BAB I PENDAHULUAN. semakin marak di kehidupan masyaraat. Hal ini ditandai dengan semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan terdapat perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

Psikologi Kelas E 2014

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi dan internet di Indonesia dari tahun ke tahun

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. LA termasuk salah satu maskapai penerbangan Low Cost Carrier atau

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Mahasiswa yang menjalani kuliah di kampus ada yang merasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam bertingkah laku selalu berhubungan dengan lingkungan tempat

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan individu menghadapi persaingan global yang menuntut adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan keluarga. Peran ibu rumah tangga dalam mengurus kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. harapkan. Bangsa Indonesia mengharapkan kehidupan yang lebih baik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan suatu kelompok masyarakat dapat diketahui dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa lulus dari mata kuliah tersebut. selalu menilai negatif, tidak mengikuti ujian, belum mengambil mata kuliah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sekarang adalah belanja online. Berdasarkan UCLA Center for Communication

ANALISIS MARKET RESEARCH UNEJ

PEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

Keindahan Seni Pendatang Baru

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dan keperluannya masing-masing. Tidak terkecuali juga para

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

TEKNIK INTERVENSI KELOMPOK Budaya Hedonisme di Kalangan Mahasiswa Baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan membeli merupakan aktifitas sehari-hari yang lazim dilakukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada zaman globalisasi sekarang ini, Indonesia harus mempersiapkan diri

BAB II. meningkatkan fungsi konstruktif konflik. Menurut Ujan, dkk (2011) merubah perilaku ke arah yang lebih positif bagi pihak-pihak yang terlibat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai

LAMPIRAN TRANSKIP WAWANCARA SUBJEK 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Di era globalisasi saat ini, sungguh tak asing lagi berbicara mengenai dunia

This is the beginning of everything

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu yang beranekaragam mendorong banyak orang mendirikan tempat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

BAB II GEJALA SHOPAHOLIC DI KALANGAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

1.1 Latar Belakang Masalah

Pernyataan Angket 1. Pembelian yang bersifat berlebihan (berfoya-foya) Favourable Unfavourable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Profil Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pada perkembangan jaman modern dengan globalisasi yang terus semakin marak di kehidupan masyaraat. Hal ini ditandai dengan semakin menjamurnya pusat perbelanjaan Mall, tempat makan serba instant (fast food), tempat penjualan handphone, belanja melalui online shop, kesukaan terhadap barang asing, dan lain sebagainya yang mengundang ketertarikan untuk membeli. Dalam berita Kompasiana pada tanggal 18 Oktober 2013 dengan tema Remaja dan Perilaku Konsumtif memberitakan, bahwa remaja saat ini banyak terjebak dalam kehidupan konsumtif. Mereka dengan rela mengeluarkan uangnya untuk menuruti segala keinginan, bukan kebutuhan. Setiap hari remaja menghabiskan uang untuk membeli makanan, pakaian, perangkat elektronik, hiburan seperti menonton film dan sebagainya. Semua itu dilakukan remaja kebanyakan hanya untuk ajang pamer dan gengsi. Perilaku membeli pada remaja ini hanya bertujuan mengikuti gaya, penampilan, seolah tidak mau kalah dari temannya (Maulana, 2013). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan cukup banyak remaja yang berperilaku membeli hanya untuk menuruti gengsi dirinya, atau hanya mempertimbangkan emosi, dan kesenangan pribadi. Sumartono (dalam Putri, 2013) seseorang membeli barang tanpa adanya pertimbangan yang masuk akal dan orang tersebut membeli barang tidak 1

didasarkan pada faktor kebutuhan namun karena pertimbangan emosional disebut dengan perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif bukan hanya dilakukan oleh orang yang sudah bekerja tetapi perilaku konsumtif juga dilakukan oleh mahasiswa. Dari pengamatan peneliti pada mahasiswi Esa Unggul, terlihat bahwa cukup banyak mahasiswa Esa Unggul yang datang ke kampus untuk kuliah dengan memakai pakaian yang bermerek, memakai pakaian yang terkesan glamour atau wah setiap harinya, memakai accecories yang berlebihan, membawa gadget lebih dari dua, berusaha mengikuti perkembangan mode, dan sebagainya. Berikut adalah hasil interview dengan mahasiswi Esa Unggul sebagai berikut: Kalo belanja, pasti lihat sesuatu yg aku suka langsung beli daripada nanti ga ada.. terus apalagi kalo ada diskonan hahaha.. aku belanja dari uang ongkos kuliah yang aku kumpulin.. kalo nunggin uang dari orang tua lama.. dalam sebulan ya bisa tiga sampai empat kali kak kalo belanja.. kalo dibandingin sih aku lebih sering beli sesuatu yang aku suka bukan yang aku butuh.. biasanya yang dibelanjain baju sama sepatu buat pergi buat kuliah.. aku juga ngikutin mode biar lebih keliatan ngikutin jaman aja sama kayak yang lain hahaha.. Seneng sih kak, kan barang yang aku beli buat dipake juga lebih ke kepuasan diri aja bikin pede juga.. misalnya kepuasan dirinya tuh kalo aku lagi iseng gitu kan jalan, lihat-lihat terus ada baju yang modelnya aku suka, ukurannya pas sama aku, bisa dipake kuliah juga dan harganya juga gak mahal-mahal banget ya aku beli lumayan kan buat nambahin baju kuliah kak haha.. biasanya sih kalo beli karena bentuknya yang unik sama dapet discount.. kalo gak punya uang tapi ada barang yang aku suka terus discount aku bela-belain beli hahaha.. apalagi ya kak kalau pergi sama temen pas ke mall lagi enggak punya uang udah niat nih dari rumah enggak mau belanja tapi pas di mall ada yang bagus sama temen suka didoktrin gitu suruh beli akhirnya aku beli juga.. mh.. kalau aku si ngerasanya harus ngikutin fashion suka enggak pede minder gitu misalkan bajunya enggak yang ngikutin jaman soalnya kayaknya tuh anak-anak jaman sekarang kalau milih temen tuh sama yang fashionable.. enggak cuma itu sih aku orangnya emang enggak pedean kalau enggak ngikutin fashion kalau lagi jalan ke mall pakai baju yang biasa aja gitu pasti diliatin orang hahaha.. kalau buat ke kampus juga sama ya makanya kalau punya baju itu-itu aja kan malu jadi kalau jalan kemana ada 2

yang bagus aku beli kak..uang saku perbulan dari orangtua sekitar satu juta lima ratus ka.." (X, 19thn, Fakultas Psikologi 2013) Dari hasil wawancara dengan subyek, terlihat bahwa X mahasiswa yang cenderung mempunyai perasaan takut dijauhi teman jika tidak mengikuti fashion, cenderung ingin membuatnya merasa percaya diri, cenderung ingin membuatnya merasa puas, dan cenderung terpengaruh bujukan teman. Keadaan itu membuat X cenderung membeli barang dengan pertimbangan emosional, kepuasan semata, membeli tidak berdasarkan kebutuhan seperti membeli karena adanya diskon dan bentuknya yang unik. Seperti wawancara diatas juga dengan uang saku satu juta lima ratus ribu rupiah X dapat menggunakan uang sakunya untuk membelanjakan atau membeli barang-barang pribadinya. Selain itu ada mahasiswi lain yang berkesempatan untuk diinterview. Berikut hasil interview sebagai berikut: Kalo aku sih enggak begitu suka belanja malahan bete kalo udah nganterin kakak atau temen belanja keliling lama pasti ngedumel sendiri.. soalnya aku belanja kalo pas butuh.. butuhnya apa ke mall cuma beli buku misalnya yaa buku aja gak beli lainnya jadi ya udah langsung pulang.. mau ada diskon atau apa yaa tetep aja niatnya mau ke mall beli satu barang ya beli itu aja.. aku beli baju juga gak nentu, beli kalo pas lagi butuh emang udah jelek atau sempit.. beli sepatu, sendal juga kalo udah rusak ya baru beli.. kalo beli buat sehari-hari kayak baju, sepatu, sendal gitu pake uang sendiri ngumpulin.. kalo ga punya uang ya udah gak maksain minta-minta umi buat beli.. aku juga gak ngikutin mode biasa aja cuek.. yaa seneng sih ngeliatin fashion orang-orang tapi biasa aja gak sampe ngikutin atau ngerubah gaya kayak mereka..kalau aku sih pakai baju apa aja ngerasa pede-pede aja enggak pernah tuh ke mall liat baju langsung pengen beli paling cuma bilang ih bagus ya bajunya.. enggak sampai beli.. ke mall aja harus ada tujuan dulu.. lebih kebeli buku buat kuliah kalau disuruh dosennya beli buku aja paling ke mall.. beli baju ya paling jarang banget pas lagi bener-bener perlu enggak punya baru beli..sayang sih kalau buat beli baju terus kan uangnya enggak minta sama orang tua jadi sayang aja mending ditabung untuk dibeliin apa pas lagi perlu apa..aku uang saku sebulan enam ratus ribu dari orangtua " (Y, 20thn, Fakultas Ekonomi 2012) 3

Berbeda dengan X, berdasarkan hasil wawancara bahwa subyek Y mahasiswa yang cenderung mengutamakan prioritas kebutuhan, cenderung berfikir sebelum bertindak, cenderung memiliki prinsip, cenderung memiliki emosi yang stabil. Sehingga Y cenderung sebelum membeli barang mempertimbangkan kebutuhannya, membeli karena alasan barang yang lama sudah jelek, sempit, dan rusak. Dengan demikian Y membeli barang berdasarkan prioritas kebutuhannya. Pada wawancara diatas juga dengan uang saku enam ratus ribu rupiah Y dapat mengatur uang sakunya untuk membelanjakan atau membeli barang-barang pribadinya yang dibutuhkan. Dari hasil wawancara dengan kedua Mahasiswi Esa Unggul dapat disimpulkan bahwa X membeli karena takut dijauhi teman jika tidak mengikuti fashion, ingin membuatnya merasa percaya diri, membeli hanya ingin membuatnya merasa puas, membeli karena terpengaruh bujukan teman sehingga X membeli barang dengan pertimbangan emosional dan kepuasan sesaat, sedangkan Y cenderung orang yang mengedepankan prioritas, berfikir sebelum bertindak sehingga membeli barang dengan pertimbangan prioritas kebutuhannya. Dari hasil wawancara diatas juga dengan uang saku sekitar enam ratus ribu rupiah sampai dengan satu juta lima ratus ribu rupiah dalam waktu satu bulan ada mahasiswa yang menggunakan uang sakunya untuk membelikan barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan, ada juga yang memanfaatkan uang sakunya membeli sesuai kebutuhan. Dengan kata lain kedua mahasiswa tersebut membeli 4

barang atas dasar pertimbangan yang berbeda-beda yang dipengaruhi kepribadiannya. Menurut Sumartono (dalam Maisaroh, 2009) salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kepribadian. Selain itu menurut Kotler (dalam Maisaroh, 2009) keputusan untuk membeli sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, salah satunya adalah kepribadian. Kepribadian menurut Feist dan Feist (dalam Wardana, 2011) mendefinisikan sebagai pola watak yang relatif permanen dan karakter yang unik dimana keduanya memiliki konsistensi dan keunikan pada perilaku individu. Sedangkan menurut Pervin, Cervone, dan John (dalam Adelia dan Eliana, 2012) Kepribadian sebagai karakteristik seorang individu dengan pola perilaku, perasaan dan pemikiran yang konsisten. Selain itu kepribadian menurut Atkinson (dalam Maisaroh, 2009) adalah pola perilaku dan berfikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan kepribadian adalah karakter atau pola perilaku, perasaan, penyesuaian terhadap lingkungan dan pemikiran individu yang memiliki keunikan dan konsistensi. Dalam Big Five Personality theory yang diungkapkan oleh Costa & McCrae (dalam shaifa dan Supriyadi, 2013) terdapat lima dimensi kepribadian, yaitu Extraversion (kepribadian yang mudah bergaul), Agreeableness (kepribadian yang prososial), Conscientiousness (kepribadian penuh pertimbangan), Openness to New Experience (kepribadian berani mencoba terhadap hal-hal baru), dan Neuroticism (kepribadian rentan terhadap emosi). Dengan tipe kepribadian yang berbeda-beda, maka perilaku untuk mengambil keputusan dalam membeli juga 5

berbeda-beda. Salah satunya neuroticsm, menurut Big Five pada teori McCrae dan Costa tipe kepribadian neuroticsm memiliki karakteristik seperti Anxiety, Hostility, Self-Consciousness, Depression, Implusiveness, Vulnerability. Mahasiswa Esa Unggul yang cenderung memiliki kepribadian neurotic tinggi akan membeli barang hanya ingin membuatnya merasa puas, membeli karena takut dipandang ketinggalan jaman, membeli karena dorongan teman, dan membuatnya percaya diri atau cenderung keputusan membelinya karena emosi sesaat. Berbeda halnya dengan mahasiswa yang memiliki kecenderungan neurotic rendah emosinya stabil membeli sesuai kebutuhan dan terarah. Adapun hasil penelitian yang dilakukan Gohary dan Hanzaee (2014) dalam jurnal yang berjudul Personality Traits as Predictors of Shopping Motivations and Behaviors: A Canonical Correlation Analysis yang menunjukkan adanya hubungan positif antara perilaku konsumtif dengan neuroticsm. Yang menyatakan semakin kecenderungan neuroticsm tinggi dapat memotivasi mereka untuk membeli. Orang yang memiliki kecenderungan neuroticsm tinggi cederung emosional, labil, sering mengeluh, khawatir, cemas, murung, dan tidak aman sehingga dapat berpengaruh untuk berperilaku konsumtif tinggi dan sebaliknya orang yang kecenderungan neuroticsm rendah memiliki kestabilan emosi sehingga untuk berperilaku konsumtif rendah. Berdasarkan dari hasil penelitian diatas, mahasiswa yang emosinya labil, sering mengeluh, khawatir, cemas dan tidak aman akan kecenderungan neuroticsm tinggi dan dapat berperilaku konsumtif tinggi. Sedangkan mereka yang memiliki emosi stabil dan disiplin diri akan kecenderungan neuroticsm rendah dan akan berperilaku konsumtif rendah. 6

Berdasarkan penjelaskan dari uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui dan melakukan penelitian mengenai hubungan antara neuroticsm (Big Five Personality) dengan perilaku konsumtif pada mahasiswi Esa Unggul. B. Identifikasi masalah Mahasiswa dituntut untuk belajar, meraih prestasi yang tinggi dan lebih mengutamakan kepentingan kuliah seperti hadir kuliah, menyelesaikan tugastugas kuliah, mementingkan keperluan kuliah seperti membeli buku dan alat keperluan belajar. Namun pada kenyataannya ada beberapa mahasiswa yang datang ke kampus bukan lagi untuk belajar tetapi ingin memperlihatkan penampilannya yang glamour dan terkesan ingin mengutamakan penampilannya, seperti memakai pakaian yang bermerek, pakaian yang terkesan glamour atau wah setiap harinya, memakai accecories yang berlebihan, membawa gadget lebih dari satu ke kampus, berusaha mengikuti perkembangan mode, dan sebagainya yang semuanya bukan prioritas kebutuhan bagi mahasiswa sehingga menampilkan kesan seperti mahasiswa yang memamerkan dirinya. Faktor yang mempengaruhi perilaku berpenampilan penyesuaian diri mahasiswa tersebut ialah kepribadian yang berbeda-beda. Salah satu tipe kepribadian yaitu neuroticsm. Neuroticsm adalah kepribadian yang lebih menunjukan emosi negatif atau rentan terhadap emosi seperti merasa cemas, takut, labil, perasaan tidak puas dan harga diri rendah. Mahasiswa Esa 7

Unggul yang cenderung neuroticsm tinggi memiliki karateristik mudah merasa takut dijauhi teman, dan tidak percaya diri jika penampilannya tidak modis. Sehingga mereka berperilaku konsumtif cenderung membeli hanya ingin membuat penampilannya modis, membeli karena ikut-ikutan dengan temannya, dan cenderung membeli dengan pertimbangan kepuasan emosi semata. Sedangkan mahasiswa dengan kecenderungan neuroticsm rendah memiliki emosi yang stabil, memiliki prinsip, sehingga dirinya tidak mudah terbawa oleh hal-hal yang dilingkungan sekitarnya, sehingga membeli hanya berdasarkan prioritas kebutuhan. Berdasarkan penjelaskan dari uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui dan melakukan penelitian mengenai hubungan antara neuroticsm ( Big Five Personality ) dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa Esa Unggul. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui hubungan antara neuroticsm (Big Five Personality) dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa Universitas Esa Unggul. 2. Mengetahui tinggi rendah perilaku konsumtif mahasiswa Universitas Esa Unggul berdasarkan data penunjang. 8

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang memperkaya kajian teori dan riset psikologi konsumen dan psikologi industri. 2. Manfaat Praktis (a) Diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan menambah informasi untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan hubungan Neuroticsm (Big Five Personality) dalam pengambilan keputusan membeli untuk berperilaku konsumtif. (b) Diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa tentang pentingnya pertimbangan dalam segala hal, termasuk dalam hal perilaku membeli. E. Kerangka Berfikir Mahasiswa yang dituntut untuk mengutamakan kepentingan kuliah seperti belajar dan meraih prestasi yang tinggi. Namun pada kenyataannya beberapa mahasiswa yang datang ke kampus bukan lagi datang untuk belajar tetapi ingin memamerkan penampilan dirinya dengan berpenampilan glamour. Salah satu faktor yang mempengaruhi pada perilaku berpenampilan dan penyesuaian diri mahasiswa tersebut ialah kepribadian. Salah satu tipe kepribadian menurut Big Five pada teori McCrae dan Costa yaitu neuroticsm. Kepribadian neuroticsm 9

memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi cara individu dalam melakukan pengambilan keputusan dalam membeli. Mahasiswa yang cenderung memiliki neuroticsm tinggi cenderung perilakunya sering mengeluh dengan penampilannya, khawatir dirinya dinilai tidak modis, cemas dijauhi teman karena tidak modis, emosinya labil, merasa tidak percaya diri dengan penampilannya, tidak mampu mengontrol keinginan untuk berbelanja. Kepribadian tersebut yang dapat mempengaruhi perilaku untuk mengambil keputusan dalam membeli. Dengan kerentanan emosi mahasiswa yang cenderung berperilaku konsumtif tinggi akan sulit membuat keputusan yang rasional sehingga untuk menutupi perasaan didalam dirinya cenderung akan berperilaku membeli dengan pertimbangan emosional, membeli produk karena iming-iming hadiah, membeli produk karena kemasannya menarik, membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi, membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya). Sedangkan mereka yang memiliki kecenderungan neuroticsm rendah membeli barang atas dasar pertimbangan sesuai dengan prioritas kebutuhan, terarah, membeli dengan emosi yang stabil sehingga cenderung berfikir sebelum bertindak dan dapat mengontrol keinginannya, cenderung memiliki prinsip tidak ikut terbawa dengan lingkungannya. Sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi mahasiswa untuk cenderung berperilaku konsumtif. 10

Mahasiswa UEU Neuroticsm ( Big Five Personality ) Perilaku Konsumtif Tinggi Rendah Tinggi Rendah Gambar 1.1 Kerangka Berfikir F. Hipotesis Dalam penelitian ini peneliti memberikan hipotesis yaitu ada hubungan positif antara neuroticism (Big Five Personality) dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa Esa Unggul. 11