1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya. Hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Jabatan Notaris yang selanjutnya di sebut UUJN, sebagai pejabat umum Notaris harus banyak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan tugas dalam menjalankan profesi, profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu penguasaan khusus. Seorang Notaris agar tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat, oleh karena itu profesi ini harus dijalankan seseorang yang telah melalui pendidikan khusus. 1 Notaris merupakan profesi yang terhormat dan selalu berkaitan dengan moral dan etika ketika menjalankan tugas jabatannya. Saat menjalankan tugas jabatannya Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat profesinya sebagai jabatan kepercayaan dan terhormat, karena lekatnya etika pada profesi Notaris disebut sebagai profesi yang mulia (officium nobile). 2 Notaris sebagai pejabat negara yang berwenang membuat akta otentik. Adanya legalisasi dari Notaris memang sangat diperlukan 1 Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika, UIIPress, Yogyakarta, hlm 6. 2 ibid, hlm 7.
2 untuk membuktikan akan adanya suatu perbuatan serta hak dan kewajiban tertentu. Posisi Notaris yang penting dalam kehidupan kemanusiaan tersebut menjadikan proses seseorang menuju Notaris yang ahli menjadi penting. Karena didalam pendidikan Notariat (Master) diperhatikan pula etika Notaris. 3 Kehidupan masyarakat yang semakin berkembang berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan pelayanan jasa publik yang dapat memberikan kepastian hukum, salah satunya dibidang jasa Notaris. Oleh karena itu diharapkan Notaris dapat memberikan pelayanan jasa secara maksimal serta menghasilkan produk akta yang benar-benar terjaga otentisitasnya sehingga memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna, maka Notaris harus menjalankan kewajiban yang diamanatkan kepadanya sesuai dengan UUJN dan juga menghindari perilaku yang dapat merusak citra jabatannya. Salah satu perilaku Notaris yang dapat merusak citra jabatannya adalah melakukan perbuatan yang melawan hukum atau perbuatan yang bertentangan dengan aturan jabatan Notaris. Perbuatan yang melawan hukum atau perbuatan yang bertentangan dengan aturan jabatan Notaris tersebuat sebagaimana yang diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Jabatan Notaris dapat mengakibatkan Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya. Esensi dari Pasal 9 Undang-Undang Jabatan Notaris adalah : (1) Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya karena: 3 Ibid, hlm 3.
3 a. Dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang; b. Berada di bawah pengampuan; c. Melakukan perbuatan tercelah; d. Melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan jabatan serta kode etik Notaris; atau e. Sedang menjalani masa penahanan. (2) Sebelum pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan, Notaris diberi kesempatan untuk membela diri di hadapan Majelis Pengawas secara berjenjang. (3) Pemberhentian sementara Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Menteri atau usul Majelis Pengawas Pusat. (4) Pemberhentian sementara berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d berlaku paling lama 6 (enam) bulan. Hal ini disebabkan suatu (kasus hukum 4 ) yang bertentangan dengan peraturan jabatan Notaris merupakan larangan dalam profesi Notaris. Sebagai upaya pencegahan kemungkinan terjadinya suatu kasus hukum tersebut di atas dan pelanggaran lainnya dalam menjalankan kewenangannya diperlukan pengawasan secara berkala terhadap Notaris. Pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan Notaris diatur dalam Pasal 67 Undang-Undang Jabatan Notaris. Esensi dari Pasal 67 Undang-Undang Jabatan Notaris adalah : (1) Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri. (2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri membentuk Majelis Pengawas. (3) Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berjumlah 9 (sembilan) orang, yang terdiri atas unsur: a. Pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang; b. Organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang; dan c. Ahli atau akademis sebanyak 3 (tiga) orang. (4) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat suatu unsur instansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, 4 Kasus Hukum didefinisikan sebagai suatu Kasus yang diakibatkan karena adanya pelanggaran terhadap Peraturan PerUndang-Undangan. Kasus Hukum dalam penelitian ini adalah suatu kasus yang merupakan Perbuatan Melawan Hukum. Perbuatan Melawan Hukum dapat dilihat dari dua aspek yaitu Hukum Perdata dan Pidana.
4 keanggotaan dalam Majelis Pengawas diisi dari unsur lain yang ditunjuk oleh Menteri. (5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perilaku Notaris dan pelaksanaan jabatan Notaris. (6) Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku bagi Notaris Pengganti dan Pejabat Sementara Notaris. Kualifikasi perbuatan Notaris yang termasuk ke dalam perbuatan melawan hukum, diantaranya seperti, tidak bertindak amanah, tidak jujur, tidak seksama, tidak mandiri, berpihak, dan tidak menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. 5 Tanggung jawab Notaris sebagai profesi lahir dari adanya kewajiban dan kewenangan yang diberikan kepadanya, kewajiban dan kewenangan tersebut secara sah dan terikat mulai berlaku sejak Notaris mengucapkan sumpah jabatannya sebagai Notaris. Sumpah yang telah diucapkan tersebutlah yang seharusnya mengontrol segala tindakan Notaris dalam menjalankan jabatannya. Perbuatan melawan hukum dalam konteks Perdata diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata: Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Hukum dan etika merupakan hal yang sangat berbeda, pelanggaran Hukum mempunyai perbedaan dengan pelanggaran Etika yakni Hukum merupakan suatu keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan 5 Pustaka Mahardika, Undang-undang Notaris No. 2 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang No. 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, hlm 11.
5 peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 6 Sedangkan etika adalah tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban seseorang. 7 Etika seorang Notaris diatur dalam kode etik Notaris, secara definisi formal, Ikatan Notaris Indonesia (INI) Menyatakan Kode Etik adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang berlaku bagi seluruh anggota perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan Jabatan Notaris baik dalam pelaksanaan jabatan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kode Etik Notaris memuat unsur material tentang kewajiban, larangan, pengecualian dan sanksi yang akan dijatuhkan apabila terbukti seorang Notaris melanggar Kode Etik. Selain itu, di dalam Kode Etik Notaris juga diatur mengenai tata cara penegakkan Kode Etik. 8 Menurut Philipus M. Hadjon dalam Habib Adjie, sanksi selalu ada pada aturan-aturan hukum yang dikualifikasikan sebagai aturan hukum yang memaksa, ketidaktaatan atau pelanggaran terhadap suatu kewajiban yang tercantum dalam aturan hukum mengakibatkan terjadinya ketidakteraturan yang sebenarnya tidak diinginkan oleh aturan hukum. Hal ini sesuai dengan fungsi sanksi yang dipakai dalam 6 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, liberty, Yogyakarta. Hlm 40. 7 Sudarsono, Kamus Hukum Cetakan Kedua, PT. Rineka Cipta, Jakarta, Hlm 119. 8 Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, 2008, Jati Diri Notaris Indonesia, Gramedia, Jakarta, Hlm 194.
6 penegakkan hukum terhadap ketentuan-ketentuan yang biasanya berisi suatu larangan atau yang mewajibkan. 9 Sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik Notaris diatur pada Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Kode Etik Notaris, yaitu : 1. Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan Pelanggaran Kode Etik dapat berupa : a. Teguran; b. Peringatan; c. Schorsing, (pemecatan sementara) dari keanggotaan perkumpulan; d. Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan perkumpulan; e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan. 2. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kuantitas dan kualitas pelanggaran yang dilakukan anggota tersebut. Sedangkan Pelanggaran Hukum adalah kawajiban-kewajiban besar yang diatur dalam peraturan Perundang-Undangan yaitu antara lain diatur dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana : a. Pidana Pokok: 1. Pidana Mati 2. Pidana penjara 3. Kurungan 4. Denda b. Pidana Tambahan 1. Pencabutan hak-hak tertentu 2. Perampasan barang-barang tertentu 3. Pengumuman putusan hakim. Dan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Kewajiban Notaris diatur dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris, meliputi : 1. Dalam menjalankan jabatannya, Notaris wajib : a. Bertindak amanah, jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. 9 Habib Adjie, 2011, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, Refika Aditama, Bandung. hlm 29.
b. Membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari protokol Notaris. c. Meletakan surat dan dokuman serta sidik jari penghadap pada Minuta Akta. d. Mengeluarkan grosse akta, salinan akta dan kutipan akta berdasarkan minuta akta. e. Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang- Undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya. f. Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/atau janji jabatan, kecuali Undang-Undang menentukan lain. g. Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 bulan menjadi 1 buku/bundel yang memuat tidak lebih dari 50 akta,dan jika jumlahnya lebih maka dapat dijilid dalam buku lainnya, mencatat jumlah minuta akta,bulan dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku, hal ini dimaksudkan bahwa dokumendokumen resmi bersifat otentik tersebut memerlukan pengamanan baik terhadap aktanya sendiri maupun terhadap isinya untuk mencegah penyalahgunaan secara tidak bertanggung jawab. h. Membuat daftar dan akta protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat berharga. i. Membuat daftar akta yang berkenan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan Akta setiap bulannya. j. Mengirimkan daftar akta sebagai mana yang dimaksud dalam huruf i atau daftar akta nihil yang berkenan dengan wasiat ke pusat daftar wasiat pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya. k. Mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada akhir tahun. l. Mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarnya dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan. m. Membaca Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri minimal 2 orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh para penghadap, Notaris dan para saksi. n. Menerima magang calon Notaris. 2. Kewajiban menyimpan Minuta Akta sebagai dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak berlaku, dalam hal Notaris mengeluarkan Akta in Originali. 7
8 Perbuatan melawan hukum dapat dikualifikasikan sebagai melawan hukum jika memenuhi 4 (empat) syarat berikut: 1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku; 2. Bertentangan dengan hak dan subjek orang lain; 3. Bertentangan dengan kesusilaan; 4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian. 10 Akibat dari perbuatan melawan hukum tersebut sehingga menimbulkan kasus hukum, adapun yang dimaksud kasus hukum adalah keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara, keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal soal perkara. Contoh Kasus Perdata yang pernah dialami Notaris: a) Pelanggaran Kode Etik b) Tidak memiliki prilaku profesional c) Tidak menjalankan Jabatan dengan amanah dan jujur, dan: Contoh kasus Pidana yang pernah dialami Notaris: a) Pemalsuan dokumen b) Penggelapan c) Memberi keterangan palsu d) Pencucian uang Pengawasan terhadap Notaris dilakukan oleh Menteri dalam hal ini adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik 10 Munir Fuady,2002,Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer), Citra Aditya Bakti, Bandung. Hlm 6
9 Indonesia dengan membentuk Majelis Pengawas yang terbagi atas Majelis Pengawas Pusat (MPP), Majelis Pengawas Wilayah (MPW), dan Majelis Pengawas Daerah (MPD). Masing-masing Majelis Pengawas tersebut memiliki tugas dan wewenang secara berjenjang. Majelis Pengawas Daerah (MPD) wajib melaporkan kinerjanya kepada Majelis Pengawas Wilayah (MPW) kemudian Majelis Pengawas Wilayah (MPW) wajib melaporkan kinerjanya kepada Majelis Pengawas Pusat (MPP), dan Majelis Pengawas Pusat (MPP) tersebut wajib melaporkan kinerjanya kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Majelis Pengawas Notaris yang dibentuk Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris. 11 Tujuan utama dari suatu pengawasan adalah pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran terhadap apa yang telah ditentukan, sehingga Notaris mampu melaksanakan segala hak dan kewenangan maupun kewajibannya senantiasa berada pada koridor yang tepat. Namun pada kenyataannya pengawasan sering difokuskan hanya pada terjadinya pelanggaran dan pemberian sanksi. Hal tersebut yang mendasari penulis untuk mengkaji mengenai Peran Majelis Pengawas Daerah (MPD) Kabupaten Sleman Untuk Mencegah Keterlibatan Notaris Terhadap Kasus Hukum sehingga Majelis Pengawas Daerah (MPD) Kabupaten Sleman menjalankan fungsi 11 Habib Adjie, 2011, Op, Cit, hlm.5.
10 pengawasannya bukan hanya pada pemberian teguran tetapi juga mengutamakan upaya untuk menurunkan keterlibatan Notaris terhadap kasus hukum. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apa faktor yang menyebabkan Notaris terlibat dalam suatu kasus hukum? 2. Bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah (MPD) Kabupaten Sleman untuk mencegah keterlibatan Notaris terhadap kasus hukum? 3. Apa kendala dan upaya-upaya Majelis Pengawas Daerah (MPD) Kabupaten Sleman untuk mencegah keterlibatan Notaris terhadap kasus hukum? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Tujuan Objektif Tujuan objektif penelitian ini adalah dapat mengetahui dan menganalisis mengenai: a. Untuk mengetahui faktor yang menjadi penyebab seorang Notaris terjerat kasus hukum.
11 b. Peranan Majelis Pengawas Daerah Notaris dalam memberikan kontribusi mencegah keterlibatan Notaris terjerat kasus hukum. c. Mengetahui kendala dan upaya-upaya MPD Sleman tergait penegakkan keterlibatan Notaris terhadap kasus hukum. 2. Tujuan Subjektif Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Kenotariatan (MKn) di program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian tesis ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan padaumumnyadan ilmu hukum pada khususnya. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya di bidang kenotariatan. 2. Manfaat Praktis Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya untuk lebih mengenal dan mengerti profesi seorang Notaris dalam prakteknya dan kepada Notaris pada khususnya agar lebih berhati-hati dan bekerja secara mandiri.
12 E. Keaslian Penelitian Setelah penulis melakukan penelusuran pada berbagai referensi dan hasil penelitian pada perpustakaan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, serta Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulis menemukan beberapa paneliti yang berkaitan dengan penelitian ini. Sepanjang pengetahuan penulis, kajian pada penelitian ini belum pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya. Pada beberapa penelitian terdapat perbedaan dengan penelitian ini sehingga keaslian dari penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian terdahulu yang memiliki kaitan dengan penelitian ini antara lain yaitu : 1. Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Yang Menghadapi Masalah Hukum DI Jakarta Timur oleh Ghessa Nashara tasya; Rumusan Masalah : a. Faktor apakah yang menjadi penyebab Notaris berhadapan dengan permasalahan hukum dalam menjalankan jabatannya? b. Bagaimanakah peran Majelis Pengawas Daerah Jakarta Timur dalam memberikan perlindungan hukum terhadap Notaris yang mendapatkan permasalahan hukum? Kesimpulannya bahwa yang menjadi faktor penyebab Notaris berhadapan dengan masalah hukum adalah 1) pelanggaran atau ketidakpatuhan Notaris untuk menjalankan ketentuan-ketentuan
13 dan Undang-Undang Jabatan Notaris, yaitu tidak melaksanakan kewajiban bagi Notaris, dan/atau melanggar Ketentuan Larangan bagi Notaris sebagaimana di maksud dalam Pasal 16 Undangundang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris; 2) pelanggaran Notaris terhadap Kode Etik Notaris sebagai batasan moral perilaku Notaris dalam menjalankan jabatan keseharian sebagai Pejabat Publik dan sekaligus sebagai suatu profesi yang merendahkan martabat dan perilaku luhur. Peran MPD Notaris Jakarta Timur dalam memberikan perlindungan hukum terhadap Notaris yang menghadapi masalah hukum adalah : MPD Notaris Jakarta Timur tidak berperan sebagai lembaga advokasi yang secara langsung membela Notaris yang dilaporkan oleh masyarakat yang merasa dirugukan, tetapi berperan sebagai mediator dan memudahkan penyelesaian permasalahan yang dilaporkan tanpa gugatan ke Pengadilan dan sebagai Filter terhadap Notaris apabila Notaris mendapat panggilan dari kepolisian, kejaksaan maupun Peradilan untuk hadir dam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris. Hal ini dilakukan sesuai tuntutan Undang- Undang Jabatan Notaris untuk menjaga harkat dan martabat jabatan Notaris.
14 2. Peranan Majelis Pengawas Dalam Penegakkan Hukum Di Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Dianika Lucyta Sari; Rumusan Masalah : a. Bagaimana peranan penegakkan hukum yang dilakukan oleh Majelis Pengawas di Daerah Istimewa Yogyakarta? b. Faktor-faktor apa yang menghambat dan mendukung pelaksanaan penegakan hukum yang dilakukan oleh Majelis Pengawas di Daerah Istimewa Yogyakarta? Kesimpulannya adalah sebagai berikut: 1) Peranan penegakkan hukum yang dilakukan oleh Majelis Pengawas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penegakkan hukum yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah (MPD) telah berjalan, tetapi belum optimal dikarenakan ditemui beberapa hambatan yang tidak bisa diatasi sendiri oleh Majelis Pengawas Daerah, antara lain : a) Kurangnya anggaran dari pemerintah untuk memaksimalkan kinerja MPD. b) Kurangnaya fasilitas yang diberikan oleh pemerintah yaitu, tempat khusus untuk kantor MPD. c) kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mendukung peran dan tugas MPD dalam memberikan pengawasan terhadap kinerja Notaris. 2. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung pelaksanaan penegakkan hukum oleh Notaris yang dilakukan oleh Majelis Pengawas di Daerah Yogyakarta: a) Faktor penghambat antara lain : 1) Waktu, Majelis Pengawas Daerah yang terdiri dari tiga unsur yang memiliki
15 profesi yang berbeda-beda sehingga kesulitan untuk menentukan waktu yang sama bagi ketiga unsur tersebut. Hal ini dikarenakan ketiga unsur tersebut harus hadir secara bersamaan dalam melaksanakan pemeriksaan yang dilakukan secara berkala. 2) Wilayah dan jumlah Notaris yang diawasi,luas wilayah yang diawasi dan jumlah Notaris yang diawasai tidak sebanding dengan jumlah Majelis Pengawas Daerah sehingga tidak optimal dalam melakukan pengawasan rutin tersebut. 3) Fasilitas yang dimiliki Majelis Pengawas Daerah, kurangnya fasilitas ini meliputi, kantor khusus bagi Majelis Pengawas Daerah belum tersedia dan anggaran untuk Majelis Pengawas Daerah tidak sesuai dengan wilayah dan jumlah Notaris yang diawasi. 4) Ewuh pekewuh (Segan), Penghambat dalam melakukan pembinaan secara rutin terhadap Notaris yaitu munculnya rasa Ewuh pekewuh (Segan) karena adanya salah satu unsur dari MPD yang juga dari unsur Notaris. b) faktor pendorong yaitu: Faktor pendorong karena adanyakesamaan profesi agar profesi Notaris dapat menjadi profesi yang terhormat dan berwibawa. Hal tersebut bertujuan memberikan pelayanan dan kepastian hukum bagi masyarakat sehingga tercipta budaya tertib hukum. Hal tersebut terbukti dengan semakin berkurangnya jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris tiap tahunnya karena pengawasan dan pembinaan rutin yang dilakukan olen Majelis Pengawas Daerah.
16 3. Peran Majelis Pengawas Daerah Notaris Terhadap Pelanggaran Kode Etik Notaris di Kota Padang oleh Kartika Sari; Rumusan Masalah : a. Apa fungsi pengawasan dan pembinaan Majelis Pengawas Daerah Notaris terhadap pelanggaran kode etik di Kota Padang? b. Apa bentuk pelanggaran terhadap kode etik Notaris di Kota Padang? c. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris di Kota Padang? Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan pembinaan Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Padang melakukan kegiatan pemeriksaan berkala sebagai upaya prefentif dan menggelar sedang pemeriksaan terhadap adanya dugaan pelanggaran kode etik sebagai upaya kuratif sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 30 Tahun 2004. Walaupun fungsi pengawasan dan pembinaan telah dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Padang, namun perannya terhadap pelanggaran kode etik Notaris belum maksimal. Hal ini disebabkan kewenangan pemeriksaan terhadap adanya dugaan pelanggaran kode etik tidak dibarengi oleh
17 kewenangan untuk menjatuhkan sanksi. Sehingga Notaris yang terbukti bersalah setelah dilakukan pemeriksaan oleh Majelis Pengawas Daerah tidak memperoleh sanksi di karenakan hasil pemeriksaan ulang oleh Majelis Pengawas Wilayah yang berbeda. 2) Bentuk pelanggaran terhadap kode etik Notaris di Kota Padang adalah pelanggaran tentang kewajiban Notaris dimana sebagai pejabat umum Notaris diwajibkan bersifat jujur dan tidak memihak kepada siapapun kecuali berdasarkan kebenaran dan keadilan. 3) Kendala yang di hadapi oleh Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Padang dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris yaitu: a. Masalah dana, b. Sekretariat, c. Terdapatnya unsur Notaris dalam keanggotaan Majelis Pengawas. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu penulis pertama lebih berfokus pada peran Majelis Pengawas Daerah dalam memberikan perlindungan hukum terhadap Notaris yang menghadapi masalah hukum, penulis kedua berfokus pada peran Majelis Pengawas Daerah dalam penegakkan hukum di daerah Istimewa Yogyakarta, kemudian penulis ketiga berfokus pada peran Majelis Pengawas Daerah Notaris terhadap pelanggaran Kode Etik Notaris di kota Padang, sedangkan penelitian penulis berfokus pada peran Majelis Pengawas Daerah mencegah
18 keterlibatan Notaris terhadap kasus hukum. Maka dengan demikian penelitian ini asli.