada tabel 1. 5

Tabel 1. Pengetahuan Siswa tentang Remedial Teaching No Sub Indikator Kategori Jawaban Ya % Kadang/Kurang % Tidak % 1. Pengetahuan 190 78,18% 46 18,93% 7 2,89% siswa tentang Remedial Teaching 2. Tujuan diadakannya Remedial Teaching 214 88,06% 19 7,81% 10 4,11% Jumlah 404 166,24 65 26,74 17 7 Rata-rata 202 83,12% 33 13,37% 8 3,5% Dari tabel 1 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 243 responden, sebagian besar siswa menyatakan bahwa mereka telah memiliki pengetahuan tentang apa itu Remedial beserta tujuan diadakannya Remedial teaching tersebut. Ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa disetiap sekolah telah paham dengan Remedial teaching yang dilaksanakan beserta tujuan diadakannya. b. Faktor penyebab terjadinya remedial Deskripsi mengenai faktor penyebab terjadinya remedial dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Faktor Penyebab Terjadinya Remedial No Sub Indikator Kategori Jawaban Ya % Kadang/ % Tidak % Kurang 1. Kemampuan mengingat 69 28,39 157 64,6 17 6,99 relatif kurang 2. Perhatian yang sangat 58 23,86 160 65,84 25 10,28 kurang dan mudah terganggu dengan sesuatu yang lain disekitar pada saat belajar (1) 3. Perhatian yang sangat 105 43,20 105 43,20 33 13,58 kurang dan mudah terganggu dengan sesuatu yang lain disekitar pada saat belajar (2) 4. Secara relatif lemah 65 26,74 152 62,55 26 10,69 6

kemampuan memahami secara menyeluruh 5. Kurang dalam 85 34,97 110 45,26 48 19,75 kepercayaan diri 6. Kurang dalam hal 88 36,21 93 38,27 62 25,51 memotivasi diri dari dalam belajar 7. Lemah dalam 91 37,44 132 54,32 20 8,23 memecahkan masalah 8. Sering gagal dalam 63 25,92 147 60,49 33 13,58 menyimak suatu gagasan dari suatu informasi 9. Mengalami kesulitan 98 40,32 124 51,02 21 8,64 dalam memahami suatu konsep yang abstrak 10. Gagal dalam 87 35,80 124 51,02 32 13,16 menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya secara relevan 11. Memerlukan waktu yang 112 46,09 104 42,79 27 11,11 relatif lama daripada yang lainnya untuk menyelesaikan tugas-tugas Jumlah 921 378,94 1408 579,36 344 141,52 Rata-rata 84 34,44 128 52,66 31 12,86 Dari tabel 2 diatas, tampak bahwa faktor penyebab Remedial yang paling dominan yaitu dikarenakan siswa memerlukan waktu yang relatif lama daripada yang lainnya untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh 10 faktor lainnya, sehingga ketika mendapat tugas untuk menyelesaikan permasalahan dalam Fisika, mereka mengalami kesulitan dan akhirnya memerlukan waktu yang relative lama dalam penyelesaiannya. c. Langkah-langkah Pembelajaran Remedial Deskripsi mengenai langkah-langkah pembelajaran remedial yang dilaksanakan terdapat pada tabel 3. Tabel 3. Langkah-langkah Pembelajaran Remedial No Sub Indikator Kategori Jawaban Ya % Kadang/Kurang % Tidak % 1. Pemberian tes 188 77,36 40 16,46 15 6,17 ulang 2. Pemberian 155 63,78 55 22,63 33 13,58 7

tugas tambahan 3. Pembelajaran 140 57,61 74 30,45 29 11,93 ulang (penjelasan ulang materi pembelajaran) 4. Belajar mandiri 160 65,84 61 25,10 22 9,05 kemudian tes (1) 5. Belajar mandiri 100 41,15 90 37,03 53 21,81 kemudian tes (2) 6. Belajar 101 41,56 66 27,16 76 31,27 kelompok dengan bimbingan guru 7. Belajar 160 65,84 74 30,45 9 3,70 kelompok dengan bimbingan teman sebaya (tutor sebaya) Jumlah 1004 413,14 454 189,28 237 97,51 Rata-rata 143 59,02 65 27,04 34 13,93 Dari tabel 3 diatas dapat disimpulkan yaitu : 1) Dari 243 responden, mereka menyatakan bahwa pembelajaran Remedial (Remedial teaching) yang paling sering dilaksanakan oleh guru disekolah yaitu dengan metode pemberian tes ulang, 2) Dari hasil persentase diatas, rata-rata jumlah responden yang menjawab Ya sebanyak 143 responden atau 59,02%. Berdasarkan referensi yang penulis gunakan, jika persentase sebesar 59,02%, berarti Pelaksanaan Remedial teaching di SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru cukup, d. Menekankan Kepada Ketuntasan Belajar Siswa (Berdasarkan Standar Ketuntasan Belajar Minimum/SKBM Yaitu 75 %) Deskripsi mengenai penekanan kepada ketuntasan belajar dapat dilihat seperti pada tabel 4. 8

Tabel 4. Menekankan Kepada Ketuntasan Belajar Siswa No Sub Indikator Kategori jawaban Ya % Kadang/kurang % Tidak % 1. Membantu 192 79,01 40 16,46 11 4,52 mencapai ketuntasan belajar baik ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal 2. Meningkatkan taraf penguasaan terhadap materi yang tidak tuntas 157 64,60 74 30,45 12 4,93 3. Mengurangi 154 63,37 58 23,86 31 12,75 tingkat kegagalan dalam mencapai ketuntasan belajar 4. Ketahanan daya 94 38,68 124 51,02 25 10,28 ingat terhadap konsep/materi 5. Kesiapan belajar 148 60,90 81 33,33 14 5,76 6. Motivasi Belajar 151 62,13 67 27,57 25 10,28 Jumlah 896 368,69 444 182,69 118 48,52 Rata-rata 149 61,44 74 30,44 20 8,08 Dari tabel 4 diatas tampak bahwa rata-rata jumlah responden yang menjawab Ya yaitu sebanyak 149 orang atau 61,44% dari jumlah sampel. Besar persentase tersebut menyatakan bahwa pelaksanaan Remedial teaching di SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru dalam menekankan ketuntasan belajar siswa cukup. e. Tabulasi data hasil angket siswa secara umum Berikut adalah analisis data pada pertanyaan berbentuk objektif yang telah ditabulasikan. 9

Tabel 5. Tabulasi Data Hasil Angket Pelaksanaan Remedial Siswa Per Sekolah No Nama Sekolah Kategori Jawaban (%) Keterangan A (Ya) B (Kurang/Kadang) C (Tidak) 1. SMA Negeri 1 Pekanbaru 49,63 35,27 15 Cukup 2. SMA Negeri 2 Pekanbaru 46 38,4 15,6 Cukup 3. SMA Negeri 3 Pekanbaru 53 39,2 7,7 Cukup 4. SMA Negeri 4 Pekanbaru 48 40,85 11,11 Cukup 5. SMA Negeri 5 Pekanbaru 53,45 37,85 8,65 Cukup 6. SMA Negeri 6 Pekanbaru 58,20 36,15 5,64 Cukup 7. SMA Negeri 7 Pekanbaru 40,76 39,23 20 Cukup 8. SMA Negeri 8 Pekanbaru 50 38,07 11,97 Cukup 9. SMA Negeri 9 Pekanbaru 52,92 35,79 22,48 Cukup 10. SMA Negeri 10 Pekanbaru 47,65 38,65 13,65 Cukup 11. SMA Negeri 11 Pekanbaru 61,78 30,89 7,14 Cukup 12. SMA Negeri 12 Pekanbaru 49,71 43,92 2,73 Cukup 13. SMA Negeri 13 Pekanbaru 49 36,5 14,37 Cukup 14. SMA Negeri 14 Pekanbaru 53,5 38 7,5 Cukup Jumlah 713,6 528,77 163,54 Cukup Rata-rata 50,97 37,76 11,68 Terlaksana Dari tabel 5 diatas tampak bahwa menurut pendapat siswa, pelaksanaan Remedial teaching di seluruh SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru cukup. Tidak ada satupun sekolah dengan persentase jawaban dari angket siswa yang menyatakan bahwa pelaksanaan Remedial teaching di SMA Negeri di Kota Pekanbaru yang telah, ataupun tidak. 2. Data hasil angket guru tiap sekolah Berikut merupakan hasil tabulasi data dari hasil angket pelaksanaan Remedial menurut guru ditiap SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru. 10

Tabel 6. Tabulasi Data Hasil Angket Guru di SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru No Nama Sekolah Kategori Jawaban (%) Keterangan A B C 1. SMA Negeri 1 Pekanbaru 59,5 34,5 5,5 Cukup 2. SMA Negeri 2 Pekanbaru 73 26 0 Terlaksana 3. SMA Negeri 3 Pekanbaru 65 19 15 Cukup 4. SMA Negeri 4 Pekanbaru 53 42 3,8 Cukup 5. SMA Negeri 5 Pekanbaru 73 15 11 Terlaksana 6. SMA Negeri 6 Pekanbaru 50 50 0 Cukup 7. SMA Negeri 7 Pekanbaru 42 57 0 Cukup 8. SMA Negeri 8 Pekanbaru 61,5 17 21 Cukup 9. SMA Negeri 9 Pekanbaru 42 50 7,7 Cukup 10. SMA Negeri 10 Pekanbaru 42 30 26 Cukup 11. SMA Negeri 11 Pekanbaru 50 50 0 Cukup 12. SMA Negeri 12 Pekanbaru 46 53 0 Cukup 13. SMA Negeri 13 Pekanbaru 46 46 7,7 Cukup 14. SMA Negeri 14 Pekanbaru 73 15 11 Terlaksana Jumlah 776 504,5 108,7 Cukup Rata-rata 55,4 36,03 7,76 Dari tabel 6 diatas, tampak bahwa menurut pendapat beberapa orang guru, yaitu guru SMA Negeri 2, SMA Negeri 5, dan SMA Negeri 14, pelaksanaan Remedial teaching telah. Sementara guru sekolah lainnya menjawab cukup. Sementara itu, jika dilihat secara umum persentase jawaban A berjumlah 55,4%. Jadi, menurut pendapat guru, pelaksanaan Remedial teaching di SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru cukup. Ini sesuai dengan pendapat siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pendapat siswa dan guru mengenai pelaksanaan Remedial teaching di SMA Negeri Se-Kota Pekanbaru, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Rata-rata pelaksanaan Remedial teaching di tiap sekolah telah cukup, 2) Sebagian besar siswa pada tiap sekolah telah mengetahui apa yang dimaksud dengan Remedial Teaching dan tujuan pelaksanaannya, 3) Faktor penyebab Remedial yang paling dominan yaitu siswa memerlukan waktu yang relatif lama dalam menyelesaikan tugas mereka, 4) Metode yang paling sering digunakan guru dalam melaksanakan Remedial Teaching yaitu dengan metode pemberian tes ulang, 5) Dalam menekankan ketuntasan belajar siswa, pelaksanaan Remedial Teaching sudah cukup, 6) Berdasarkan akreditasi, pelaksanaan Remedial Teaching di sekolah yang 11

berakreditasi A, B, dan C, semuanya sama-sama telah cukup, 7) Berdasarkan persentase pendapat siswa terhadap pelaksanaan Remedial Teaching, persentase yang paling tinggi yaitu di SMA Negeri 11 Pekanbaru, dan yang paling rendah yaitu di SMA Negeri 7 Pekanbaru, 8) Menurut Akreditasi, yang memiliki akreditasi A, sekolah yang paling baik dalam pelaksanaan Remedial Teaching yaitu SMA Negeri 11 Pekanbaru. Dan untuk akreditasi B, serta C, masing-masing dipegang oleh SMA Negeri 14 Pekanbaru, dan SMA Negeri 13 Pekanbaru. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka penulis menyarankan : 1) Agar guru dapat lebih memperhatikan dan mampu mengatasi faktor-faktor yang menjadi penyebab siswa mengalami Remedial, 2) Pelaksanaan pembelajaran merupakan faktor utama yang dapat membuat siswa tertarik dan termotivasi dalam menerima pelajaran. Maka dari itu, diharapkan setiap guru dapat menyajikan pembelajaran dengan metode yang baik dan menarik, sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan ketika menghadapi pelajaran, 3) Agar setiap guru dapat lebih menjelaskan dan menekankan mengenai apa yang dimaksud dengan Remedial Teaching beserta tujuannya, agar siswa lebih memahami alasan diadakannya Remedial Teaching tersebut. Karena, meskipun sebagian besar siswa telah menjawab bahwa mereka telah mengetahui tentang apa itu Remedial Teaching dan tujuannya, namun pada faktanya mereka hanya menganggap Remedial Teaching itu sekedar sebuah program untuk ujian ulang jika tidak tuntas, dan pada akhirnya mereka pasti akan tuntas juga, 4) Mengingat pentingnya Remedial Teaching ini dalam membantu siswa untuk mencapai ketuntasan, tidak hanya sekedar nilai, tapi juga pemahaman, maka diharapkan hubungan antara guru mata pelajaran, wakil kepala sekolah, guru BK, dan siswa dapat lebih ditingkatkan, agar program Remedial Teaching dapat berjalan dengan baik dan sesuai seperti yang diharapkan. DAFTAR PUSTAKA Basuki, Agus. 2012. Redefenisi peran guru dalam pengajaran Remedial. (http://staff.uny.ac.id) Cholil, Muhammad. 2012. Skripsi implementasi KTSP. (http://cholilovefit.blogspot.com) Haryati, Sri. 2009. Peranan Remedial Teaching dalam mencapai ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran PKN di SMP N 28 Pekanbaru. FKIP UNRI. Pekanbaru Isjoni, 2002. Guru dalam proses mengajar. UNRI Press. Pekanbaru Kunandar. 2011. Guru Profesional. Rajawali Pers. Jakarta Mulyadi. 2010. Diagnosis kesulitan belajar. Nuha Litera. Yogyakarta 12